5/10/08

"Subsidi BBM hanya untuk rakyat miskin" demikian tulis spanduk-spanduk yang makin ramai terlihat di  SPBU-SPBU (Sumur Pompa Bensin Umum) di negeri ini (setidaknya saya melihatnya di Jakarta, Medan dan Bandung). Artinya kita semua sudah tahu, sebentar lagi pemerintah lagi-lagi akan menaikkan harba BBM (Bahan Bakar Minyak) di negeri ini. Lalu, apa akibatnya bagi kita? Segala harga lain akan naik, mulai dari kebutuhan rumah tangga sampai kebutuhan tambahan macam nongkrong dikafe atau bahkan ongkos wi-fi. Apa lagi artinya? Masyarakat kebanyakan akan semakin merasakan kesusahan yang tentu saja semakin tidak so sweet untuk dirasakan.

Benar, tidak semua orang nantinya akan merasakan kenaikan itu. Konon para pemilik kendaraan akan diberkahi dengan semacam kartu ulang agar bisa membeli bensin, ada juga yang bilang bahwa dalam satu hari nantinya para pembeli hanya akan dianugerahi maksimal 5 liter bensin perhari. 5 liter perhari mungkin mencukupi untuk kondisi kota Solo, Yogya atau Malang yang damai, bagaimana dengan Jakarta yang besar, macet tak terkira, sumpek dan dipenuhi ketidak aturan?

Seperti kebanyakan orang di republik ini, saya sebenarnya hanya mengikuti dari kulit luar saja tentang permasalahan ini, bahkan bisa dibilang kadang saya sama sekali tidak memikirkan hal-hal seperti ini karena saya merasa lebih baik berfikir kreatif dan bertindak sembari mikirin sepakbola Indonesia dan dunia. Jadi lewat blog ini saya ingin bertanya pada Anda yang kebetulan membaca posting ini.....jika kita akan diberi kartu dan hanya boleh membeli 5 liter bensin perhari, bagaimana dengan para pemimpin kita apakah mereka juga akan hanya boleh belanja 5 liter perhari? Karena saya kok sama sekali tidak yakin mereka akan menghadapi kesulitan yang sama dengan kita.

Ini alasan saya....melewati macetnya Jakarta saja ogah dan memilih memakai voor rijder, lampu merah saja mereka tidak pernah rasakan, car free day yang diberlakukan sepanjang Sudirman saja bisa ditidak pedulikan oleh Bapak Wapres kita karena dia seorang VVIP.....serta tentu saja banyak hal lainnya yang bisa sepanjang roll tisu kalau saya tuliskan semua disini.

Nah....tolong bantu saya, karena saya ngerasa kok makin ajaib aja sih kebijakan yang diambil di negeri ini, apakah proses berpikir dan diskusi sudah dilupakan serta memilih untuk menanti wangsit.

3 komentar:

Anonymous said...

Saya juga miris, Mas.

Lebih dari itu, saya tetap saja menolak kenaikan BBM. Sejumlah orang memuji dengan mengatakan bahwa SBY hebat berani mengambil kebijakan tidak populer sementara yang lain jilat2 rakyat karena mau pemilu 2009.

Mau rasanya saya tereak memaki:

Ini bukan masalah jilat-menjilat. Ini bukan masalah pemilu tok. Ini masalah nyawa dan kehidupan sampe ke pelosok desa, bukan sekedar ukuran Jakarta!

Tapi, saya jadi punya harapan lain. Kalo ini blunder... kita lihat saja, apa pemerintahan ini masih akan eksis? :D

hari Lazuardi said...

wangsit dan yang sejenisnya tidak layak untuk dinantikan, tapi the leader yang ajaib untuk bangsa ini perlu juga untuk di gadang-gadang, pasti ada manusia itu suatu saat nanti... wah kok menanti lagi ya..
jangan sampai tak berujung tapinya.

hari Lazuardi said...

...entah sudah berapa kali kenaikan BBM menjadi sangat tidak populer dan berhasil mencederai hati rakyat, lagu lama yang kembali dinyanyikan dengan merdu oleh pemerintah, tapi toh sampai detik ini negeri yang ajaib ini masih bertahan, ya bertahan dengan bayang-bayang menuju ke arah yang semakin tidak jelas.
Siasat dan kreativitas tingkat tinggi nampaknya masih sangat diperlukan untuk bisa bertahan lebih lama lagi, apapun peraturan yang diterapkan pasti selalu saja terdapat celah-celah pelanggaran, itulah dampak krisis kepercayaan.
Siapa yang berani menjamin cara-cara penjatahan bensin seperti itu akan menuai hasil dengan dalih penghematan BBM, 5 liter untuk Jakarta adalah lelucon garing khas birokrasi yang kehabisan ide sehat, sangat naif dan netral serta letto rupanya...
lantas percaya kepada siapakah rakyat yang resah ini...
siapa sih sebenarnya yang presiden, SBY atau JK...