10/20/07


"Gue itu seniman cup, karena gue udah pernah pamer karya gue ditempatnya," ujar Edmond saat saya ragu untuk memajang The Jak, karya saya di Blitz. Saya ragu karena saya sudah berada di tahap produksi lain, produk lain apalagi The Jak sudah punya versi vcd yang cukup beredar dimana-mana. Bagi saya film The Jak sudah memasuki tahap distribusi final, dia sudah melewati bioskop di Kineforum (yang selalu saya sebut sebagai TIM 21 dengan alasan lebih akrab), sudah ada versi home entertainment dan tentu saja sedikit lagi tinggal masuk ke dalam rumah-rumah lewat stasiun televisi swasta.

Tapi Edmond benar, karena saya semalam merasa seperti ada di alam lain saat melihat poster-poster itu terpampang diberbagai sudut Blitz. Saya tidak perduli orang bilang jaringan baru ini kekurangan film. Bagi saya justru inilah peluang bagi orang-orang seperti saya untuk bisa berkarya tanpa harus meresikokan terlalu banyak uang orang. Pemutaran perdana The Jak di bioskop komersial (bukan jaringan budaya seperti biasa) dihadiri oleh 21 orang yang semuanya bertahan duduk sampai film selesai.

Angka yang memang tidak fantastis, namun dari perspektif film dokumenter di Indonesia, saya merasa pencapaian ini sangat positif. Saya menantikan kelanjutan aksi The Jak di layar lebar sebenarnya.

0 komentar: