"Yang bikin Andibachtiar Yusuf, paling-paling gak jauh dari sepakbola juga," tulis sebuah komentar di berbagai forum yang saya temui di dunia maya tentang isu akan beredarnya Romeo*Juliet. Semoga kalimat ini bukan sebuah penghakiman, karena jika iya....saya berharap mereka juga pernah berkomentar "Yang bikin si fulan, paling-paling gak jauh dari horror juga,"
Seperti kata Yesus sesaat sebelum ia disalip "Maafkan mereka Tuhanku, karena mereka tidak mengerti," saya juga melakukan hal yang sama, memaafkan mereka yang berpendapat demikian karena "Mereka tidak mengerti sepakbola," Sampai detik ini saya masih percaya pada yang Bill Shankly pernah ucapkan tentang sepakbola "It's much more than life," dan banyak hal yang telah saya temukan, baca dan alami seringkali membuktikan hal tersebut.
The Jak (2007) bukanlah tentang Jakmania, film panjang pertama saya itu berisikan sebuah esai tentang ibukota Jakarta yang terlalu kejam pada penduduknya. Jika Anda pernah menyaksikannya, sepanjang 81 menit film berjalan, paling banyak saya hanya memasukkan 25 detik adegan pertandingan sepakbola. Bagi saya The Jak adalah sebuah kisah tentang orang-orang yang dikhianati oleh kotanya.
Lalu The Conductors (2008) yang bagi saya adalah essay tentang kepemimpinan, tentang kegelisahan kita semua pada sosok pemimpin yang kita mau. Terlalu banyak orang yang merasa dirinya mampu jadi pemimpin dan sibuk mencari muka di depan kita, padahal ujung-ujungnya kekuasaan dan hartalah yang mereka kejar. Tiga karakter yang sama jadikan tokoh utama di karya panjang kedua ini justru datang dari mereka yang tidak mempunyai ambisi namun seperti dianugerahi kemampuan untuk memimpin.....di bidangnya masing-masing dan dunianya masing-masing.
Saya belum merilis Romeo*Juliet yang memang direncanakan untuk rilis di bulan April 2009, tapi saya berjanji.....bahwa karya fiksi panjang pertama saya ini lagi-lagi bukan tentang sepakbola, tapi justru tentang manusia dan keinginannya untuk mencinta. Bahwa fanatisme adalah sesuatu yang indah kala ia bersemayam di dalam hati.....namun, ketika fanatisme muncul ke permukaan tanpa kendali, maka segala keindahan menjadi sirna.
1 komentar:
"Sampai detik ini saya masih percaya pada yang Bill Shankly pernah ucapkan tentang sepakbola "It's much more than life," dan banyak hal yang telah saya temukan, baca dan alami seringkali membuktikan hal tersebut."
Goblog sia...
Tuhan aja musti dikritisi, kalo perlu nggak dipercaya, bola lagi... lu percaya lagi sama Bill Shankly. Lu percaya Jesus mentah-mentah aja gue ketawain. Lu percaya Muhammad SAW juga gue katain. Apalagi Bill Shankly lu percaya.
Ah ngaco sia.
Pantes aja film lu nggak mutu, kepercayaan lu juga nggak mutu.
Post a Comment