4/22/09

"Apakah ini hanya bagian dari strategi promosi?" tanya seorang penelpon di sebuah talkshow yang berlangsung sore ini 22 April 2009. Tentu saja pertanyaan ini merujuk pada berita pencekalan Romeo Juliet di Jakarta dan Bandung yang semakin santer saja. Kami menjamin bahwa berita itu adalah sebuah kebenaran, karena mereka memang benar-benar berniat melakukannya. Namun, jika Jakarta dan Panglima Viking, Ayi Beutik memutuskan untuk menyaksikan dahulu film ini baru kemudian berkomentar (lihat http://www.facebook.com/ext/share.php?sid=104954267032&h=CkGyI&u=TMPDP&ref=mf) sebuah sikap yang bagi saya sangat jantan ketimbang pilihan kekanak-kanakan yang diambil oleh mereka yang mengaku-ngaku sebagai wakil dari masyarakat Sunda, namun datang ke 21 dengan semangat mengancam serta siap melakukan kekerasan.

Dua pihak benar menekan dan mengancam akan melakukan apapun agar kami tidak jadi menayangkan Romeo Juliet yang telah susah payah kami kerjakan selama beberapa bulan belakangan. Jika mereka yang tidak mau nonton tapi justru memilih untuk ngamuk-ngamuk sebelum waktunya, kami siap meluangkan 2-3 tiket bagi masing-masing pihak agar bisa nonton dan kemudian berkicau lebih keras atau justru diam saja karena kami memang tidak menyudutkan siapa-siapa.

Yang di Bandung tolong diingat kalimat "Tolong bantu-bantu promosiin majalah saya," dan yang di Jakarta bisa mengingat kalimat "Ngopi aja dulu yuk," agar mereka ingat, bahwa sebenarnya kita berkawan....dan hanya kepentingan saja yang kemudian membuat kalian memusuhi karya yang belum kalian lihat ini.


Apapun, Romeo Juliet tetap siap menghentak Indonesia. Setelah menerima applause berturut-turut di Hongkong dan beberapa pemutaran terbatas, kini kami siap memberikan apa yang Indonesia belum pernah lihat dalam kurun 19 tahun terakhir.

SAUDARA-SAUDARA SEKALIAN......ROMEO JULIET DI BIOSKOP KEGEMARAN ANDA

122 komentar:

Ariyanti said...

Kang, saya sudah tonton Rom-Jul. Menarik :)

Ulasan & opini lengkapnya akan saya post di Blog, nanti saya kabari ya kalau sudah saya posting.
Congratz Kang :)

Regards,
Yanti - Jurnal '99

Anonymous said...

DELON = DERITA LO OON..selamat buat UCUP yg mendapat hadiah BOGEM manis

Anonymous said...

KAU SUDAH MENGINJAK@ MARTABAT VIKING....KAU SUDAH MENGIBARKAN BENDERA PERANG....

Astrajingga said...

Saya tertarik dengan pernyataan Ananda Sukarlan yang bijak. Komentar saya begini:

1. Benci adalah bentuk lain, bahkan sebetulnya nama lain dari Cinta. Analogi yang tidak terlalu tepat, tapi barangkali dalam matematika bisa dijelaskan sebagai bilangan positif dan negatif. Sebuah bilangan, misalnya, sebetulnya sama-sama bernilai 6, tapi yang satu -6 yang satu +6, dua-duanya sebetulnya sama-sama 6 (jaraknya dari 0). Kuantitasnya sebetulnya sama, hanya punya masalah penanda, negatif (-) atau positif (+) yang sebetulnya hanyalah masalah bahasa matematika 'dari arah mana kita melihatnya.' Bahkan bilangan 0 pun, yang dijadikan patokan, bisa positif dan bisa negatif; sekalipun kebanyakan orang mengira bahwa 0 itu persis di tengah dan netral, seperti seolah tak tergugat dan hakiki. Nyatanya tidak.

Jadi benci = -cinta, atau cinta = -benci.

Seperti sebuah klise; cinta dan benci adalah dua muka pada satu koin. Kita tidak bisa membenci kalau tidak bisa mencinta. Bercerita tentang cinta otomatis bercerita tentang kebencian--implisit atau eksplisit.

Kita tak mungkin menjelaskan cinta kalau kita tidak memahami kebencian. Kalau kita memilih satu, dua, atau seratus atau sejuta hal yang kita cintai, itu tentunya karena pada saat yang sama secara sengaja atau tidak, sadar atau tidak, diakui atau tidak, kita telah memutuskan untuk membenci atau sekurang-kurangnya tidak menyukai satu, dua, tiga, seratus, atau semilyar hal di luar segala yang kita cintai.

Bagaimana kita bisa menjelaskan sesuatu yang 'terang' kalau kita belum pernah mengalami 'gelap'. Bagaimana kita memahami kemunafikan kalau kita tidak mengerti makna kejujuran.

Klise lagi: Bagaimana kita bisa merasakan kebahagiaan kalau tidak tahu nyerinya pilu?

Bagaimana sebuah film bisa bercerita tentang cinta kalau pada saat yang sama film itu tidak juga bercerita tentang kebencian.

2. Ada beda yang kadang jelas; kadang tipis; antara plagiat, nyontek, terilhami, mengadaptasi, membuat berdasarkan, mendramatisasi dari, membajak, dan seterusnya. Garis tegas pembedaannya, firewallnya, ada pada kejujuran. Terutama, kejujuran seorang seniman pada dirinya sendiri sebelum pada orang lain.

3. Kalau ada (banyak) yang sampai mengira bahwa sutradara dipukuli untuk promosi, mohon dimaklumi, karena begitulah infotainment, acara gossip, dan televisi Indonesia mendidik dan mengajari penonton Indonesia pada umumnya. Pengaruh televisi ini biasanya kalis (tidak mempan) pada mereka yang tidak/jarang menonton TV, pada mereka yang lebih suka membaca, atau pada mereka yang mampu berpikir kritis. Sayangnya tidak terlalu banyak orang Indonesia yang seperti itu. Bukan hanya di Indonesia saja sih, di seluruh dunia memang tidak terlalu banyak orang seperti itu. Itu sebabnya kebanyakan orang mudah digiring, lalu pelan-pelan dieksploitasi dan dimiskinkan. Paling tidak, oleh iklan.

Tetapi, sebagaimana halnya kebahagiaan dan penderitaan pada dasarnya adalah 'hal' yang sama. Sebagaimana cilaka dan untung sungguhlah sejatinya adalah barang yang itu-itu juga. Jadikanlah 'kecelakaan' dipukuli itu sebagai 'barokah'. Coba hitung, berapa media memuat itu sebagai berita. Coba iseng-iseng hitung, berapa orang yang jadi penasaran, seperti saya, dan akhirnya keluar duit beli tiket nonton Romeo Juliet. Padahal sampai 3 hari yang lalu, saya sama sekali tidak tertarik nonton filmnya, walaupun samar-samar sudah pernah baca kabar tentang film ini di internet. Kalau seorang sutradara dipukuli karena filmnya, seharusnya filmnya penting untuk dilihat.

Saya sepakat pada hampir seluruh tulisan Bung Ananda Sukarlan, kecuali bagian ini:

Kami hanya minta satu hal : tonton dulu filmnya, bung ! Baru boleh ngritik atau nggebukin sutradara ...

Ini bahaya. Masak dengan 15.000 rupiah anda membolehkan orang melakukan kekerasan (nggebukin) pada orang lain sih?

Jangan gitu ah.

Adrian Dwiananto said...

Apa sih ni film... ngeliat tetek bengeknya malah makin ga pengen ditonton... tar aja nunggu di tv. kayanya ga worth bayar buat nonton ini...

soal berantem... ahahaha udah bubarin aja the jak sama viking... nyadar ga? the jak sama viking malah asik rusuh sendiri... persib-persija malahan jadi tim medioker... gw pengen ngakak!! hahahaha

e-je said...

disuruh nonton dulu baru komentar yah???

apakah memutar balikan kebudayaan indonesia cup??? atau lo udah lupa budaya indonesia karna terlalu lama di luar negeri??? budaya indonesia itu musyawarah untuk mufakat, ga kaya lo yang nyuruh nonton dulu (dipaksa sepakat dengan pandangan lo dalam film, dan disuruh nonton biar laku filmnya) terus baru boleh komentar dan diskusi (musyawarah)...
jadi lo itu "MUFAKAT UNTUK MUSYAWARAH".
PARAH LO CUP...

Anonymous said...

Sepakat sama E-je. Cup, lo bener lo kapitalis kayak orang barat.

Andibachtiar Yusuf said...

pernah tau enaknya rasa iga bakar di jl cipaganti? enaknya bubur ayam mang oyo? atau gurihnya ikan mas goreng bu tatang di sekeloa?
saya tau, karena saya sudah pernah makan disana dan kemudian berulang kali kembali. saat saya belum pernah makan disana, saya cuma bisa bilang "Belum tau, nanti deh dicobain,"
atau saya bisa memilih kalimat kedua "Ogah, mahal!" atau kalimat ketiga "Gak mau ah....iga bakar kalorinya tinggi," karena seseorang harus punya alasan dan paham dgn alasannya......

saya bukan kapitalis, tapi indonesialah negara kapitalis. dunia mengenal hukum pasar bebas dan struktur harga yang dibentuk oleh kekuatan pasar bukan oleh menteri ekonomi atau kekuatan monopoli di negara tersebut....indonesia baru akan memulai pasar bebas, karena di negeri ini kekuatan ekonomi dan struktur harga bahkan nilai2 sosial selalu ditentukan oleh sekelompok orang yang (bisa jadi cuma merasa) kuat

jika E-JE dan bung anonymous mengerti dengan lebih baik apa arti kapitalis....silakan jelaskan pada saya. karena makhluk di dunia sama aja, bahkan kekerasan di sepakbola polandia jauh lebih keras daripada di bandung

e-je said...

sori cup, gwa ga bawa2 kapitalis jadi ngapain juga harus nerangin kapitalis...
gwa cuma bilang klo kata2 lo "tonton dulu baru komen" sama aja dengan mufakat untuk musyawarah itu saja. nah lo bilang harus rasain dulu baru bisa tahu gmana rasanya, tapi sebelumnya juga kan kita harus tau, misal saya lapar kenapa saya harus beli bubur mang oyo???
begitu juga dengan ini, kenapa film ini harus di tonton?? dimana filmnya terus terang aja menyinggung banyak orang pas ada yang ngomong di film itu klo bahasa sunda itu bahasa monyet lah ato apa lah, trus cewe di bandung bispak lah ...

[quote]
bahkan kekerasan di sepakbola polandia jauh lebih keras daripada di bandung
[/quote]

trus ada ga filmnya yang kaya lo buat????? bawa nama2 organisasi suporternya ga di filmnya??? ato bahkan pake baju organisasi suporternya gitu di filmnya??? beli di pinggir jalan ga baju suporternya???(Yang nyata kaya yang lo buat?)

Tyo said...

hei kawan2 Viking mau lhoe tu apa?gebukin bang ucup?ngaca dulu muke lhoe di kaca,jangan main anrakis,katrok,kampungan,beberapa oknum pemukulan itu Viking banci/viking yang baru belajar menjadi Viking,viking sejati saya rasa g seperti itu,asal kalian tau,di film R-J ada Aremania disana,kalian tau Aremania disana jadi apa>?Yuli Sumpil jadi penengah,namun penengah yang ga jauh2 dari alkohol,namun kami Aremania tidak akan marah dengan hal itu(Walaupun sedikit kecewa)kecewa?ya!karena Aremania di ibaratkan sosok yang ga jauh dari alohol,kalian Viking disana diperankan tidak seperti Yuli yang meneggak minuman keras,lebih baik bukan?kalian itu supporter jangan katrok.sok gaa mau ngajak perang,mengibarkan bendera perang,jangan banyak omong aja,klo berani tu tongolin gigi lhoe.jadi Jantan jangan jadi pecundang,hargai karya orang lain,ini negara kebebasan,pasar bebas!siapa pun bisa ber expresi!termasuk bang ucup!nah ni pesan buat bang ucup,lain kali ga usah nggangkat tema sama supporter yang tidak bersahabat bung,datang ke malang aja,,buat film sesuai apa yang bang ucup kehendaki,g usah bawa2 naba supporter yang suka bertikai.

e-je said...

ah....semuanya bersembunyi dibalik kebebasan berekspresi lah, seni lah, negara bebas lah, demokrasi lah...tapi semuanya itu ada batasnya bung!! saya mengkritik bukan hanya dari nama viking yang di bawa2, tapi saya mengkritik karna bahasa sunda itu disebut bahasa monyet (apakah saya harus berdiam diri saja sebagai orang sunda???), perempuan bandung di bilang bitch apakah ga sakit hati semua perempuan di bandung????
klo emang semuanya bebas, ya brarti kami pun bebas memboikot film ini di bandung, kan negara bebas, pasar bebas..kami sebagai pangsa pasarnya bebas aja dong menolak!! ingat dalam dunia marketing pun sekarang sudah ketinggalan lagi yang namanya STP (Segmenting, Targeting and positioning)..Hermawan Kartajaya sudah mengeluarkan era new marketing dan di dalamnya ada unsur :
communitization, confirming, clarifying, coding dll...
lihat ada confirming dan clarifying!! jadi, kami juga sebagai target pasar berhak untuk menolak!!

bukanhooligans said...

mas ucup, yang anda lupa adalah anda berurusan dengan kelompok supporter yang anda tidak bisa samakan dengan sebuah firm/ultras di luar sana. keberagaman budaya/cara pikir inilah yang membuat kami berbeda dengan mereka. hingga dalam ucapan satu suara, kami tidak bisa satu suara.
suara viking itu bukan suara ketua dan suara ketua belum tentu suara kami.
masalah yg saya garis bawahi sejak awal saya email2.an sama anda dan pada akhirnya anda marah2 sama saya, adalah DAMPAK SOSIAL yg akan terjadi, social impact itu kejam bung! masalah konten film itu no 2 buat saya. ini menjelaskan, masyarakat kita tidak bs dibawa dalam cara pikir anda yg anda (mungkin) esktrim (atau bodoh menurut saya).
social impactnya? anda dipukul..

quotes terakhir saya pernah liat di ststus fb anda yg kurang lebih.. "sepakbola ga rusuh, ga rame.." ya ga bos? jeheuheuhe..


ps:untuk aremania itu. masalah yuli jadi pemabok di pilm itu ya itu problem elo. dan plz jangan bawa2 kapitalis/pasar bebas. udah gede omong ntar salah lagih. hehahhaa..

Tyo said...

@E-Je,pinter juga alasan km,trus lantas apakah dengan memukul andi batchiar adalah kebebasan oknum viking memukul orang lain dengan seenaknya?klo bebas tapi tau aturan,jangan maen pukul,apakah andi anak oknum viking?pake pukul2 segala!bapaknya bung andi aja g pernah mukul,kalian(oknum Viking)melakukan tindakan konyol,masalah bahasa monyet,lhoe bilang kebebasan??klo lhoe punya akal,bahasa monyet itu ga kaya gitu,bahasa sunda jauh lebih baik dari bahasa monyet,lhoe pernah di ajarin bahasa indonesa ga?antara hiperbola,anonim,antonim?
@Bukan Holigan,iya Yuli mabuk adalah urusan dia dan aremania pada umumnya,tp setidaknya kami tidak melakukan tindakan bodoh dengan melakukan pemukulan konyol semacam itu,bung andi manusia kalian(oknum viking)juga manusia,apa yang mau kalian banggakan dengan memukul sesama manusia?kenapa ga masuk STPDN aja,klo kalian(oknum viking)punya nyali gede.

e-je said...

