11/15/06


Friendship, That Became a Rivalry...A Rivalry, That Became a Battle

Tagline yang tepat untuk menggambarkan Prestige, film yang baru saya tont
on dua hari lalu. Editing yang baik dan teknik bercerita yang bagus membuat saya dan Aheng Garcia, duduk terpukau menyaksikan adu akting segitiga antara Hugh Jackman, Christian Bale dan Michael Caine "Makin tua makin cadas nih orang!" bisik Aheng pada saya tentang Caine.

Christopher Nolan adalah sosok yang saya cermati dalam film ini, toko
h di balik layar yang luar biasa. Sejak "menemukan" dirinya lewat Memento, saya tidak pernah berhenti untuk tidak menunggu film dia selanjutnya. Besar lewat karya-karya non mainstream, Nolan sementara ini adalah panutan saya untuk berkarya, setidaknya untuk menjadi filmmaker independent yang ketika masuk industri bisa tetap bertahan dengan idealisme dan kreativitas tanpa batas.

Prestige sangat sederhana, bahkan bagi beberapa orang dengan jam terbang menonton tinggi, rasanya ujung cerita bisa ditebak. Namun Nolan sanggup membuat orang hanya bisa bertanya dan menebak tanpa sebal dengan apa yang mereka lihat. Eksekusi murah (untuk ukuran Hollywood) yang ia terapkan masih terasa di film ini, ia bertahan dengan konsepsi bahwa film baik tidak harus mahal.

Saya sengaja tidak mereview lebih detil tentang film ini, terlalu banyak spoiler dan akan lebih bijak bagi Anda untuk nonton saja sendiri, sangat direkomendasikan.

1 komentar:

swastika said...

kalau saya nonton prestige karena pengin liat christian bale-nya!!!