8/5/08


"I'm a special one," kata Jose Mourinho menutup perbincangan saat pertama kali datang ke Inggris beberapa tahun lalu. Siapa tak mengenal Jose saat itu, datang dengan kepala tegak setelah deretan sukses dan cerita hebat kemampuannya di klub-klub yang pernah ia libati. Layak jika Jose berkata demikian, hanya dengan materi seadanya ia mampu menyulap FC Porto menjadi juara Liga Champions 2004, dengan kemampuan manajerialnya yang pas ia meromba mental para pemainnya menjadi lebih bermutu dan percaya diri.

Sementara itu di Inggris, Arsene Wenger membentuk sekumpulan anak-anak muda yang dikenalnya sejak mereka masih remaja menjadi pribadi-pribadi juara yang luar biasa. Siapa mengenal Cesc Fabregas sebelumnya? Di Spanyol ia hanya dilabeli talenta baik dari Catalan, tapi lihat apa yang ia berhasil tunjukkan di Inggris, disana ia adalah maestro sepakbola menyerang ala Arsenal, bagian tak terpisahkan dari sang juara Spanyol dan tentu saja calon legenda Spanyol di masa datang.

Di Porto, Jose sama seperti Arsene, menjadikan para individu-individu bertalenta yang terbaik. Mereka hanya dibekali skuad yang mereka percaya mampu melakukan sesuatu, dan itulah yang keduanya persembahkan. Sama seperti sebuah pendapat di blog ini yang mengajak saya memilih untuk menjadi Arsene ketimbang Bernd Schuster, saya rasa tantangan itu akan saya jawab dengan kalimat luga "I'm a special one!!!"

3 komentar:

Anonymous said...

sekarang si satu spesial itu udah kayak ibu2... shoping mulu...


Arsenal juga beli pemain, bukan dari hasil akademi nya, gak kyk Persiwa.. Hehe

Anonymous said...

bt aq spt apapun jose morinho skrg, dia tetap spesial one......unique,handsome, lucu, dan matanya itu bo... Eagle eyes.....he.he.e

Anonymous said...

bapak2 itu langsing juga ya..