@Tyo : klo sya bilang bahasa jawa (malang) itu bahasa monyet lo marah ga??? lo punya ibu?? punya ade, kaka atau sodara perempuan??? klo di bilang bispak atau bitch lo marah ga??? apakah itu masih masalah hyperbol??anonim atau antonim???? lihat tempatnya dong, film itu di tonton seluruh indonesia, bagaimana dengan sosial impact seperti yang dikatakan @bukanhooligans.
masalah pemukulan setiap orang punya tingkat kesabaran masing-masing bos, namanya juga manusia...bukan kah aremania yang dihukum sampe sekarang karna anarkis juga??? saya yakin itu karna tingkat kesabaran diantara aremania pun berbeda-beda, sehingga ada yang bener2 sabar (tidak anarkis) dan banyak pula aremania yang anarkis pada waktu kejadian itu (sampe ke tengah lapang mukul wasit), bukannya itu juga sudah diluar batasan?? dan memang seperti itu klo emosi manusia sudah memuncak (suka keluar batasan), klo ucup mengeluarkan film yang keluar batas seperti ini brarti ucup juga kemungkinan buat filmnya dengan emosi yang memuncak juga yah...

Astrajingga said...

Pertama-tama, pasar bebas, atau free market itu jelek. Pasar bebas itu adalah jalan menuju penggerogotan dan selanjutnya penghancuran demokrasi. Pasar bebas sama sekali berurusan apalagi mendukung kebebasan berekpresi, kebebasan pers, dan kebebasan manusia lainnya. Sebaliknya pasar bebas adalah belenggu bagi kebebasan manusia. Selengkapnya, bacalah Shock Doctrine karya Naomi Klein.

Jadi, jangan sampai Indonesia menjadi penganut aliran sesat Pasar Bebas juga, apalagi menjadi Friedmanite country ala Milton Friedman.

Kedua; kapitalisme punya jutaan definisi, nggak perlu dijelaskan di sini, googling aja 'define: capitalism,' nanti ketemu, dan pelajari aja sendiri.

Mengenai kebebasan itu sendiri, saya rasa film R-J adalah bagian dari kebebasan berekspresi. Kalau mau dibilang sebagai karya seni, ya juga bagian dari kebebasan berkesenian. Dan semua orang punya kebebasan itu sebagai 'bawaan lahir' manusia. Ucup punya kebebasan berekspresi, anggota-anggota Viking juga punya sejak lahir.

Jadi Ucup mau mengatakan 'bahasa Sunda itu bahasa monyet' (melalui aktor yang disutradainya dalam film) itu adalah bagian dari kebebasan berekpresi si Ucup. Itu adalah sepenuhnya hak dia.

Tentu saja kebebasan berekspresi akan menjadi masalah bagi orang-orang yang tidak berpikir skeptis dan tidak kritis; serta penuh ketakutan--mungkin karena rasa percaya diri yang rendah, atau karena punya rahasia; sebuah kebusukan yang disembunyikan rapat-rapat.

Mungkin sekali karena pendidikannya memang tidak membiasakan anak untuk berpikir kritis sejak usia muda, dan terbawa terus ke masa remaja dan masa dewasanya. Mungkin karena dibesarkan dalam suasana feodal yang terpelihara secara sosial--dan sering disalahtafsirkan sebagai 'budaya.'

Bagi orang yang tidak kritis, dikiranya, ketika seseorang berkata 'Bahasa Sunda itu bahasa monyet' pernyataan itu adalah sebuah kebenaran. Bahkan bukannya tidak mungkin ia mengira pernyataan itu adalah sebuah pengungkapan rahasia yang selama ini dilindungi dengan ketat agar jangan sampai diketahui etnis lain.

Dan karena imajinasinya yang terbatas, orang yang anti-kebebasan, mengira daya tangkap dan kecerdasan orang lain--penonton pada umumnya--sama rendahnya dengan dia. Dia takut penonton lain, khalayak, akan percaya bahwa Bahasa Sunda adalah bahasa monyet.

Imajinasinya tidak sanggup melihat hal-hal implisit dibalik pernyataan eksplisit "Bahasa Sunda adalah bahasa monyet." Tentu saja, dengan sedikit kecerdasan, kita bisa melihat bahwa maksud sutradara menempatkan dialog tersebut bukan sama sekali menjelaskan bahwa Bahasa Sunda adalah bahasa monyet, atau berusaha menyetarakan etnis Sunda dengan monyet.

Setidaknya, implikasi dari kalimat tersebut adalah bahwa kita bisa melihat bahwa kebencian (akibat fanatisme) antar klub supporter sungguh sudah mencapai tingkat yang emosional yang tidak lagi masuk akal. Sudah tidak lagi menggunakan nalar. Kebencian yang didasari oleh omong kosong, fitnah atau provokasi murahan semacam, "Bahasa Sunda itu bahasa monyet."

Saya rasa, bagi kebanyakan orang, yang akan tercoreng mukanya bukanlah orang Sunda yang bahasanya dikatakan sebagai bahasa monyet, tetapi justru orang tolol yang mengatakan bahwa Bahasa Sunda itu bahasa monyet.

Provokasi murahan inilah yang bisa--dan sepertinya terus menerus diproduksi dan direproduksi--untuk kepentingan orang lain, dan biasanya adalah kepentingan pemilik modal atau penguasa.

Akan lain halnya bila seorang pakar bahasa cum ahli biologi yang mengatakan bahwa Bahasa Sunda adalah bahasa monyet. Apalagi jika kesimpulan ini didapatkan dari sebuah penelitian antroplogi, semantik, sintaksis, etimologi, biologi, genetika, dan taksonomi yang dilakukan dengan sangat cermat, teliti, dan makan waktu bertahun-tahun.

Kok sampai hari ini tidak ada doktor profesor yang meneliti itu dan mencapai kesimpulan itu? Menurut saya, secara mudahnya, tentu saja karena jauh lebih gampang membuktikan bahwa Bahasa Sunda bukan bahasa monyet. Atau dengan kata lain, monyet berkomunikasi dengan bahasa monyet, bukan Bahasa Sunda.

Saya beri contoh lain, misalnya sebuah film menunjukkan adegan penistaan yang dilakukan oleh Komando Aksi terhadap anggota Gerwani. Anggota Komando Aksi--yang telah diprovokasi dan dilatih militer--itu kemudian mengatakan, "Gerwani lonte kamu!!!" Apa yang bisa kita dapatkan dari sini?

Apakah kita akan serta merta percaya bahwa anggota Gerwani (gerakan perempuan yang paling kuat di Indonesia pada saat itu; yang berjuang untuk mendapatkan kesetaraaan kesempatan bagi perempuan, yang anti-poligami itu) semuanya lonte? Apakah kita akan percaya begitu saja pada semua yang diucapkan orang?

Apakah kita tidak mampu melakukan filtrasi dengan berpikir kritis dan skeptis? Apakah kita tidak memiliki bahan bacaan lain sebagai pembanding?

Apakah anggota-anggota Gerwani akan tersinggung ketika menonton film itu? Apakah penonton lain akan bersimpati pada anggota Gerwani yang dimaki sebagai lonte, atau akan bersimpati pada anggota Komando Aksi yang sembarangan menuduh seorang perempuan terhormat pejuang martabat kaumnya sebagai lonte?

Kembali ke film Romeo Juliet, di luar itu semua, ada realitas yang diupayakan untuk secara jujur diungkapkan, diekspresikan di sini. Dan kejujuran berekspresi sesungguhnya adalah kawan baik kebebasan berekpresi.

Artinya begini. Film adalah sebuah realitas tersendiri. Realitas film. Film adalah film, kehidupan adalah kehidupan. Kehidupan yang mana? Yang kita jalani ajalah supaya nggak repot cari definisnya. Nanti repot lagi memisahkannya dengan simulakra.

Film berusaha menggambarkan realitas kehidupan, tapi percayalah, bagi orang yang kritis, sebaik-baiknya cermin, tentu tidak akan terlihat sempurna. Ketika film berusaha memproyeksikan ulang realitas kehidupan dia telah menjadi realitas tersendiri. Yang terpisah. Sama sekali.

Kalau saya ditanya, apakah saya, sebagai orang Sunda (saya memang orang Sunda), tersinggung ketika dikatakan berbahasa monyet oleh seseorang langsung di hadapan saya? Iya sedikit, itupun hanya kalau diucapkan oleh orang memang dari awal sudah saya tidak sukai.

Apakah saya tersinggung ketika di film ada orang bilang bahwa Bahasa Sunda adalah bahasa monyet. Enggak tuh.

Yang pertama karena itu dilayar--terpisah. Yang kedua karena ditujukan kepada aktor dan diucapkan oleh aktor yang keduanya berperan atas arahan sutradara, karena skenarionya begitu. Yang ketiga, dan yang terutama, karena maksudnya terlalu jelas bukan untuk menghina atau apalagi untuk menyebarluaskan rahasia etnis orang Sunda.

Bagaimana kalau ini adalah adegan dokumenter? Bagaimana kalau ini bukan akting? Nggak masalah juga. Lebih bagus lagi. Kita bisa melihat realitas dengan lebih dekat--sekalipun tetap sebagai realitas yang terpisah. Film ya film, kehidupan ya kehidupan. Sekalipun ucapan "Bahasa Sunda itu bahasa monyet" adalah adegan dokumenter, sekalipun kalimat tersebut ditulis di skenario berdasarkan kenyataan, toh itu tidak bisa serta-merta mengganti kenyataan kehidupan yang dialami bersama-sama, yang diketahui bersama-sama, dan diakui bersama-sama, dan semua orang rasanya tahu bahwa Bahasa Sunda bukan bahasa monyet.

Sama saja dengan kartun Nabi Muhammad, mau digambarkan seperti apapun juga, toh dia tidak akan mengubah serangkaian fakta, kenyataan, dan pengakuan publik atas Nabi Muhammad.

Saya rasa begitu. Saya rasa orang Sunda cukup cerdas untuk bisa berpikir seperti itu, kecuali barangkali beberapa pendukung Viking, yang seperti digambarkan dalam film--semua fans sepakbola, memang sudah tidak lagi bisa berpikir dengan nalar yang jernih.

Kebebasan berekspresi juga punya sisi lain. Sisi publik atau sisi penonton, selain dari sisi senimannya.

Di sisi publik, Anda juga punya hak. Bahkan jauh lebih banyak daripada yang dimiliki sang sutradara/produser yang terikat ratusan pasal-pasal kontrak dengan berbagai pihak.

Bahwa Anda boleh memilih untuk tidak menonton, tentu saja itu hak Anda.

Bahwa Anda boleh mengajak semua orang Sunda untuk tidak menonton tentu saja, itu hak Anda.

Bahwa Anda boleh berkomentar, bahkan sebelum menonton filmnya, tentu saja itu hak Anda.

Bahwa Anda berhak menulis petisi, mengajukan surat keberatan, mengirimkan surat pembaca ke koran-koran, menulis panjang di blog dan seterusnya.

Bahwa Anda berhak menggugat secara perdata pembuat filmnya.

Bahwa Anda berhak meminta distributor, bioskop untuk tidak memutar film, itu sah Anda lakukan.

Anda boleh berdemonstrasi mengumpulkan ribuan massa kalau perlu untuk menunjukkan ketidaksukaan Anda dan banyak orang lain terhadap film Romeo Juliet.

Anda boleh menyerukan boikot atas film Romeo Juliet.

Anda juga berhak bikin film sendiri yang disitu salah seorang aktornya mengatakan, "Heh, budak Jakarta, babadog bae siah siga anjing!"

Hak-hak Anda, sebagai penonton yang keberatan, sungguh banyak. Inilah yang patut disyukuri dari adanya perlindungan terhadap kebebasan berekspresi itu.

Apakah kebebasan berekspresi juga memberi Anda hak untuk memukuli sutradara yang filmnya tidak Anda sukai? Sayangnya tidak.

Anda tidak berhak menggunakan kekerasan dalam berekspresi karena itu melanggar hak orang lain, Ucup dan kawan-kawannya yang ikutan bonyok, untuk bebas dari penganiayaan.

Kalau Anda mengekspresikan ketidaksukaan Anda dengan kekerasan, seperti memukuli orang, merusak barang, apalagi fasilitas publik, ya Anda siap-siap saja berurusan dengan polisi dan pengadilan. Ini masuknya bukan lagi dalam kategori kebebasan berekspresi, tapi KUHP: Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Sesederhana itu.

e-je said...

sebelumnya saya ucapkan terima kasih tanggapannya (walaupun saya ga tau siapan anda), tapi klo anda bilang "Anda tidak berhak menggunakan kekerasan dalam berekspresi karena itu melanggar hak orang lain"
maaf anda salah orang, kalau kata "Anda" dalam tulisan itu ditujukan kepada saya, karna bukan saya pelakunya.

yang harus anda ingat adalah bagaimana culture di indonesia ini, khususnya orang sunda. Apakah semua orang indonesia bisa menerima apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh sutradara?? oh tentu tidak, setiap orang punya daya nalar dan daya pikirnya masing-masing dan hal ini lah yang saya khawatirkan yaitu tidak semua orang bisa menrima apa yang sutradara ingin sampaikan baik seluruh orang indonesia secara umum ataupun orang sunda khususnya. kalau film itu cuman untuk di konsumsi ucup sendiri dan tidak dipublikasikan secara luas tentu saja saya juga tidak keberatan ucup mau ngapain juga buat filmnya tapi kalau untuk konsumsi umum apalagi ditayangkan serempak di berbagai bioskop dan diberbagai kota tentu saja saya keberatan karna itu tadi setiap orang di indonesia ini tidak bisa di generalisasi bahwa semuanya dapat menangkap apa yang akan disampaikan oleh sutradara. Kalau pun anda dan ucup bilang tetap itu adalah kebebasan berekspresi saya juga tetap bilang bahwa kebebasan berekspresi pun ada batasnya, contohnya artis yang di poto atau maen film dengan tidak memakai pakain sehelai benangpun (bugil) apakah bisa tetap dikatakan kebebasan berekspresi??? saya jawab YA itu kebebasan berekspresi, tapi BODOH!! dan ingat ini Indonesia, semuanya akan terbentur dengan budaya indonesia, dan hal-hal semacam itu tidak biasa dengan budaya indonesia. Kalau di luar negeri mungkin bisa karna budaya mereka berbeda dengan budaya kita. Memang tidak ada aturan tertulis, tapi budaya sudah merupakan aturan yang tidak tertulis bagi yang menjalankan budaya nya.

bukanhooligans said...

@tyo
begini lah mas tyo, kami supporter, jangan banyak berharap kami bisa bertindak seperti seorang PNS atau pemuka agama yg bsia berbuat baik atau menjadi malaikat. anda tau mayoritas hidup supporter itu keras (mungkin aremania tidak). masalah norma yg anda khotbahkan tidak berlaku bagi kami. biarlah penyelesaian ini tetap berlaku di jalanan. and plz, club supporter anda bukanlah main object di pilm ini, jadi percuma saya debat dengan anda mengenai pilm ini. konyol.

@all
waduh, rame juga ya sampe ada yg khotbah masalah pasar bebas. sampe bawa2 rujukan ekonom. haha! terlalu jauh bos!

tapi ada yg salah, anda berbicara dengan kacamata "berbeda" disini, anda bisa berbicara hal tersebut disini dan orang2 bisa mengerti mudah. konotasi bahasa monyet bisa diartikan "positif" oleh anda tadi.
hei tetapi kenapa saya bilang anda salah? kesalahannya yaitu pilm ini tidak hidup di lingkup dimana orang2 bisa mengerti dengan mudah tentang apa yg disampaikan! anda jangan harapkan cara pikir anda bisa sama dengan masyarakat lainnya yg menonton pilm ini, mereka tidak akan berdiskusi mengenai majas, makna dekonstruksi atau artian harfiah dulu setelah menonton adegan itu, yg mereka tangkap adalah ucapan sunda bahasa monyet, dan mereka akan marah dan anda harus terima! karena anda dan mereka tidak sama! this is part of social impact tadi.

garis besarnya, masyarakat kita majemuk! anda harus berhati hati dimana anda berdiri.

Astrajingga said...

Terima kasih atas tanggapannya yang cepat E-Je.

Pertama kali, perlu saya jelaskan bahwa kata "Anda" saya tujukan pada orang kedua tunggal, lebih tepatnya, pada semua yang membaca, bukan 'saya', bukan 'dia' atau 'mereka'. Kalimat saya adalah sebuah pernyataan yang berlaku umum pada siapa saja yang membaca, sama sekali tidak ditujukan kepada seseorang atau sekelompok orang, dan tidak untuk menyudutkan atau menuduh siapapun.

Kedua, saya tidak membedakan manusia berdasarkan etnis apapun. Saya tidak mengistimewakan atau merendahkan etnis Sunda. Tulisan saya berusaha membedakan orang yang kritis dengan yang tidak kritis. Antara manusia yang bisa berpikir dengan nalar jernih untuk dirinya sendiri sebelum ia berkomunikasi atau mengekspresikan idenya pada orang lain dengan orang yang tidak kritis, fanatis, yang hanya bisa mengulang-ulang kata-kata basi yang kebenarannya tidak dia uji, minimal dalam pikirannya sendiri atau tidak pernah didiskusikan dengan orang lain secara lebih mendalam. Orang-orang yang berkecenderungan untuk bersikap represif dan menggunakan kekerasan dalam mengatasi perbedaan dan sengketa.

Saya tidak akan membahas masalah latar belakang kultural atau budaya, karena akan sangat panjang dan bisa jadi percuma; terutama karena banyak salah tafsir, salah paham mengenai kultur, budaya, tradisi, dan apa yang disebut sebagai tradisional. Bukan saja terlalu banyak masalah penyekatan, pemahaman, definisi, tetapi juga masalah semantik. Masalahnya berakar pada pembahasaan; alias masalahnya sudah ada pada kata-nya. Bukan semata-mata bagaimana kita memaknai kata.

Saya tidak berbicara mengenai kultur etnis, Sunda atau Jawa atau Jakarta (yang juga bukan Betawi). Saya berbicara tentang kultur masyarakat bebas yang menghargai kebebasan berekspresi dan di seberangnya: masyarakat yang represif. Antara yang anti-kekerasan dan yang cenderung untuk menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan masalah atau sengketa.

Secara umum. Tidak berkaitan dengan etnis, latar belakang budaya, dengan kebangsaan, wilayah geografis, tingkat pendidikan formal, asal-usul, kewarganegaraan, ataupun strata ekonomi.

Karena menurut saya, setidaknya menurut alur pikir yang saya gunakan, seluruh manusia, perilakunya, sebab-musababnya, 'hal'nya dan 'menjadi'nya, lebih mudah dijelaskan jika dikelompokkan dalam kelompok berpikir kritis dan kelompok tidak berpikir kritis, untuk tidak menyebutnya sebagai 'cerdas' dan 'tolol.' Orang kaya bisa cerdas, orang miskin pun bisa tolol. Orang sekolah tinggi bisa tolol dan orang yang tidak sekolah bisa cerdas dalam pengelompokan yang saya buat. Orang Malaysia bisa cerdas orang Mozambik bisa saja tolol. Jadi saya tidak menggunakan diskriminasi atau pembedaan berdasarkan etnis, latar belakang ekonomi, budaya, sosial, negara, geografis apapun.

Ini saya akui memang adalah sebuah penyederhanaan yang berguna untuk memudahkan pemahaman. Ini adalah sebuah cermin yang tidak sempurna, saya akui itu, seperti sebuah film. Bahkan film dokumenter yang paling jujur sekalipun.

Jadi, menurut saya, ketersinggungan atau ketidaktersinggungan tidak berkaitan dengan etnis apapun; seharusnya. Hal itu lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang; kemampuan kolektif suatu kelompok masyarakat; untuk berpikir kritis. Secara sederhana, apakah seseorang itu cerdas atau goblok. Itu saja.

Kalau orang mudah tersinggung, saya kelompokkan sebagai "goblok." Secara lebih halus bisa saya katakan bahwa orang yang dewasa pikirannya mampu menertawai diri sendiri.

Tentu saja setiap orang punya daya nalarnya sendiri-sendiri, dan tentunya punya tingkat ketersinggungannya sendiri-sendiri.

Tapi, kembali lagi ke pengelompokan yang saya buat, feeling saya mengatakan bahwa orang Sunda, kebanyakan orang Sunda, seperti kebanyakan orang di belahan manapun di dunia, tidak goblok-goblok amat (secara saya juga kebetulan ber-etnis Sunda, warga dunia, dan rasanya kok saya tidak goblok-goblok amat.)

Dan orang cerdas, yang tidak goblok-goblok amat, orang yang kritis, bisa belajar dari apapun juga, termasuk dari film yang paling tolol sekalipun. Termasuk dari makian yang paling menyakitkan sekalipun. Termasuk dari kitab suci yang paling sesat sekalipun.

Orang cerdas selalu bisa mengambil hikmah dari apapun juga.

Itu sebabnya saya tidak bersepakat jika sebuah film--yang paling tolol sekalipun--tidak boleh dipublikasikan bagi masyarakat luas dan hanya boleh ditonton oleh sang pembuatnya sendiri. Itu, menurut saya, sangat tidak bijak, untuk tidak menyebutnya sebagai super tolol.

Pelarangan publikasi atau peredaran sesuatu karya, apapun bentuknya, telah menutup kesempatan bagi publik, bagi masyarakat luas, bagi ummat untuk mengambil hikmah dari karya tersebut. Mencegah orang banyak untuk belajar dari pemikiran, ide, dan ekspresi orang lain. Ini sebuah kerugian bagi masyarakat umum, dan ini bertentangan dengan amanat konstitusi "mencerdaskan kehidupan bangsa."

Jadi, karya, ekspresi seseorang tidak sepatutnya dilarang-larang untuk dinikmati secara luas. Ingat bagaimana karya Copernicus mengenai sistem tata surya pernah dilarang dan hanya boleh dibaca segelintir orang oleh penguasa gereja--juga penguasa politik pada saat itu? Bayangkan jika represi dan pelarangan edar karya tersebut dipertahankan sampai sekarang; apa yang akan terjadi? Yang paling ringan Neil Armstrong bukannya sampai ke bulan dia malah bisa nyasar ke Ciledug!

Bayangkan seandainya naskah proklamasi dilarang dibacakan kepada khalayak. Minimal kita nggak kenal 'Agustusan.' Agustus akan jadi nggak seru tanpa lomba makan kerupuk, panjat pinang, dan anak-anak lari tertatih sambil bawa gundu di sendok.

Mengatakan bahwa sekelompok orang, atau etnis berlatar belakang budaya tertentu, apalagi menggeneralisir bahwa bangsa ini akan tersinggung, atau tidak siap, atau tidak mampu menangkap apa yang tersirat pada sebuah karya sama saja dengan mengatakan bahwa bangsa ini, kelompok ini, etnis ini, budaya ini itu tidak mampu mengambil hikmah dari suatu karya. Sama saja dengan mengatakan bangsa itu tolol.

Itu, menurut saya, adalah sebuah penghinaan.

Sebuah penghinaan yang sebetulnya berasal dari ketakutan yang ada dalam diri orang yang sukanya melarang-larang. Ketakutan yang mungkin bersumber dari ketidakmampuannya berpikir kritis yang diproyeksikan ke semua orang. Pikirnya, "Kalau saya saja tersinggung, yang lain pasti juga tersinggung. Kalau saya tidak bisa mengambil pelajaran dari sini, yang lain pasti juga tidak bisa."

Padahal, seperti yang E-je katakan, masing-masing orang punya tingkat kecerdasannya sendiri-sendiri. Ada banyak yang kurang cerdas dari kita, tapi ada banyak juga, mustinya, yang lebih cerdas dari kita.

Mengenai bahwa kebebasan berekspresi ada batasnya, tentu saja. Batasnya, ya itu tadi, kalau ekspresi Anda dilakukan dengan kekerasan, itu tidak boleh. Kalau Anda memaksa orang untuk setuju dengan ide, pendapat, ekspresi Anda, itu tidak baek.

Ini kalimat saya pakai kata "Kalau," lho. Jadi saya tidak menuduh siapa-siapa.

Nah, mengenai artis berfoto bugil, itu juga kebebasan berekspresi. Itu juga perlu dilindungi. Bahwa menurut Anda, dan menurut banyak orang, foto bugil itu bodoh, itu adalah hal lain. Kesempatan Anda untuk menyatakan dan berpendapat bahwa foto bugil itu bodoh juga harus dilindungi.

Dalam masyarakat yang menghargai kebebasan, orang juga berhak untuk melakukan tindakan yang menurut pendapat Anda bodoh; seperti berfoto bugil; selain tentunya orang juga berhak untuk melakukan jauh lebih banyak hal yang cerdas.

Dan dalam masyarakat dewasa yang menghargai kebebasan, kesempatan untuk mengatakan bahwa hal itu bodoh juga dilindungi sama kuatnya.

Dengan melindungi kebebasan keduanya, konflik, sengketa, dan perbedaan lebih mungkin untuk diselesaikan tanpa kekerasan.

Kalau ada yang bilang gambar/film porno mendorong tingginya angka perkosaan, ah itu sih ngaco, baik secara logika maupun statistik.

Itu sih pembelaan para pemerkosa aja; yang tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri; berusaha menyalahkan pihak lain: "Saya memperkosa karena birahi sehabis nonton film porno, Pak."

Ada jutaan orang nonton film porno, nyatanya ya cuma pemerkosa tolol aja yang memperkosa. Jutaan penonton film porno ya nyatanya bukan pemerkosa, kehidupan seksnya baik-baik saja; tanpa kekerasan. Paling nonton film porno sambil masturbasi. Dan masturbasi itu adalah penyaluran hasrat seksual yang sehat, juga bebas penyakit menular.

Pelarangan pornografi nyatanya tidak berkorelasi dengan naik atau turunnya tinggkat perkosaan. Cek faktanya dulu, itu seharusnya bagaimana kebijakan atau pelarangan dibuat.

Bagaimana nanti kalau foto bugil sampai ke tangan anak-anak? Lha, itu masalah lain lagi. Itu perlu pengaturan, bukan pelarangan. Umur berapa boleh lihat foto bugil, tergantung kesepakatan, mungkin 18, mungkin 21, di mana boleh dijual material seks eksplisit, nah itu terserah para pembuat hukum, yang seharusnya mencerminkan aspirasi, kesepakatan, dan negosiasi yang terjadi di dalam masyarakat. Walaupun sebenarnya tidak ada penelitian serius yang mengatakan bahwa foto bugil berbahaya bagi manusia di bawah 21 tahun. Bagaimana mungkin menggeneralisasi dampak foto bugil pada manusia berdasarkan umur. Tapi, yah, namanya hukum.

Bagaimana kalau pembuat hukumnya tidak aspiratif, partainya goblok nggak mikirin rakyat? Nyalonin cawapres Wiranto atau Prabowo pelanggar HAM? Ya itu laen lagi dong persoalannya.

Dan mengenai perbedaan budaya, bahwa di luar negeri mungkin orang sudah bisa menerima, dan di sini mungkin orang bisa menerima, saya pikir tidak ada perbedaan banyak, seperti saya diutarakan di atas. Latar belakang budaya, sesungguhnya, juga dibentuk dari tingkat kecerdasan manusia. Mengatakan bangsa lain lebih siap, lebih mudah, atau bisa menerima sementara bangsa kita tidak siap, latar belakang budayanya berbeda, itu sama saja dengan mengatakan bahwa bangsa kita masih terbelakang.

Apa sih bedanya bangsa kita sama bangsa lain? Apa sih bedanya manusia di sana sama di sini? Yang kulitnya hitam sama yang terang? Yang sipit yang belo?

Kita semua berasal dari Adam. Bayangkan kalau Adam tidak melakukan aksi 'porno' di surga? Di mana jadinya kita sekarang?

Astrajingga said...

Betul, kita harus berhati-hati di mana kita berdiri. Jangan asal maen pukul orang. Hati-hati.

Saya sepakat bahwa masyarakat kita, masyarakat kami, masyarakat kalian, masyarakat mereka, masyarakat dia, masyarakat dunia, semua masyarakat adalah masyarakat majemuk. Memang di mana ada masyarakat tunggal? Masyarakat seragam? Tentara? Tentara aja majemuk kok.

Saya sepakat bahwa akan banyak yang setuju atau tidak setuju, yang mengerti dan yang tidak mengerti mengenai majas yang dipakai dalam film atau karya apapun.

Intinya saya cuma mau bilang, ya sampaikan saja ketidaksetujuan itu dengan berbagai cara yang tidak menggunakan kekerasan dan penganiayaan.

Penyelesaian di jalan, boleh, misalnya demonstrasi. Bagi-bagi selebaran di jalan. Boleh.

Tapi kalo mukul orang, kalo ngerusak, nah itu pidana, itu melanggar hukum, kudu diadili, bisa masuk penjara.

Geto.

Aris Bobotoh ti Bojongsoang Bandung said...

cup..ntar saya bikin pilem tentang the jekjing yg berjudul..
==derita pengamen karena supporter waduk==
trus didalamnya ucup diceritakan menjadi seorang pengamen jalanan dan disana terjadi pertengkaran intern dari the jekjing mereka saling melempar golok, tombak bahkan tai mereka. sangat disayangkan pas mereka melempar tai eh malah kena ama muka ucup dan ucup sedang menguap.. akhirnya tertelan tai tersebut ama ucup dan ucuppun tak bisa bernapas saat itu.. akhirnya ucup pun dilarikan ke rumah sakit terjauh karena biaya yg sangat minus.. dan memang naas nasib ucup dijalan ban ambulan kempes saking keselnya akhirnya supir ambulanpun naik taksi untuk pulang kerumahnya sedangkan ucup ditinggal di dalam ambulan dalam keadaan badan dilumuri tai the jekjing dan dalam keadaan tidak sadar bahwa dia adalah manusia biasa yg memang tidak ganteng dan sok tau untuk menjadi sosoerang yg bisa dibanggakan.. padahal bullshit ucup itu.. artinya kotoran sapi..

bukanhooligan said...

yep, majemuk, benar, bahkan saking majemuknya, bukan hanya bagi2 flayer atau mengiklankan ketidaksetujuan saja yg majemuk, perilaku balasan seperti memukul sudah masuk kategori majemuk tersebut. itu jika anda setuju dengan term majemuk dari saya ya..
social effect bung.. itu yg seharusnya anda pikirkan baik2..
itu saja..

e-je said...

waduh terima kasih juga nih dah ditanggapi mas admin, walaupun panjang banget dan muter2 hehe...
jadi begini, maksud saya bukannya saya sok pinter dengan ngomong klo saya bisa mengerti dan yang lain tidak mengerti. Tapi klo di generalisasi bahwa semuanya dapat mengerti dan semuanya bersifat kritis menurut saya tidak benar. Anda sendiri yang bilang jangan memaksakan pendapat kita bisa diterima oleh orang lain...Saya yakin dari semua yang menonton itu masih banyak yang menelen bulat kalimat "bahasa sunda itu bahasa monyet". karena mau di bilang semua etnis sama, semua orang sama atau apa lah, tetap saja pasti ada perbedaan karena manusia itu makhluk yang unik, tidak ada yang sama persis di dunia ini (Hanya tuhan yang bisa melakukannya).
Yang dimaksud budaya yang berbeda dengan budaya luar bukan masalah mereka lebih maju dan kita terbelakang (walaupun kenyataannya begitu), tapi yang harus di ingat di Indonesia ini mayoritas beragama islam jadi walau bagaimanapun anda membela bahwa pornografi atau poto bugil dan bugil di film benar dan kebebasan berekspresi tetap untuk di indonesia yang mayoritas islam itu salah!!Apakah dengan begitu islam itu terbelakang???? SADIS...jadi bukan masalah maju dan terbelakang, bukan masalah mereka bisa nerima atau tidak serta bukan masalah mereka pinter atau tidak!!
satu lagi, menurut saya orang yang pinter itu bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi ketika menyampaikan kepada orang lain mudah dimengerti. sehingga ilmu yang sederhana dan se tolol apapun dapat dengan mudah dimengerti orang. Percuma klo pinter hanya untuk diri sendiri, ketika menyampaikan ke orang lain, orang itu tidak mengerti (Tetep aja menurut saya ini tolol alias bodo katotoloyo). PERCUMA!! dan kalimat yang disampaikan di film itu (bahasa sunda adalah bahasa monyet) termasuk yang susah dimengerti untuk diterima orang lain.
oh iya satu lagi boleh yah hehe..
di media massa apalagi media elektronik itu susah banget bos ngontrolnya, contohnya selama saya nonton di bioskop (21 atau blitz) ga pernah tuh di tanya saya umur berapa, udah bisa atau belum nonton film nya, yang mereka urus hanya UANG, banyak yang nonton berarti mereka banyak UANG itu saja!! dan sangat jelas sekali social impact nya, banyak kekerasan yang ditampilkan cenderung di ikuti oleh yang menonton, klo ga mana mungkin smackdown di larang bos!! klo ga ada efeknya ga mungkin foto bugil, dan film bugil di larang tayang di televisi nasional bos!!
begono!!

Pak Nasrul said...

aduh ya Allah mas yusuf ini filmnya keras banget mas, saya kira film yg memang bagus dan ada maknanya tapi ternyata banyak kekerasannya. ini lembaga sensor gimana menanggapinya.
kasian anak saya harus nonton seperti ini dia masih SD kelas 2. dia banyak nanya sama saya, diantaranya "pah kenapa pada pukul-pukulan sih?", "pah katanya film tentang supporter bola tapi koq ada tawurannya?"
dan masih banyak lagi komentar dan pertanyaan dari dia.
apa memang mas yusuf ini melakukan survey terlebih dahulu atau terlibat didalam organisasi-organisasi yang di munculkan dalam film mas yusuf??
karena bila memang ternyata mas yusuf tidak sama sekali merasakan setidaknya satu minggu hidup bersama mereka bisa-bisa banyak yg salah persepsi mas, kalau supporter yang fanatik banget sudah tentu mendukung organisasinya sendiri jadi makin galak dia melihat organisasinya seperti dilecehkan.
terus saya juga mau bertanya mas, memang itu sesuai cerita aslinya kehidupan supporter seperti itu??
karena bila dikatakan fiksi kenapa organisasinya tidak fiksi juga.
orang lain saja bahkan industri film hollywood kalau mau buat film mereka selalu meminta izin bila film tersebut nyata tapi bila fiksi mereka nyari yg fiksi juga..
terimakasih sekian dari saya.

Wakil Monyet said...

Begini, gue kok miris baca komen-komen di sini...

Masalahnya muter aja soal bahasa sunda bahasa monyet.

Gue zoologis, fokus gue primata, alias bangsa monyet (Macaca fascicularis), ya itu yang lo lo pade ributin. Gue juga pernah penelitian soal cara monyet berkomunikasi dalam kelompoknya, dengan kata lain gue pernah belajar bahasa monyet.

Jadi gue tau kalo anak Jakmania yang bilang bahasa sunda itu bahasa monyet itu ngawur. Nggak betul itu. Kagak pake penelitian ngomongnya, kagak pake data, kagak pake fakta.

Lu juga Viking, miris gue ngeliat lo, pade ribut tersinggung dibilang bahasa monyet, lu pada nggak mikir apa kalo monyet juga tersinggung dibilang bahasanya bahasa sunda?

Pikirin dong perasaan monyet.

Temen gue orang tegal, kuliah di Bogor, tiga tahun udah bisa dia bahasa sunda. Temen gue orang Papua, kuliah di Semarang, dua setengah tahun, bisa dia ngomong Jawa. Temen gue orang Belanda, empat bulan, udah bisa bahasa Indonesia. Temen gue yang laennya, orang Batak empat tahun kursus, bisa dia lancar bahasa Inggris.

Gue, belajar bahasa monyet, udah sebelas tahun, masih aja kagak lancar. Kadang monyetnya ngarti, kadang gue yang salah tangkep maksud monyetnya.

Lu kira bahasa monyet lebih gampang, lebih sedrhana daripada bahasa orang?

Gue sendiri kagak terlalu tahu apa monyet-monyet pada tersinggung waktu gue bilang bahasanya mirip bahasa orang. Soalnya gue kurang bisa nangkap mereka ngomong apaan.

Tapi yang jelas tuh monyet kagak mukulin orang.

Anonymous said...

nah lo, monyetnya datang tuh ngamuk2... SALAH LAGI...
ga liat2 dulu yah??klo yang komen di atas itu bawa nama orang sunda bukan viking.... lagian ga ada yang bilang tuh bahasa monyet itu sama dengan bahasa orang hahahahaha.....
baca dulu semuanya baru komen, saya juga dari tadi ngikutin ini tapi ga berani komen, cuman pas baca komen lo aja berani komen karna NGACO!!

Astrajingga said...

@ Aris bobotoh ti Bojongsoang:
Langkah yang bagus, menulis skenario yang saya pikir cukup menarik; sebaiknya dimatangkan menjadi skenario, lalu buat breakdown shooting listnya, cari produser dan penyandang dana, bentuk kru, mari bikin filmnya. Saya siap jadi konsultan via internet. Gratis.

Mungkin Ucup sendiri mau jadi pemeran Ucup dalam film itu.

@bukan hooligan:
Ya, ada apa yang Anda sebut sebagai "social effect" ada juga apa yang saya sebut saja sebagai "politional effect" atau "legal effect". Tentu saja tidak semua orang cukup puas dengan turun ke jalan dan bagi-bagi selebaran, karena tidak semua orang cukup setia menempuh jalan cerdas nan berat lagi berliku itu.

Bagi yang mereka memilih jalan kekerasan, ya seharusnya ditangkap polisi, diadili begitu, dan dihukum. Inilah upaya untuk membentuk tatanan masyarakat manusia yang beradab.

@E-Je
Mengenai larang-melarang, apakah karena porno atau hal lainnya, terus terang saya yakin tidak ada kaitannya secara langsung dengan Islam, atau agama apapun.

Apakah Islam terbelakang karena melarang pornografi? Yang melarang itu Islam atau sekelompok orang Islam yang terbelakang? Islam atau 'perwakilan'nya di bumi yang bernama MUI? Atau sekelompok orang yang menggunakan Islam dalam politik partai untuk bikin Undang-Undang anti-pornografi?

Dalam bahasa militer, Islam atau 'oknum'?

Larang-melarang ada hubungannya dengan keterbelakangan dan ketakutan, bersumber dari ketiadaan rasa percaya diri, bukan agama. Bukan Islam. Gereja, kan juga pernah ikutan larang-melarang di abad pertengahan (contoh Copernicus). Bahkan gereja dulu juga membakari perempuan-perempuan yang dituduh sebagai penyihir, karena beda keyakinan. Tapi itu 'kan bukan agama kristennya yang terbelakang, itu oknum gereja yang menggunakan kekuatan politik dari agama sebagai alat untuk mendominasi kekuasaan.

Jadi konteks keterbelakangan dikaitkan dengan agama tidak relevan. Ini bukan masalah agama apa melarang apa. Tapi lebih kepada mengapa sesuatu larangan dimunculkan, terutama larangan yang berkaitan dengan kepercayaan, karya seni, ekspresi, ide, ideologi, paham politik, penerbitan buku, koran, majalah, blog, dan seterusnya.

Jadi, saya tetap pada kesimpulan bahwa larang-melarang, asbabun nuzulnya, lebih bergantung pada cerdas atau tidak. Bergantung pada kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk bertoleransi dengan orang atau kelompok orang lain yang berbeda pandangan atau cara hidupnya. Dan itu butuh kecerdasan. Kalau doyan melarang, itu artinya tidak cerdas.

Kalau Anda berpikir bahwa Islam (baca: MUI dan partai yang mengaku Islam) itu tidak cerdas karena doyan melarang, karena tidak bisa bertoleransi dengan yang berbeda--misalnya Ahmadiyah atau Jaringan Islam Liberal, pemilih golput, atau Inul Daratista--ya itu juga hak Anda.

Saya 'kan tidak mau memaksakan pendapat saya, karena saya yakin tidak ada seorangpun di dunia ini yang bisa memonopoli kebenaran.

Masih berkaitan dengan larangan atas pornografi; Anda juga bicara mengenai larangan atas tayangan kekerasan. Sama seperti pornografi, yang semestinya dilakukan adalah pengaturan, bukan pelarangan. Batasan umur, jam tayang, kalau perlu dibuatkan saluran khusus yang hanya bisa ditonton oleh orang dewasa.

Di negara yang menghargai kebebasan, kekerasan dan pornografi diatur dengan ketat, bukan dilarang.

Baik tayangan maupun penyaluran kekerasan yang lainnya. Misalnya tinju. Itu kan kekerasan, tapi boleh saja, tidak melanggar hukum, asal pakai sarung tinju, misalnya, tidak boleh memukul belakang kepala, di bawah pinggang dan seterusnya, dan ditengahi oleh wasit yang tugas utamanya adalah menjaga keselamatan petinju.

Sama juga dengan kebebasan berpendapat, siapa saja boleh teriak-teriak di pinggir jalan menyuarakan ketidaksetujuannya. Tapi toh kalau dilakukan sampai tengah malam dan melanggar hak banyak orang untuk bisa beristirahat dengan tenang, dia akan ditangkap polisi. Mungkin sebaiknya tidak dihukum, tapi hanya dikerem sementara aja supaya nggak ngganggu orang banyak. Kalau dia masih aja terus pidato di kantor polisi, ya sudahlah, memang jadi polisi harus tangguh dan sabar. Polisi kan 'sahabat masyarakat', termasuk masyarakat yang suka teriak-teriak di jalan.

Yang jadi masalah ketika pengaturan ini tidak diimbangi dengan penegakan hukum.

Negara kita korup, hukum tidak berjalan, hukum hanya membela yang kuat dan yang berduit.

Saya setuju, hukum dan penegakan hukum di Indonesia memang lemah. Kita perbaiki, bukan main larang. Sebab, nah ini, main larang di negara yang penegakan hukumnya cacad dan timpang justru tidak akan mensejahterakan atau mendewasakan masyarakat. Justru akan menjadi alat represi penguasa, pemilik modal, dan mereka yang bersenjata atas rakyat kebanyakan yang miskin, lemah, dan tidak bersenjata.

Bahaya lho main larang itu, justru ketika penegakan hukumnya lemah. Kita harus terus mendorong dan menciptakan penegakan hukum yang baik. Harus kita perjuangkan keadilan itu; diseluruh dunia orang memperjuangkan keadilan, sampai banjir ludah, sampai banjir keringat, lewat banjir air mata, kadang dengan banjir darah.

Keadilan, penegakan keadilan, itu hasil perjuangan. Perjuangan berakar pula kecerdasan. Kalau kita tidak cerdas, malas, dan takut, ya jangan harap keadilan akan datang. Keadilan itu hasil perjuangan, bukan barokah.

Kalau Bioskop 21 tidak memperhatikan umur penonton, padahal sudah jelas aturannya, ya artinya dia melanggar aturan. Kalau polisi tidak bertindak, ya laporkan dong, polisi kan perlu dibantu sahabatnya: masyarakat.

Kalau sesudah dilaporkan polisi tidak juga bertindak, tidak ada perubahan, ya demo dong. Kalau perlu tuntut 21, class action. Pra-peradilan-kan polisinya yang Anda lapori kalau tidak mengambil tindakan.

Banyak jalan untuk mencapai tujuan. Dan sungguh, saya percaya, bisa dicapai tanpa kekerasan, sungguhpun itu sangat berat.

@Pak Nasrul:
Emang film Romeo Juliet untuk semua umur? Kenapa anaknya yang kelas 2 SD boleh nonton? Kenapa kalau dia tanya Bapak tidak bisa kasih penjelasan?

Mengenai apakah Ucup sudah minta izin tertulis dari masing-masing klub dan fans klub saya tidak tahu. Seharusnya ada. Kalau tidak ada, Ucup akan mudah sekali untuk dituntut secara perdata. Bagi klub atau fans klub yang berkeberatan mudah saja memperkarakan film ini ke pengadilan. Ini salah satu jalan yang bisa ditempuh.

@Wakil Monyet:

Pertama-tama saya sedih dengan nasib Anda yang tidak bisa juga lancar berbahasa monyet.

Kedua, Anda tidak bisa mewakili monyet disini, terutama sekali karena Anda bukan monyet. Sampai Anda ditunjuk secara resmi--dibuktikan secara tertulis--atau sampai monyetnya ngetik sendiri di blog ini, saya rasa keluh kesah monyet yang Anda wakili tidak sah.

Ketiga, saya hargai pendapat Anda. Saya hormati pilihan Anda untuk hidup bersama bangsa monyet yang bermasyarakat dengan lebih damai daripada kami bangsa manusia ini. Tapi sungguh, itu lho, kasihan banget sih lo... ngomong sama monyet aja nggak bisa. Kaciaaaaaaan deh loooooo!

Sumpah gua geli banget baca tulisan lo. Jabat erat kawan, hua ha ha ha kak kak kak kak! (Itu barusan bahasa monyet)

Wakil Monyet said...

Bahasa orang 'kan ada banyak, ada bahasa indonesia, inggris, batak, jawa, termasuk bahasa sunda. Bahasa sunda kan bahasa orang, bukan?

Kan kira-kiranya ngomong bahasa monyet itu bahasa sunda, sama lah, kalo kata monyet sih, sama kayak bilang bahasa monyet itu bahasa orang.

Tapi ya itu, bahasa monyet juga ada banyak, monyet apa dulu.

asep sunandar said...

tuh ucup liat akibat ulah lo..
apa lo bahagia melihat kita tercerai berai akibat menginginkan kepopularitasan sebuah hiburan..
semua jadi mengeluarkan emosi bahkan ada yg mau sparing one by one..
coba klo film ini gak dpaksain untuk dikeluarin.. mungkin semuanya dingin dan tidak akan ada konflik seperti ini..
mana tanggungjawabmu sebagai sutradara dan dalangnya..
klo lo jadi dalang mungkin lo bisa dipukulin rame2 ama wayang lo..

maruyung said...

"pernah tau enaknya rasa iga bakar di jl cipaganti? enaknya bubur ayam mang oyo? atau gurihnya ikan mas goreng bu tatang di sekeloa?
saya tau, karena saya sudah pernah makan disana dan kemudian berulang kali kembali. saat saya belum pernah makan disana, saya cuma bisa bilang "Belum tau, nanti deh dicobain,"
atau saya bisa memilih kalimat kedua "Ogah, mahal!" atau kalimat ketiga "Gak mau ah....iga bakar kalorinya tinggi," karena seseorang harus punya alasan dan paham dgn alasannya......"

itu di atas kata2 dari si ucup tuh.. liat kata2nya sendiri tiap orang pasti beda selera cup.. lo sendiri beropini "Gak mau ah....iga bakar kalorinya tinggi," nah sekarang gwe mau beropini gak ah pemerannya gak asik tuh trus sutradaranya juga gak terkenal orangnya trus ah inimah tentang supporter filmnya diproses dijakarta gak mungkin juga ngangkat supporter dari kota yg lain tapi pasti menjatuhkan supporter yg lain.. nah makanya gw gak mau nonton cup..
udahlah klo emang lo butuh dana buat bayar tuh artis bilang ajah.. ntar gw bantuin ko' gak usah pake nyuruh nonton filmnya dulu baru komentar..
dari kesemuanya gw faham dan sadar ucup adalah orang yg suka memaksakan kehendak dan keras kepala seakan yg berargumen kepada dia itu salah semua.. dia pengen menjadi yg paling benar karena dia pengen terus jadi komentator di anteve tuh padahal omongannya kayak yg betuuuul.. klo emang dia terbuka dia terima semua ejekan celaan caci maki.. itulah namanya ikhlas..

Tyo said...

1.he Bung!Aremania memang bukan main aktor dsna,tapi sudahlah!saya tidak akan memperdebatkan masalah itu!mari kita semua saling mengaca(termasuk saya)!
2.@Astrajingga,lhoe bisa ngetik panjang lebar kaya gitu nyontek darimana?wakakaka..capek gw bacanya!tp tak baca smua lhoe!
3.@all,gw ada pertanyaan ni!
a.kenapa Viking mengatakan Jakmania!sebagai anjing?mereka kan macan?
b.kenapa jakmania mengatakan viking anjing?padahal mereka Maung?
c.apakah sungguh sampai kiamat sekalipun kalian tidak bisa akur?,apakah hanya gara2 mendukung team masing2?asal tau aja,manajemen Persija dan Persib g ngurusi urusan itu,kalian sendir malah ribut2 hanya karena masalah almamater masing2,Persib kalah dari Pelita,apa opini kalian yg merasa pendukung Persib?katanya ada yg lempar2? dan Persija baru saja kalah dari Persik,selama pertandingan kok g ada nyanyian Jakmania?sampai2 "kata"Persikmania"hei the jakmania mana lagu kalian"?apakah pertengkaran kalian hanya untuk membela team yang bisa kalah?kecuali klo menang terus,kalian bisa saling berbangga2an diri,(maaf)jangan ada yg esmosi....Arema juga kalah dari PSM 2-0,dan jawabanku Permainan Arema sangat jelek sekali,padahal peluangnya banyak lhoee!gajipun mereka(pemain arema)g pernah telat,tp kok bisa kalah?bodoh kan?iya bodoh,termasuk saya yang jika berlebihan mencintai sesuatu akan menjadi bodoh sendiri karena g bisa berfikir sehat,Arsenal juga kalah dari MU di kandang sendiri,mau tau apa kata pendukung Arsenal?

Tyo said...

@Asep Sunandar,lhoe bisa jamin klo film itu ga di keluarin Jakmania dan Viking/bobotoh jadi akur?

Pak Nasrul said...

terimakasih admin atas komennya..
memang anak dibawah umur tidak boleh tapi daripada anak saya yg kelas 2 SD ini merengek nangis bahkan dia sampai mau tidur2an dilantai mall akhirnya saya paksain keinginan dia, di bioskop pun memang ada larangan tapi setelah saya bernegosiasi akhirnya bisa masuk.
saya sudah menjelaskan satu persatu ke dia tapi bila mas admin punya anak yg rasa ingin taunya tinggi gimana rasanya??
walaupun dibioskop sudah padam film ini yg dikhawatirkan adalah DVD bajakannya yg bisa meracuni anak2 kecil.. inget..!!! DVD bajakan dijual secara bebas..
bagaimana pertanggunganjawabannya ini suf??

oh bila tidak minta izin dulu bisa dituntut ya mas admin, berarti bila kelompok viking merasa dirugikan maka bisa menuntut saudara yusuf untuk diperkarakan.

Tyo said...

@Pak Nasrul,Apakah astarajingga itu bung ucup?bung ucup kan ada usernya sendiri!tu ada tampangnya bang ucup pake kacamata?
@Bung Ucup,kapan ke malang?hubungi ayas ya,mau tak wawancara private neh..buat tak posting di web ayas.
@Astarajingga,siape sih lhoe?wakakkaak

asep sunandar said...

@Tyo : klo film itu gak dkluarin gw gak ngjamin bakal damai. tapi keadaan gak akan sekeruh sekarang. kita biasanya saling cela mengenai LSI sajah. tapi liat sekarang ada Objek baru untuk dijadikan bahan bacotan.

e-je said...

hahahaa sadis banget kata2 lo, terlalu jauh lagi...
pertama saya setuju dengan perkataan anda bahwa kebenaran itu tidak bisa dimonopoli oleh seseorang, dan tambahan dari saya bahwa tidak ada kebenaran yang mutlak di dunia ini kecuali kebenaran agama, dan ingat klo di agama islam (agama yang saya anut dan mayoritas penduduk Indonesia)WAJIB hukumnya menutup aurat terutama untuk perempuan (yang auratnya paling banyak yaitu seluruh tubuh kecuali telapak tangan dan muka), kata WAJIB diatas sudah sangat mewakili bahwa islam MELARANG perempuan menonjolkan auratnya apalagi sampai bugil apalagi didepan umum atau di film atau juga poto. dan masih banyak hal-hal lain yang dilarang oleh agama termasuk kekerasan (yang ada di film romjul)Apakah dengan larangan itu bisa dikatakan islam menjadi bodo??? apakah anda cukup pintar untuk menyebutkan agama itu bodo??? Miris saya mendengarnya...
oke yang diluar agama :
1. Apakah pemerintah MELARANG warganya sekarang pergi ke meksiko karna takut terkena flu babi itu bisa dikatakan bodoh??
2. Apakah pemerintah MELARANG warganya buang sampah di sungai, ditengah kota atau sembarangan itu bisa dikatakan bodoh??
3. Apakah petugas keamanan yang MELARANG suporter bola masuk stadion membawa golok, samurai, batu, bata pistol dsb bisa dikatakan bodoh??
4. Apakah pemerintah MELARANG warganya bertindak kekerasan, memukul, maling dll bisa dikatakan bodoh???
dan larangan-larangan lainnya lah...masih banyak, baik yang tertulis maupun tidak tertulis, itu semua bukan karna mereka bodoh saya rasa, tapi karna mereka PINTAR!! ga tau klo kata orang yang merasa pintar dan suka bilang orang lain bodoh.
sekali lagi efeknya bung, bisa dilihat sendiri lah dulu waktu smackdown sering ditayangkan banyak anak kecil yang menonton dan besoknya mereka praktekkan di sekolah kepada temannya, dan ini susah dikontrol supaya anak2 tidak menonton, jadi mending sekalian aja di larang untuk ditayangin smackdown nya. Ini juga ada kadarnya, smackdown sangat ekstrim seperti kekerasan di film romjul karna perkelahiannya tidak ada aturan, berbeda dengan tinju cabang olahraga yang di olimpiade kan, ada aturan2 tertentu di dalamnya dan aturan ini adalah batasan.
jadi menurut saya, baik di negara hukum ataupun negara islam atau dimanapun tetap saja ada batasnya. saya rasa membenarkan segalanya di balik kebebasan berekspresi, kebebasan seni, dan segala kebebasan lainnya sangat naif sekali.
Satu lagi, saya rasa bukan malah jadi maju yah dengan orang di poto bugil atau bugil di film tapi balik lagi ke Primitif. Karna orang maju dan modern semuanya pake baju, hanya orang2 dulu yang primitif, zahiliyah yang ga pake baju!! bahkan zaman zahiliyah pun saya rasa masih pake penutup yah..

[quote]
Emang film Romeo Juliet untuk semua umur? Kenapa anaknya yang kelas 2 SD boleh nonton? Kenapa kalau dia tanya Bapak tidak bisa kasih penjelasan?
[/quote]

nah ini salah satu contoh susah untuk mengontrol tayangan di media massa termasuk bioskop,emang pa Nasrul tau klo film romjul itu banyak kekerasannya??dia kan bilang cuman tau klo itu film suporter indonesia!! Kenapa anaknya kelas 2 SD boleh nonton??? tanyakan saja sama pengelola bioskopnya!! kenapa film kaya gitu ditayangin??kenapa ga melarang anaknya pa Nasrul masuk??? sekali lagi saya bilang jawabannya hanya satu yaitu UANG, sekali lagi UANG!!
lebih banyak yang nonton lebih banyak menghasilkan UANG, dan karna UANG ini lah apapun bisa mereka lakukan termasuk membiarkan anaknya pak Nasrul nonton film nya. Atau ada jawaban lain?? yang paling mungkin sih takut di bilang bodoh sama Anda karna dia MELARANG anak kecil nonton film itu, kan yang suka melarang kata Anda orang bodoh...

Pak Nasrul said...

@tyo, astrajingga itu admin
ucup ya ucup

e-je said...

oh iya satu lagi nih, baru kali ini sutradara terkenalnya ngalahin pemain film atau cerita filmnya yang bagus... coba film AADC yang terkenal bukan sutradara tapi para pemainnya, film Ayat2 Cinta ferdi nuril dan siap tuh pemain maria?? yang lebih terkenalnya bukan sutradaranya... hahahaha
keliatan banget pengen cari sensasinya lo cup!!!
@Tyo : Persib kemarin kalah karna kurang beruntung (banyak peluang yang ga jadi goal) dan kurang disiplin pemain belakangnya, serta sedikit banyak faktor wasit!!

Tyo said...

@Asep sunandar,tambah bagus donk ada bacotan baru,yang biasanya Vikjing dan Jakjing(Maaf hanya contoh),sekarang jadi Monyet(bisa saling ngaca) dan Bitch(tambah hot)kan bisa di jadikan referensi dari kedua kubu yg bertikai,harusnya teman2 pendukung Persib senang,karena Sissy Pricilia sebagai aktrisnya,!(gw telat waktunya,g bisa foto2 dengan salah satu pendukung persib yg cantik)padahal pas shoot itu di kampus gw.gw ada kuliah huaaaa...
@Pak nasrul,iya ta?anak bapak gmna?nasehatin aja,bilang gini"makanya jadi anak jangan bandel,bertanyalah itu lagi jika km besar nanti"

abah said...

@tyo : bagaimana rasanya bila tyo dan keluarga menghadiri suatu acara pembagian hadiah dimana tyo dan keluarga mendapatkan uang sebesar 20 juta rupiah, tiba2 dijalan tyo dihadang oleh pendukung sepakbola asal aborigin (ini hanyalah supporter fiksi yg nyata hanya di rom - jul karya si ucup) mereka merampas uang itu dan kemudian mereka menelanjangi tyo dan memukuli anggota keluarga sampai babak belur masuk rumah sakit semua keadaannya kritis, yg tyo inget bahwa supporter itu tertawa terbahak2 ketika menghabisi tyo dan keluarga..
bagaimana perasaan tyo??

Tyo said...

@e-je,wasit lagi ya aktornya?lhoe marah ga sama wasitnya?lhoe waktu itu di stadion ga?ikut lempar2 ga? dan lagi,bang ucup g bikin film ini juga udah terkenal je,udah dapat penghargaan,jd jangan langsung tikam bang ucup kaya gt,g baekyg bikin sensasi itu yg mukuli bang ucup,lhoe bukan pelakunya kan?ya udah berarti lhoe g cari sensasi.
@All,yang mukuli bang ucup mana ya?kok g ada disini!kupret emang.

Pak Nasrul said...

@Tyo : km mengajari saya??????
memang umur kamu berapa?????

tyotai said...

@tyo : sepertinya pengen jadi pusat perhatian.

tyotai said...

@tyo : sepertinya pengen jadi pusat perhatian.

Tyo said...

@Abah,sumpah gw kagak berani sama orang tua bah,jd jangan bilang gw anak bandel ya?pernah liat tarik jabrik?dia(cacing) mau jadi preman ga jadi lantaran di haruskan(di setting) melawan orang tua,dia inget orang tuanya!namun dia mencoba cara lain agar bisa punya genk yg baik,dan santun!intinya dia ga rela dan g ingin orang tuanya tersakiti pula jika seandainya ada yg menyakiti orang tuanya,dan saya sangat menghormati kedua orang tua saya lebih dari segalanya,saya tidak akan rela jika mereka di bantai secara sadis seperti cerita yg anda gambarkan!saya akan melawan mereka sesuai setting dari sutradara,klopun jika di setting saya sebagai orang lemah,mungkin saya akan tetap terdiam dan meratapi hal itu,karena saya hanya aktor/seniman yg di gaji sutradara untuk memenuhi tuntutan hidup saya,karena profesi saya aktor dsna,!nah jika setelah film itu jadi dan di tayangkan saya merasa saya telah bekerja sebagai seniman,dan saya akan menikmati hasil dari kerja saya tersebut,“Loving” your job could be as simple as imagining how happy you could be,!

e-je said...

@Tyo : saya bilang wasit hanya sedikit dari banyak faktor saja, masih banyak faktor lain contohnya kurang beruntung, pemain belakang tidak disiplin. Saya nonton di stadion, tapi maaf saya tidak sekalipun melakukan pelemparan. karna buat saya kalah menang PERSIB nu Aing!!! klo yang lain emosi karna wasit ya bukan urusan saya, setiap orang berbeda2 menyikapinya!! Ingat, AREMANIA dihukum ga pake atribut sampe sekarang pun karna ulah wasit kan?? itu tidak bisa dipungkiri, dan saya yakin tidak semua aremania kaya kaya gitu, masih banyak aremania yang tidak terpancing emosinya, mungkin lo salah satunya atau lo ga ada di stadion waktu itu??
tapi sudah lah, ga usah bawa2 lagi nama suporter (Sudah muak suporter di bawa2 terus termasuk di film romjul), INGAT suporter di stadion hanya SUBJEK bukan OBJEK, jadi yang harus lebih terkenal bukan suporter tapi PEMAIN dan TIM. Dan anehnya baru di Indonesia ini ada gelar suporter terbaik hahahaha... sudah jelas suporter subjek!!

oh iya, masalah ucup terkenal tadinya peduli amat... yang saya bicarakan di film romjul, ko ketenaran sutradara melebihi pemain dan cerita filmnya yang bagus?? itu saja.
cerita film laskar pelangi sangat bagus dan melebihi ketenaran sutradaranya, pemain AADC dan Ayat2 Cinta juga jadi tambah tenar dengan film itu, yang saya pertanyakan ko di romjul malah sutradara yang lebih terkenal????
ya wajar dong klo saya bilang ucup cari sensasi dengan alasan itu???
saya bukan pelaku pemukulan dan tentu saja saya tidak mencari sensasi apalagi supaya terkenal!!
saya ga sedih karna saya tidak terkenal dan tidak dikenal oleh dunia, saya lebih sedih klo saya tidak mengenal dunia. itu saja.

aremanianyet (hanya fiksi) said...

@All,yang mukuli bang ucup mana ya?kok g ada disini!kupret emang (dari tyo)

bener emang yg namanya tyo dari tadi berkoar seperti perkutut yaaa. apa baru makan pepaya atau pisang, eh tapi dia pan bukan aremanianyet atau memang tyonyet ga tau tyojing ya. hanya fiksi tidak menyebut organisasi secara lantang)

Tyo said...

@Pak Nasrul,oh jadi anda menerapkan prinsip,orang muda tidak berguna?orang muda tidak bisa memberikan masukan kepada orang tua?jika memang demikian yg anda terapkan dalam hidup anda okelah saya terima,itu hak anda,namun kenapa jika anda tua anda bertanya di blog ini kepada bung ucup yg "mungkin"lebih muda dari anda,yang anda tanyakan"pah kenapa pada pukul-pukulan sih?", "pah katanya film tentang supporter bola tapi koq ada tawurannya?"kata anda putra bpak kelas 2 SD?seharusnya anda bisa menjawab dan(mungkin)berbohong demi kebaikan putra Bapak,kan anda jauh2 lebih tua di bandingkan anak bapak?jadi g usah di share di blog ini.red,anda memilih anak anda merengek/merusak moralnya(maaf)dengan menonton film Romeo Juliet?anda jelas telah kalah dengan anak anda sendiri,dan(maaf)saya bukan anak SD!
@tyotai,lhoe apa?

abah said...

@tyo : lo ko jadi ngomongin tarix jabrix, apa urusannya sama ilustrasi di atas, lo cerna baik2 lo telaah jangan asal asbun (asal bunyi) sebab yg asal bunyi hanyalah otak udang. lo bilang knapa viking dan the jack tidak bisa berdamai, lo tempelin cerita dari gw buat lo renungin. klo lo cerdas lo pasti ngerti. tapi klo lo nyambungin ke hal lain lagi berarti lo tau keterbatasan berfikir lo.

abah said...

@tyo : lo ko jadi ngomongin tarix jabrix, apa urusannya sama ilustrasi di atas, lo cerna baik2 lo telaah jangan asal asbun (asal bunyi) sebab yg asal bunyi hanyalah otak udang. lo bilang knapa viking dan the jack tidak bisa berdamai, lo tempelin cerita dari gw buat lo renungin. klo lo cerdas lo pasti ngerti. tapi klo lo nyambungin ke hal lain lagi berarti lo tau keterbatasan berfikir lo.

e-je said...

@Tyo :
ini kata2 lo yah, CATAT :
"anda memilih anak anda merengek/merusak moralnya(maaf)dengan menonton film Romeo Juliet?"

nah yang saya tanyakan, kenapa film yang jelas2 kata lo ngerusak moral tapi tetep lo agung2 kan... dan dengan rela, ikhlas tidak di bayar untuk membela film yang kata lo sendiri merusak moral!!

waduh terlalu banyak yah pertanyaan saya, maaf deh....

Pak Nasrul said...

@tyo : yg muda seh boleh ngasih saran silahkan, liat kata2 anda sendiri itu kata2 perintah seakan saya anak kecil, silahkan ngasih saran yg sopan saya pasti terima saran anda. anda liat ajah disini semua yg tadinya menggerutu tentang rom-jul tiba2 jadi berbalik ke anda. itu membuktikan anda yg muda ini yg bukan anak SD katanya itu juga berarti anda banyak salah dan banyak yg mengkritisi anda. anak muda silahkan terbuka boleh berkata apapun tapi ingat lidah yg muda belum berpengalaman, mungkin yg muda lebih aktif lebih ceria dan lebih ingin tau ini dan itu tetapi bila sudah tua anda merasakan sendiri. saya berbicara begini karena saya sudah punya anak 6 bukannya saya sombong bahwa saya keluarga besar. tapi saya tiap hari sering berdiskusi dengan yg muda dan disaring ucapannya walaupun itu lewat kata2 yg diketik yg kita tidak tahu nada bicaranya seperti apa.
semakin banyak yg mengkritik anda maka semakin banyak yg tidak puas dengan anda, tetapi semakin banyak yg memuji anda maka semakin banyak yg puas terhadap anda. anda hitung semuanya berapa yg puas dengan anda dan berapa yg tidak puas dengan anda.
terimakasih untuk tuntunan hidupnya tyo mungkin yg muda memang berpengalaman dalam menjalani hidup ini dan yg muda memang panutan hebat, anda hebat sekali bung tyo. patut diacungi jempol memang tyo ini seperti seorang psikiater yg tau seluk beluk keluarga orang dan cara mendidik anak.
hebat.

Tyo said...

//tak kasih Maaf//sebelum aku kasih komen balasan,damai ya!?
@Aremanianyet,emang setelah habis makan pisang/pepaya lhoe banyak berkoar seperti perkutut?itu lhoe yg lhoe sebarkan pengalaman lhoe di blog ini/lhoe ga pernah makan pisang/pepaya?g usah munafik(maaf).lhoe tau kan manfaat kedua buah pisang itu?
@tyotai,wah bagus donk gw jadi pusat perhatian!jadi keren hanya karena komentar di blog!baguslah ga usah repot2 registrasi.
@e-je,gw g ada di stadion,gw di rumah,g ada duit buat ke kediri,maslah supporter terbaik!kirim saran dan kritik lhoe ke penguasa/pengurus sepak bola tertinggi di tanah air,salah klo disini,karena mereka yg bikin tu ide dan mereka yg kasih!wasit?Laga Arsenal Vs MU kan ada tu pemain MU yg terkena kartu merah,Kata Fergie sih seperti yg gue baca di internet,padahal dia wasit terbaik Eropa,kesimpulan?klo menurut gw sih yah kita semua manusia tempat berbuat salah,namun kesalahan itu sebisa mungkin di perbaiki,termasuk aku.

abah said...

@pak nasrul : sabar pak yg muda memang begitu, mungkin memang kita yg tua harus nurut ma dia sepertinya, dewasa pak tyo itu jangan salah, liat saja pilihan kata2nya matang tapi tidak terukur, panjang tapi tidak ada intinya dan mengena tapi kemana ajah kenanya.
hebat sepertinya masuk jurusan politikus dia suatu saat atau kalau boleh polibadak ajah kan dia tebal kulit mukanya.
sabar ya pak.
ingat pak bila hati bapak merasa tersakiti maka Allah akan mengabulkan permintaan bapak dan meranalah orang yg telah menyakiti perasaan bapak.
pak nasrul kan punya niat baik tadinya jalan2 ke mall lalu tiba2 anak bapak nangis, masa saya mau pukul anak saya yg nangis supaya diam. saya keras donk kalau gituh.
terus pak nasrul gak menjawab pertanyaan anaknya karena saya tau kalau orang tua sudah berbohong ke anaknya maka anaknya akan lebih pinter lagi berbohongnya suatu hari kelak. makanya jangan berbohong pak walau demi kebaikan.

Tyo said...

@e-je,gw g meng-agung2kan tu film,ga ada yg bisa di agungkan kecuali Allah semata.
@Pak Nasrul,tadi comment saya di atas mengatakan"saya tidak berani kpd Orang tua"saya sangat menghargai,karena memang orangtua punya banyak pengalaman,manis pahit getir dan asem!namun pak!apakah di usia anda trsbut sudah semua pernah anda alami,sehingga tidak ada satupun yg terlewatkan!sehingga anda hafal betul dari sabang sampai merauke!anda punya 6 putra/i,yang 7 dan seterusnya kan belum?yg "mungkin"itu belum dimiliki dari ke enam putra/i anda,namun apakah anda sudah tau seperi apakah yg ke 7?karena pengalaman dan usia Bapak!bapak tau kan usia manusia itu tidak sepanjang usia Bumi ini?maaf seribu maaf dari anak muda ini.Sya tidak memerintah,budaya indonesia beraneka ragam,ada yg anggap perintah ada yg anggap saran,semua memang tergantung persepsi pak.

abah said...

@pak nasrul : sabar pak yg muda memang begitu, mungkin memang kita yg tua harus nurut ma dia sepertinya, dewasa pak tyo itu jangan salah, liat saja pilihan kata2nya matang tapi tidak terukur, panjang tapi tidak ada intinya dan mengena tapi kemana ajah kenanya.
hebat sepertinya masuk jurusan politikus dia suatu saat atau kalau boleh polibadak ajah kan dia tebal kulit mukanya.
sabar ya pak.
ingat pak bila hati bapak merasa tersakiti maka Allah akan mengabulkan permintaan bapak dan meranalah orang yg telah menyakiti perasaan bapak.
pak nasrul kan punya niat baik tadinya jalan2 ke mall lalu tiba2 anak bapak nangis, masa saya mau pukul anak saya yg nangis supaya diam. saya keras donk kalau gituh.
terus pak nasrul gak menjawab pertanyaan anaknya karena saya tau kalau orang tua sudah berbohong ke anaknya maka anaknya akan lebih pinter lagi berbohongnya suatu hari kelak. makanya jangan berbohong pak walau demi kebaikan.

e-je said...

@Tyo :
yang ini gmana??
ini kata2 lo yah, CATAT :
"anda memilih anak anda merengek/merusak moralnya(maaf)dengan menonton film Romeo Juliet?"

nah yang saya tanyakan, kenapa film yang jelas2 kata lo ngerusak moral tapi tetep lo agung2 kan... dan dengan rela, ikhlas tidak di bayar untuk membela film yang kata lo sendiri merusak moral!!


oh cuman di nonton di rumah toh???ya udah sekali lagi ga usah bawa nama2 suporter yah, apalagi klo cuma nonton di rumah aja...
emang siapa yang mau ngusulin supaya ga ada suporter terbaik??saya cuman bilang ko di Indonesia suporter lebih terkenal dari pemain atau wasitnya??pdahal suporter itu subyek bkan objek, itu yang saya pertanyakan jang, dan anehnya (saya cuman bilang aneh lo bukan saran) ko hanya di Indonesia ini ada gelar suporter terbaik..
saya lucu baca ini :
Laga Arsenal Vs MU kan ada tu pemain MU yg terkena kartu merah,Kata Fergie sih seperti yg gue baca di internet,padahal dia wasit terbaik Eropa,kesimpulan?

harus di simpulin lagi, emang salah yah wasit terbaik eropa ngasi kartu merah???ga ada masalah dengan itu..lagian seperti yang saya bilang wasit hanya sedikit dari sekian banyak kenapa kemarin PERSIB kalah dan saya menyebutkan alasan lainnya ko di besar2kan???
saya jadi bingung sendiri nih, kamu ngejawabnya yang kamu bisa aja sih, ga dijawab semua...trus jawabannya tuh banyak yang ga nyambung lagi...

Tyo said...

@Abah,"liat saja pilihan kata2nya matang tapi tidak terukur, panjang tapi tidak ada intinya dan mengena tapi kemana ajah kenanya.
hebat sepertinya masuk jurusan politikus dia suatu saat atau kalau boleh polibadak ajah kan dia tebal kulit mukanya"terima kasih.yang mengena seperti apa pak?contohkan ke anak muda ini?itu provokasi/penghinaan?pilihan katanya bagus!

tyotai said...

@Tyo : sekarang harus registrsai ya buat jadi terkenal. hebat yah tyo. ntar bilang ah ma mamah klo di blog ada orang terkenal fansnya si ucup. minta facebooknya donk orang terkenal. kan aku pengoleksi orang2 terkenal. kurt cobain ajah aku koleksi, gombloh, bagio, dono, kasino, susana aku koleksi semua.
km juga mau aku koleksi donk tyo.
mana iiih facebooknya.

e-je said...

@Tyo :
//gw g meng-agung2kan tu film,ga ada yg bisa di agungkan kecuali Allah semata.//

nah lo tau, karna heran juga gwa, lo kan dah tau klo ucup yang bikin tuh film trus lo bagus2in ucup lah, bela ucup lah dengan ikhlas, rela dan ga dibayar padhal lo sendiri tau klo ucup itu bikin film yang kata lo ngerusak moral????????????? aneh bin ajaib anda ini..nah klo gwa sih jelas, masa yang bikin film ngerusak moral di diemin aja??? salah ko masih di bela...

Tyo said...

@e-je,saya anak muda,masih minim!klo saya g bisa ya ga saya jawab,kan diem itu emas,daripada bikin masalah!iya,intinya wasit kan manusia,begitu juga kita!"saya jadi bingung sendiri nih, kamu ngejawabnya yang kamu bisa aja sih, ga dijawab semua...trus jawabannya tuh banyak yang ga nyambung lagi."dan ini lagi2 masalah pengalaman!anda pernah mengalami hal itu bukan?.

tyotai said...

@Tyo : sekarang harus registrsai ya buat jadi terkenal. hebat yah tyo. ntar bilang ah ma mamah klo di blog ada orang terkenal fansnya si ucup. minta facebooknya donk orang terkenal. kan aku pengoleksi orang2 terkenal. kurt cobain ajah aku koleksi, gombloh, bagio, dono, kasino, susana aku koleksi semua.
km juga mau aku koleksi donk tyo.
mana iiih facebooknya.

Pak Nasrul said...

@Tyo : @Pak Nasrul,oh jadi anda menerapkan prinsip,orang muda tidak berguna?orang muda tidak bisa memberikan masukan kepada orang tua?jika memang demikian yg anda terapkan dalam hidup anda okelah saya terima,itu hak anda,namun kenapa jika anda tua anda bertanya di blog ini kepada bung ucup yg "mungkin"lebih muda dari anda,yang anda tanyakan"pah kenapa pada pukul-pukulan sih?", "pah katanya film tentang supporter bola tapi koq ada tawurannya?"kata anda putra bpak kelas 2 SD?seharusnya anda bisa menjawab dan(mungkin)berbohong demi kebaikan putra Bapak,kan anda jauh2 lebih tua di bandingkan anak bapak?jadi g usah di share di blog ini.red,anda memilih anak anda merengek/merusak moralnya(maaf)dengan menonton film Romeo Juliet?anda jelas telah kalah dengan anak anda sendiri,dan(maaf)saya bukan anak SD!
sebelah mananya yg menyatakan saya tidak berani pada orang tua????????????????????????????

Astrajingga said...

@ all aja deh,

Woy udah malem nih, mau kelon sama istri nih.

Tapi demi teman-teman semua di sini saya coba beri jawaban singkat.

1. Saya bukan Ucup bukan Yusuf Andibachtiar, bukan sutradara Romeo Juliet, dan bukan Admin. Saya tidak berpendapat atas nama Ucup, atau Jakmania atau Viking. Saya membela kebebasan berekspresi, saya anti-kekerasan, dan saya menganjurkan pikiran kritis melawan ketololan, melawan kejumudan dan segala yang jahiliyah.

2. Mengenai Islam dan larangan, mengenai wajib dan haram, mengenai aurat, sungguh saya bukan ahlinya.

Tapi begini, apakah sesuatu itu larangan Allah langsung, apakah itu tafsir manusia atas sabda yang diyakini berasal dari Allah yang tertulis di atas kitab suci? Kalaupun memang itu dari Allah atau dari Tuhan, pertanyaan saya lagi, Tuhan yang mana, Allah yang diyakini siapa, Tuhannya agama mana atau yang ditafsir siapa? Atau wangsit dari Gusti Allah langsung ke telinga Anda, atau yang Anda pelajari, dan Anda 'iqra' sendiri dari bermilyar ayatnya yang dihamparkan dan ditegakkan di alam semesta ini?

Lagipula Allah Maha Baik kok--setidaknya menurut tafsir saya--dia cuma bilang, kurang lebih, "Kalau kamu melanggar laranganKu, saya masukan neraka ntar kalo kalian udah pada mati." Gitu. Nggak pernah Allah mukulin sutradara film, nggak pernah Dia ngasih contoh jelek. Masukin orang ke penjara aja nggak pernah kok Allah itu. Yang mukulin, yang membunuh, yang masukin orang ke penjara atas nama Allah banyak.

Dan saya percaya teks agama tidak bisa dipisahkan dari konteks tafsir manusia atas Tuhan dan agama, kerna Tuhan bikin agama untuk manusia, bukan untuk Tuhan sendiri. Kecuali kalo itu Tuhan narsis. Maha Narsis. Suka foto-foto sendiri di mall trus dipajang di Facebook. Ngelantur...

Tuhan tahu manusia bisa menafsir (belajar), dan saling-silang tafsir pasti terjadi, juga sampai tingkat sengketa dan bunuh-bunuhan. Misalnya, ketika malaikat mengingatkan Tuhan, "Untuk apa kau ciptakan mahluk seperti manusia yang nantinya akan membanjiri jagad ini dengan darah?" Tuhan menukas malaikat, "Tahu apa kalian!"

Enggak, ding, Dia bilang, "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui."

Tuhan Maha Sayang pada semua mahluknya, juga pada manusia yang tukang berantem itu. Dia tahu manusia bisa bisa berkomunikasi, saling belajar, dan bisa menerima perbedaan. Itu sebabnya perintah pertamanya pada Muhammad: BACA!

Dari sini saya belajar bahwa manusia bebas untuk menafsir Tuhannya sendiri. Kalau memang mau percaya Tuhan. Kalo enggak, ya bebas juga, boleh aja. Asal jangan mentang-mentang nggak takut neraka, kerna yakin neraka itu nggak ada, trus mukulin orang sembarangan nggak pake mikir. Itu kudu ditangkep polisi.

3. Saya tidak 'anti-larangan,' tapi 'saya anti-main larang.' Yang tidak baek menurut saya adalah larangan yang dibuat asal larang, tanpa berpikir kritis. Larangan yang dibuat semata-mata untuk mempertahankan hegemoni. Waduh, kalo gue kudu cerita Gramsci lagi kapan kelonnya sama istri saya.

Tapi intinya begini, pada akhirnya, semua kembali kepada pikiran kritis kita sendiri, apakah kita pikir sebuah larangan itu patut diikuti atau tidak, apakah sebuah anjuran perlu diikuti atau tidak. Perlukah saya mempengaruhi orang lain, mengorganisasi masyarakat untuk mencabut sebuah larangan? Perlukah saya melakukan perlawanan terhadap sebuah peraturan, kebijakan publik, atau terhadap apa yang selama ini dianggap sebagai 'budaya adi luhung' bangsa? Perlukah kita merevitalisasi tafsir-tafsir atas ayat-ayat Tuhan, dan seterusnya.

Larangan pergi ke Mexico juga tidak bisa asal larang. Kalau keperluan saya ke Mexico sangat penting, kalau saya bersedia menanggung resiko kena flu babi dan rela dilarang pulang ke Indonesia, kalau saya pergi dengan berhati-hati, kalau saya adalah justru dokter atau peneliti yang akan membantu penyembuhan flu babi, masak saya mau dilarang begitu saja.

Jadi, saya bukan anti-larangan, saya anti-larangan terhadap karya; karena ide dasar melarang publikasi sebuah karya itu bodoh dan merupakan pembodohan yang berdampak luas. Saya tidak anti pengaturan. Saya tidak anti negosiasi dan tawar-menawar.

4. Saya bisa nulis panjang kenapa? Nyontek di mana? Banyak sumbernya, banyak bukunya, dan yang lebih murah sekarang: Internet!

5. Saya tidak bisa menilai apakah jenis busana tertentu, atau tidak berbusana sama sekali berkaitan dengan tingkat peradaban.

Dulu jaman kolonial, perempuan di Bali, Papua, dan sebagian di Jawa tidak menutup payudaranya. Dalam pikir orang Belanda, yang penuh prasangka, itu adalah perilaku dan cara berbusana bangsa primitif. Lalu disuruhlah bangsa primitif itu pakai baju menutup 'aurat'nya, diperkenalkanlah BH pada bangsa primitif itu. Tau BH atau beha? Breast Holder. Apa bahasa Indonesianya BH? Nggak ada! Kutang? Bukan, kutang atau kotang itu lain. Memang kadang jadi padanan BH atau bra, tapi kutang itu jenis baju yang dipakai Gatotkaca, Kotang Antakusuma yang legendaris anti rudal itu lho.

Jadi BH sang penutup aurat itu sampai hari ini sebetulnya masih 'asing'; dari bahasa saja sudah kelihatan. Jadi, kalau perempuan Indonesia saat ini rata-rata memakai BH, itu artinya mereka kebarat-baratan. Herannya, kalau tidak pakai kutang malah tidak pernah disebut ketimur-timuran. Kacau nggak apa yang disebut 'budaya' dan apa yang 'tradisional'? Apa yang disebut 'ketimuran' dan 'kebaratan'? Kacau nggak apa yang disebut 'kita', 'kami', dan 'mereka', dan 'yang lain'?

Kira-kira satu abad kemudian orang Belanda yang 'modern' itu ramai-ramai datang ke pantai-pantai Indonesia dengan tidak menutupi payudaranya, berjemur dengan santainya. Mungkin karena merasa modern.

Tapi Anda akan bilang, wah kalau begitu orang Belanda yang primitif. Ya nggak apa-apa kan? Orang mau mengekspresikan ke-primitif-annya boleh kan? Mau dilarang lagi? Jangan-jangan Anda ini camat apa Danramil ya apa intel BAIS? Kok sukanya main larang?

6. @ Pak Nasrul:
Melihat kasus yang ditulis Pak Nasrul, saya tidak bisa menghindar dari pendapat: Ya itu sih salah Bapak sendiri dalam mendidik anak. Bapak malah berkolusi dengan pengelola bioskop, itu ngajarin anak melanggar aturan. Nggak baek itu ah. Anak boleh Pak dilarang, wah, gimana nih Bapak ini. Kasih pengertian, ajak berdialog, ajak berdiskusi. Jangan asal main larang. Bilang gini, "Nak, nonton film itu buang-buang uang, karena filmnya penuh kekerasan dan mutunya rendah. Lagipula Bapak susah cari uang, sekarang lagi krisis ekonomi, rupiah sedang melemah, lebih baik beli susu supaya kamu sehat, lebih baik kita beli buku supaya kamu cerdas." Gitulah kira-kira.

Mengenai bajakan DVD, saya pikir jangankan Anda, Ucup juga pasti tidak setuju DVD Romeo Juliet dibajak. Kudu ditangkap itu yang membajak. Laporkan ke polisi, Pak, kalo ada yang jual.

7. Mengenai kenapa anjing disebut maung, kenapa macan disebut sapi, waduh sungguh saya tidak paham. Baiknya ditanyakan kepada Wakil Monyet, siapa tahu dia juga belajar bahasa anjing, bahasa maung, bahasa macan dan bahasa sapi.

8. @ Wakil monyet: Betul, Bahasa Sunda itu bahasa orang. Tapi jangan remehkan bahasa orang, ada bahasa tubuh, ada bahasa cinta, ada bahasa tersirat. Sama rumitnya. Atau mungkin lebih rumit.

Anda itu sungguh-sungguh ya ampun de ih.

Udah ya, istri saya udah nggak sabar nih!

Besok aja terusin.

abdi said...

@Tyo : @e-je,saya anak muda,masih minim!klo saya g bisa ya ga saya jawab,kan diem itu emas,daripada bikin masalah!iya,intinya wasit kan manusia,begitu juga kita!"saya jadi bingung sendiri nih, kamu ngejawabnya yang kamu bisa aja sih, ga dijawab semua...trus jawabannya tuh banyak yang ga nyambung lagi."dan ini lagi2 masalah pengalaman!anda pernah mengalami hal itu bukan?.
masih minim.. tapi ko banyak ngomong yah.. perasaan jawabannya juga gak mengena tuh..ngaku muda tapi so tua gitu ngomongnya seakan ingin diakui seakan menjadi paling benar dan paling eksis.

tyotai said...

hahaha
Tyo belegug pisan nyak hahahahaha.
ada juga manusia seperti ini ya.

Tyo said...

@Pak Nasrul,sebelum saya anda senggol saya sudah ber komen ria dengan Abah dan berkata ke beliau @Abah,"sumpah gw kagak berani sama orang tua bah,jd jangan bilang gw anak bandel ya?"memang!tidak langsung menuju ke anda,menurutku sih!kata2 itu sudah mewakili saya dalam keseluruhan komen yg sempat saya curahkan disini pak.Maaf jika salah.

Pak Nasrul said...

yah jiper gak asik astrajingga. baru jam segini udah tumbang saja bikin anak yah.
posisikan diri anda di diri saya. anda mungkin mengkritik seperti itu karena belum terbayang situasinya seperti apa makanya saya terima ajah omongan anda walaupun melenceng 100,1 persen. masalah nyogok itu diluar sepengetahuan anak saya jadi aman ko' dari anak saya. klo masalah ngdidik yg salah silahkan persalahkan saya karena memang saya terlalu kolot untuk mendidik anak kelas 2 SD.

abah said...

saya memang menghina itumah.

Tyo said...

@Abdi,"masih minim.. tapi ko banyak ngomong yah.. perasaan jawabannya juga gak mengena tuh..ngaku muda tapi so tua gitu ngomongnya seakan ingin diakui seakan menjadi paling benar dan paling eksis."emh ga mengena ya?saya sok tua ya?itu pendapat anda,silahkan!karena anda pengalaman anda bisa berkata demikiancoba tunjukkan kata2 yg mengena?ajarin!usiaku masih muda kok,muda sekali,biasa klo lancang,harusnya anda menasehati yg baik,kan udah dewasa!kok malah mencaci yg muda.

Pak Nasrul said...

@Tyo : bedakan donk porsi kata2 balasan buat abah mana dan buat saya sendiri mana.
klo mau seperti itu anda seharusnya mengetik "buat abah dan sekaligus yg lainnya yg lebih tua dari saya". jadi supaya tidak ada kesalahan. anda menulis seperti itu orang lainpun membaca itu buat abah bukan buat saya.

abah said...

@astraajingga : kalau memang bukan admin atau si ucup udah tidur sajalah siapkan kata-kata balasan buat besok. bikin yg banyak ajah.

abdi said...

@tyo : oh minta diajarin. lewat facebook ajah soalnya kl lewat blog ini akan panjang sekali

Tyo said...

@Pak Nasrul,ya maap...!Bapak g marah kan?putra/i nya udah berkeluarga semua?kira2 ada yg seumuran muda ga y?

Tyo said...

@Abdi,apa account name u?tar tak kunjungi setelah aku bikin account FB,ni lebay baru belajar FB.

Pak Nasrul said...

@Tyo : marah sih nggak cuma emosi saja, saya orangnya tempramen dan keras hati.
anak yg paling tua umur 31thn kerja di Kopassus dia udah Kapten dan yg paling bungsu kelas 2 SD. yg anak pertama baru nikah seminggu kemarin.

e-je said...

@Tyo :
ngeles aja lo kaya bajaj, gwa juga masih anak muda bos, masih 24 tahun, masih kuliah dan belum berkeluarga!!


@Astrajingga :
mau nonton UCL bos, jadi gwa gadang haha...
saya juga anti kekerasan (makanya saya salah satu yang ga suka film ini ditayangkan karna terlalu banyak kekerasannya), dan sekali lagi saya TEGASKAN klo saya bukan pelaku pemukulan ucup jadi knapa pula bawa2 lagi kasus pemukulan ucup???
klo anda tanya tuhan yang mana? emang tuhan ada banyak yah??kitab yang mana?tentu saja qur'an. kalau ditanya di wahyukan ke siapa? tentu saja bukan ke saya, ya qur'an di wahyukan ke nabi muhammad SAW lah... itu keyakinan saya, ga tau klo lo...
tapi intinya gini, kita sepakat bahwa kita adalah anti kekerasan..tapi kalau saya terus terang anti dengan film ini, selain nama organisasi yang dibawa itu asli (kasin loh dua organisasi suporter yang di bawa itu jadi tambah tercoreng namanya, walaupun film tp organisasi yg di bawa itu asli), karna banyak kekerasannya juga (yang kita sepakati bahwa kita anti kekerasan), bahkan saya rasa kisah cinta yang di angkat itu kalah sama kekerasan yang di angkatnya..
masalah melarang kan wajar saja, tapi melarang nya kesiapa dulu? sebelumnya maaf saya bukan mengatasnamakan viking, klo misal viking melarang anggotanya nonton film ini juga bebas kan yah, nah anggotanya mau setuju atau tidak setuju kan hak mereka juga (masalah pmukulan bkn masalah gwa yah, jd ga usah di bawa lagi)...itu kan hanya melarang klo film ini tidak layak tonton dan tidak layang tayang di bandung itu saja. klo pun orang bandung maksa pengen nonton pergi ke bogor atau jakarta misalnya ya terserah... mungkin orang bandung melarang itu hanya karna kebebasan berekspresi dan kebebasan mengeluarkan pendapat mereka bahwa film itu tidak layak tayang di bandung karna ada pelecehan terhadap orang sunda. yang saya herankan kenapa klo ucup bebas berekspresi kenapa orang sunda melarang filmnya tayang ga boleh???kan sama2 berekspresi, ucup berekspresi dengan karya filmnya, dan kita berekspresi dengan melarang filmnya itu tayang..
ucup menganggap kita sebagai target marketnya, dan kita sebagai target marketnya menolak produk dia. salah kah itu????

abdi said...

@Tyo : gak punya FB?

Tyo said...

@E-Je,ngeles ya?lhoe2..masih 24 tahun tp sudah dewasa,baguslah.siap cari bini,kenalin gmna?adik bini gw?cari bini biar perasaan nyolotnya bisa teredam,bajaj ngelesnya gmna ya?
@P Nasrul,Makasih Bapk,temperament tp tetep cool ya!biar g kemana2,seperi comment saya.
@Abdi,gmna bikin FB?seru ga?ma comment di blog ini seruan mana?

tyotai said...

ih tyo ternyata kyk bajay, monyong dong tyo, berasap lg ya pantatnya.

abdi said...

@tyo : gampang kok di gramedia aja udah ada buku panduan buat FB murah kok. lebih seru di FB pastinya.

abdi said...

@tyo : gampang kok di gramedia aja udah ada buku panduan buat FB murah kok. lebih seru di FB pastinya.

e-je said...

@all :
udah lah, si tyo mah bisanya ngejek doang... seperti kaya Slank "Tong kosong nyaring bunyinya".
liat aja dari tadi yang di omongin KOSONG ga ada isi sama sekali.
Percuma, karna saya liat Pak Nasrul, abah, dan yang lainnya mau posting tuh mikir dulu, nah dia...
apa yang dia debatin aja bingung isinya apa..
skr gini aja deh, yang lo debatin disini apa??? apa yang lo bela???

Tyo said...

@tyotai,lebih baik daripada tai kaya nama lhoe,,jangan2 muke lhoe?
@Abdi,wah tu namanya lhoe promosi G******A,lhoe privatin gw aja,klo emang seru dibanding Comment ini guwa mau,FB buatan anak Indonesia/mana si?

kuring yeuh said...

@Tyo : JAWAB TAH KEHEEEEED!!!!!

Tyo said...

@E-Je,macam lhoe tau pikiran Abah sama P.Nasrul,klo lhoe tong padet berisi ya?emang beda klo ama anak kuliahan macam lhoe..hebat2..24Tahun kuliahan pula,,,gw nanya ma lhoe napa ga di jawab?tunjukin kata2 yg berisi ?

Tyo said...

@Kuring yeuh,maaf ni,gw kagak ngerti Bahasa Sunda,Bindo aja ya?

tyotai said...

@Tyo : eh masih bagusan tai bisa dijadiin pupuk bermanfaat daripada lo yg jadi sampah masyarakat dan membusuk dengan usus terburai.

e-je said...

@Tyo :
//macam lhoe tau pikiran Abah sama P.Nasrul,klo lhoe tong padet berisi ya?emang beda klo ama anak kuliahan macam lhoe..hebat2..24Tahun kuliahan pula,,,gw nanya ma lhoe napa ga di jawab?tunjukin kata2 yg berisi?//

ya gwa bisa nilai dari postingannya lah...
/gw nanya ma lhoe napa ga di jawab?tunjukin kata2 yg berisi?/
pertanyaan yang mana??? lo nanya lo yang jawab, OON nih...
bukan masalah kosong atau isinya bos, yang gwa maksud tong kosong nyaring bunyi nya tuh gini, liat abah dan pak Nasrul dan yang lainnya, semua yang dsini ada yang berkeluh kesah dan ada yang membela nah lo???? lo yang mana??? dari tadi postingan lo melenceng semua (ini yang gwa maksud tong kosong nyaring bunyinya, banyak posting tapi ga nyambung sama tema nya).
ok gwa, gwa jelas dari tadi juga gwa termasuk yang berkeluh kesah dengan adanya film ini, dan postingan gwa konsisten denga keluh kesah gwa. Lo???????? ngaler ngidul ga ga jelas..

