9/15/07

Apa yang terjadi bila kekerasan harus dibalas dengan kekerasan? Akumulasi kekerasan adalah jawaban pertama yang akan saya berikan. Bagaimana aksi kekerasan yang dilakukan oleh para bobotoh Persib terhadap bus pemain Persija dijawab dengan kekerasan lebih kejam di Jakarta. Percayalah, di Bandung akan terjadi kekerasan lebih dahsyat lagi dan begitu seterusnya.

Brave One adalah besutan terakhir Neil Jordan, sutradara asal Inggris yang pernah melahirkan Interview With a Vampire. Secara lugas ia melukiskan bagaiman
a New York saat ini, aksi kekerasan dan kriminalitas adalah hal yang lumrah terjadi di dunia, begitu juga di Big Apple. Adalah Erica Bain yang dimainkan dengan cemerlang oleh Jodie Foster menjadi korban sebuah aksi kekerasan yang salah satu akibatnya adalah terbunuhnya sang calon suami. Dalam keadaan trauma, Erica berubah menjadi sosok yang dekat dengan kekerasan. Ia mulai "rajin" membunuhi siapapun yang dianggapnya melakukan kejahatan dan kebetulan apes bertemu dengannya (kecuali satu karakter yang kok bisa-bisanya diniatin). Entah kenapa aksi-aksinya itu kebetulan juga dilakukan malam hari.

Maka berdesirlah jantung saya dan menyebut idola saya Batman sebagai inspirasi dari film ini. Nyaris tidak ada yang baru dalam film ini, keadilan yang tidak bisa didapat dari sistem dan membuat orang bisa main hakim sendiri adalah porsi utama. Kota besar yang relatif dekat dengan kriminalitas membutuhkan seorang pahlawan di luar sistem keamanan terorganisir di bawah payung hukum.

Bagi saya film ini ketinggalan 70 tahun dibanding saat Bob Kane pertama kali melahirkan Sang Kelelawar. Orang tua yang terbunuh di depan matanya, trauma masa kecil yang membuatnya ingin menghabisi siapapun yang melawan hukum tanpa perlu menjadi bagian dari sistem hukum membuat Batman merajalela. Jadilah Brave One yang saya kira akan menjadi sesuatu yang beda menjadi film dendam biasa. Jika Anda adalah seorang penonton film yang sudah memiliki wing 4 layaknya seorang penerbang senior, saya yakin Anda akan dengan cepat membaca kemana arah film ini pergi.

Untung Jodie tidak sendirian, masih ada Terence Howard yang bermain tak kalah apiknya, dan film ini tetap layak dikasih bintang ketimbang kancut.

0 komentar: