11/8/08


"Benarkah agama diturunkan ke dunia untuk memberi aturan?" tanya saya dalam hati saat menyaksikan kembali Passion of Christ karya Mel Gibson 2 malam lalu. Saya bukan kristen jadi saya kembali menemukan bahwa ada persamaan besar antara penolakan para pemuka agama terhadap Yesus dan penolakan para pedagang terhadap Muhammad SAW. Intinya sama, uang dan kekuasaan! Seperti Abrahah yang menyerbu Ka'bah tepat disaat sang Rasul lahir dengan alasan menurunnya devisa negaranya karena kebanyakan "pelancong" lebih memilih Ka'bah, maka Caiphas pun mengkhawatirkan "popularitasnya" yang semakin tersaingi oleh Yesus Kristus.

Maka disingkirkanlah lelaki bijak berperawakan gagah itu dengan berbagai argumen dan alasan, bahkan tekanan terhadap penguasa Romawi yang--seperti pemerintah kita terhadap gerakan agama--tidak berkutik terhadap tekanan-tekanan berbau agama. Disaliplah Yesus dan kemudian banyak orang mengenal dia sebagai messias.

Mel Gibson membesut karya ini sebagai sebuah masterpiece, didukung dengan materi pemain yang luar biasa, Mel mampu menyuguhkan sebuah kisah yang bagi saya sangat luar biasa. Bahkan seorang yang tidak terlampau mengerti kisah Injil seperti saya bisa memberi simpati luar biasa pada Yesus yang terus disiksa bahkan menjelang kematiannya. Saya menyaksikan film ini untuk ke 4 kalinya dan saya terus memberi applause panjang di setiap aksi para pemain yang saya yakini tidak mengerti bahasa Aramaic sebelum mereka memegang skenario film ini. Mereka mampu berakting layaknya memahami bahasa yang kini konon hanya digunakan oleh sekitar 200 ribuan orang saja.

Mel memberi saya inspirasi, bahwa totalitas seharusnya tidak hanya diberikan oleh sutradara dan timnya, tapi juga oleh mereka yang berperan di dalam karya sinema tersebut.

1 komentar:

Anonymous said...

Wow, udah empat kali nonton bos? Teman aku punya rekor nonton Titanic sampai 9 kali. Tapi benar sekali kekerasan dan agama sejak dahulu memang berkaitan (ironis). Tapi perkembangan peradaban manusia hendaknya menjadikan agama sebagai solusi atas timbulnya kekerasan, dan bukannya agama malah menjadi penyebab kekerasan itu sendiri.
salam sinema Indonesia...!