Tyo said...

Football is life, it never stops, neiher do we ,udah pokoknya semua itu kembali ke masing2 individu kita,maafin gw klo anda2 semua anggap g nyambung,anak kecil ni mau pamit...jangan mpe kreatifitas kalian semua mati hanya karena kritik,.Salam Damai Supporter Indonesia. kita semua saudara..

kuring yeuh said...

@Tyo : iya ih pake minta dibikinin FB lagi.
malu2in ih, melenceng jauuuuuh. paraaaaah

kuring yeuh said...

@Tyo : yah ga metal, gitu aja langsung off.
udah nyerah tuh anak.

e-je said...

//Football is life, it never stops, neiher do we ,udah pokoknya semua itu kembali ke masing2 individu kita,maafin gw klo anda2 semua anggap g nyambung,anak kecil ni mau pamit...jangan mpe kreatifitas kalian semua mati hanya karena kritik,.Salam Damai Supporter Indonesia. kita semua saudara..//

tuh kan ga nyambung lagi...
ya emang ga nyambung, orang ngomong kmana lo kmana...
sip di maafin (lagian ga ada yang salah ko, yang salah knpa film ini harus ada).
emang kreatifitas siapa yang mati karna di kritik???
mau suporter mau bukan juga tetep ko kita saudara.
duh ucup terlalu enak nih, cuman diem dan tertawa baca perdebatan disini...lumayan ya cup poromosi gratis.....bayar dong cup, ya sekali-kali gwa matre kaya lo lah hahahaha....

Tyo said...

@E-Je,gw ndak mau berkeluh kesah Je,jika abah dan P.Nasrul berkeluh silahkan,hidup terus berjalan,hidup realita,hidup penuh dengan gejolak,dan si ucup tetaplah ucup dengan segala kelemahan dan kekurangannya sebagai manusia dan sutradara. semua juga sama dengan segala keterbatasannya masing2,anda anggap gw membela bang ucup silahkan,namun saya juga anggap anda membela pak nasrul,abah dan lainnya yg g bisa saya sebut disini,karena banyak!logikanya kan 2 lawan banyak!okelah gpp,anggap aja ini adalah sisi lain dari munculnya Romeo Juliet.Maaf jika salah.
@Tyotai,"eh masih bagusan tai bisa dijadiin pupuk bermanfaat daripada lo yg jadi sampah masyarakat dan membusuk dengan usus terburai."lhoe g pernah makan usus?tiba2 usus masuk ke perut u dengan kondisi utuh?tanpa menyembelih ayam/binatang yg anda makan?hebat...applous buat anda dan hanya anda yg berkata tai itu bagus!nama lhoe aja tai!mungkin otak lhoe sama busuknya kaya tai,lhoe na'i dimana2 sesuka lhoe kaya binatang.

Tyo said...

@kuring yeuh,gw tantangin lhoe bikin aplikasi semacam FB,klo tinggal reg sih semua bisa,bikin aplikasinya!biar ga malu2in,tu FB bikinan Yahudi bro,bangga betul ama buatan yahudi..apakah ide FB ada orang Indonesia nya?klo ndak ada jangan di banggakan.bikin karya sendiri brur.itu adalah kebanggaan.kita anak Indonesia. Udah gw ga peduli topic Romeo Juliet,ga ada untungya!

e-je said...

nah klo itu yang lo jawab ke gwa kan enak nyambung, karna ya memang yang ada disini semuanya cuman ada dua, yang keluh kesah (bisa mengkritik dan bisa juga menolak) dan yang membela ucup dengan filmnya. klo lo ngaku bela ucup ya bagus berarti nyambung dengan tema yang di bicarakan dsini (senenag gwa).
tapi perlu diluruskan, saya bukan membela abah dan pak nasrul, saya hanya salah satu orang yang ga suka dengan film romjul begitu juga pak nasrul dan abah, jadi hanya kepentingannya yang sama. Saya tadi membenarkan pak nasrul dan abah hanya karna memang mereka posting dsini benar2 ingin mengkritik filmnya ucup, nah lo ngejawab ngaler ngidul ga jelas makanya gwa bilang ga nyambung. begono....
cuman yang saya tanya kan sama lo ya itu tadi, lo dah tau klo ucup itu sutradara dan pembuat film romjul, dan lo sendiri bilang klo film romjul itu ngerusak mental. Nah yang gwa tanyakan dan dari tadi ga lo jawab knapa klo dah tau salah masih di bela??? dah tau ngerusak moral masih di bela??? klo emang iya berarti lo ngebela yang salah yah??

e-je said...

//gw tantangin lhoe bikin aplikasi semacam FB,klo tinggal reg sih semua bisa,bikin aplikasinya!biar ga malu2in,tu FB bikinan Yahudi bro,bangga betul ama buatan yahudi..apakah ide FB ada orang Indonesia nya?klo ndak ada jangan di banggakan.bikin karya sendiri brur.itu adalah kebanggaan.kita anak Indonesia. Udah gw ga peduli topic Romeo Juliet,ga ada untungya!//

bos, viking dah punya tuh aplikasi jejaring sosial sendiri yang seperti facebook, saya rasa ini yang pertama deh di Indonesia suporter punya yang kaya ginian. cuman viking... ga percaya???
nih link nya :

http://network.vikingpersib.net/home.php

setau saya ini yang pertama yah buat organisasi suporter di Indonesia, klo ada yang lain berarti ya ngikutin...

Tyo said...

@e-je,Bagus klo yang pertama di Indonesia,asal jangan bangga2in FB kaya yg di katakan Kuring Yeuh,buatan Yahudi sampai sadisnya dia bilang ke saudara sesama muslim dan satu bangsa satu tanah air dengan berkata"iya ih pake minta dibikinin FB lagi.
malu2in ih"jadi bangga ya dan g malu2in klo pake FB buatan zionis!

e-je said...

@Tyo :
nah lo????
emang tau Mark Zuckerberg itu zionis atau yahudi???
jangan lupa internet juga buatan amerika lho...

Tyo said...

@e-je,di atas kan ada komen gw,ada ga gua bangga2in Internet?lhoe/sapa aja boleh pake FB,tp jangan sampai tega bilang ke saudaranya sendiri malu2in.udah selesai di sini.

e-je said...

emang tau Mark Zuckerberg itu zionis atau yahudi???

gwa bilang internet kan cuman perbandingan saja..ya klau membuat sakit hati orang sih mau produk yahudi atau zionus atau produk orang indonesia pun sama saja tidak boleh. termasuk film romjul juga yah membuat sakit hati sodara muslim sendiri. ga boleh juga tuh...
ok deh, met istirahat.....
siang lagi aja lanjutnya..

tyotai said...

@tyo : dibelakang gwe emang ada tai tapi didepannya nama tyo gwe bangga karena nama gwe tyotai dan memang gwe adalah manusia yg ngebacot kemana ajah, karena gwe seorang yg suka ngomongin yg gak jelas, gwe ini aremania, gwe bangga jadi aremania, dan gw suka ama ucup karena gwe gay, iya gwe tyo tapi kepanjangan gwe tai. itulah tyotai. gwe bangga hanya sekedar bernamakan tai karena tanpa tai tyo itu bukan apa2.

kuring yeuh said...

@Tyo : http://network.vikingpersib.net/home.php
lo cek ajah neh tyonyet (hanya fiksi). bisa gak yah aremania bikin yg seperti itu. gak mungkin banget ah. FB ajah gak bisa bikinnya.
tyo emang jempolan aremania paling hebat yg bisa segalanya yg ngomongpun kemana ajah arahnya. yg penting tyo puas ya ya ya. apapun itu silahkan lah tyo sebebasnya anda ngomong.
emang gw gak bisa bikin seperti itu tapi gwe bangga viking punya seperti itu.
dan tentu gwe juga bangga sama tyo karena sudah bisa mengukur kemampuan orang. dari komen2nya dapat disimpulkan bahwa tyo bisa menilai siapa pak nasrul, abah, tyotai, e-je dan yg lainnya. mungkin SBY ajah bisa dikritik disini ama tyo atau bahkan dia berani gak yah ngritik allah.
gwe gak bangga ko' punya FB gwe gak ngbangga2in produk yahudi. pakaian gw ajah lokal bandung bahkan diemperan belinya.
lo emang diemperan juga bajunya?
lo pake koneksi apa, pake modemnya apa? pake hp apa? pake baju apa? pake motor apa? atau mobil?..... bersihkah semua produk lo dari semua yg berbau yahudi atau yg berbau nasrani?????????
tapi klo emang lo udah ngomong seperti itu pastinya lo bersih dari segalanya suci dan udah pake doa setiap barang yg lo pake klo najis lo pasti cuci ama tanah 7 kali. hebat sangat tyo.
keren AREMANIA yg satu ini.
harusnya muri ngasih rekor neh buat tyo.

kuring yeuh said...

@tyo : klo lo ga bangga dengan internet udah gak usah OL. klo masih OL otomatis lo masih menggunakan hasil penemuan Amerika.
pergi ajah sana dari pada ngomongin orang pake produk orang lain. lo sendiri knapa gak pake internet hidayah ajah jangan internet amerika. katanya gak ngbangga2in produk yg lain tapi masih ajah ngebacot pake internet. kehed teh lah.

kuring yeuh said...

@e-je : tuh liat si tyo mengakui argumen e-je tapi langsung menjatuhkan yg lainnya.
begitulah sifat orang yg egonya gede dan gak mau kalah dan yg pasti gak mau malu dia. masa harus nangis didepan kita semua hahahahahahaha. watirrrrr....!!!!!!

Astrajingga said...

@Tyo : sudahlah tyo jangan memaksakan kehendak, anda terlalu keras berargumen tetapi tidak kena dengan apa yg ada di inti pembicaraan, bila anda seorang good listener anda pasti sudah memahami setiap seluk beluk permasalahan sehingga anda bisa mengeluarkan argumen yg benar.
anda dari kemarin saya perhatikan tidak ada titik temu, ketika anda diserang setiap opini anda langsung menghubungkan dengan masalah yg lain, itu menandakan anda orang plin plan dan gampang cemas sehingga anda seakan kalang kabut. anda ingin mempertahankan argumen seakan anda benar padahal tidak seperti itu adanya.
mungkin kelompok yg bertikaipun seperti anda dalam artian mereka saling serang dan tidak berfikir secara nurani tapi berfikir secara emosi.
saya berbicara begini bukan karena saya menjerumuskan anda atau saya mendukung yg lainnya, tapi coba kalau anda menerima omongan mereka anda terima masukkan mereka, saya yakin tidak akan sepanjang ini permasalahannya. keras kepala perlu tetapi bila terlalu keras maka akan pecah kepala kita.

Astrajingga said...

Mumpung di kantor, pake internet gratis.

@Pak Nasrul:
Sekalipun seseorang berpikir kritis, sekalipun keputusan diambil dengan berdialog dan setelah mendengarkan orang banyak dengan bijak, tetap saja itu semua tidak menjamin manusia bebas dari luput.

Termasuk saya. Saya pun, bisa khilaf 100,1%, bahkan bisa 100,2% luputnya. Jadi mohon maaflah kalau saya ada salahnya mengambil kesimpulan dan memberi saran. Minta maaf kan nggak harus nunggu lebaran.

Keyakinan bahwa saya bisa salah saya pegang dengan keyakinan bahwa semua orang, pemerintah, hakim, ahli hukum, tentara, profesor, dokter, ketua KPK, pengguna blogger, termasuk Pak Nasrul sendiri bisa luput 99,7%. Atau berapa persen-pun.

Soal kolusi:

Sekalipun ketika Bapak nyogok petugas bioskop tidak ketahuan anak, tapi kalau anak Bapak kritis, dia akan tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres. "Pak itu kan film bukan semua umur, kok saya boleh nonton, Pak?" Mungkin tidak sekarang, tapi mungkin suatu saat dia akan tanya ketika dia mulai mengerti tentang pembatasan umur pada film. Ketika dia mulai paham makna kekerasan atau majas sarkasme dan semiotika.

Saya ingat ketika saya masih kecil, saya minta nonton film perang karena saya suka mainan tank dan main perang-perangan. Ibu saya bilang itu bukan film anak-anak. Saya ngotot terus, walaupun, seingat saya tidak sampai guling-guling. Ibu saya terus memberi pengertian tentang film anak, film dewasa, tentang perang, tentang darah, tentang kekejaman, tentang senjata, tentang kengerian, tentang segala macam yang nyangkut di otaknya saat itu demi memberi saya pemahaman agar saya tidak nangis-nangis minta nonton. Dan Ibu berjanji akan mengajak saya nonton film anak yang bagus kalau nanti diputar.

Akhirnya, saya tidak jadi nonton film perang itu, tapi beberapa bulan kemudian Ibu mengajak saya nonton Star Wars. Dahsyat! Sampai hari ini saya masih ingat bagaimana Luke Skywalker berciuman dengan Princess Lea sebelum loncat menyebrang dengan tali.

Dan setelah keluar episode lanjutannya, sialan, ternyata itu ciuman antara kakak dengan adik.

Ketika kebiasaan berkolusi dengan petugas, ketika kebiasaan melanggar aturan, atau bahkan ketika kita malas mengantri dan 'nitip' beli karcis, nyogok polisi waktu ditilang menjadi keseharian; ketika orang tua sehari-harinya tidak tertib, anak akan cepat belajar. Dan anak cepat sekali belajar. Ini berbahaya bagi masa depan masyarakat yang bercita-cita hidup tertib dan beradab.

Untuk mencapai tujuan mulia itu, salah satu syaratnya, kitanya, anggota masyarakatnya harus kritis, giat, dan juga berani. Juga jangan mau ditakut-takuti, dan diancam, termasuk kalau ditakut-takuti anak yang mengancam akan berguling-guling di mall.

Mungkin punya anak guling-guling di mall memalukan bagi kita, orang tua, tapi kalau kita pikirkan yang terbaik bagi anak, kalau kita pikirkan apa yang akan dia pelajari dari kemampuannya memaksakan kehendak, bukankah lebih baik anak itu guling-guling di mall?

Anak yang tidak dibiasakan diajak berdialog dan diberikan pemahaman akan terbiasa memaksakan kehendak dengan mengancam. Kalau ini dibiarkan dia bisa menjadi tiran di masa dewasanya, minimal, jadi preman atau ke-preman-preman-an. Kalo nggak suka, trus mukulin orang, gitu, takutnya.

Sukurnya, anak saya belum pernah mengancam akan berguling-guling di mall kalau kehendaknya tidak dituruti.

Istri saya yang pernah, malah.

Sekali, lagi, Pak Nasrul, ini hanyalah pendapat saya. Mohon maaf kalau dianggap menggurui, tidak ada niat sedikit pun, mohon maaf kalau luput lagi. Ini hanya upaya saya yang paling kecil untuk amar ma'ruf nahi munkar.

Saya yakin Bapak tidak terlalu kolot, terutama melihat dari pilihan diksi "jiper", "nggak asik", dan "tumbang" dalam komen Bapak.

Memang tadi malam saya agak "nggak asik" kerna sampai tidak peduli dengan UCL demi istri. Mumpung anak saya lagi nginep di rumah pamannya. Siapa tahu si Upik akan segera punya adik. Mohon doanya.

Ngomong-ngomong, Pak Nasrul anaknya berapa, Pak? Kok jauh betul yang paling tua sudah Kapten umur 31, yang paling kecil masih kelas 2 SD? Gimana ceritanya Pak? Istri Bapak waktu melahirkan yang paling kecil usianya sudah berapa?


Tuntutan Perdata:

Mengenai tuntutan perdata atas film Romeo Juliet, hal tersebut bisa didekati dari beberapa aspek.

Salah satunya, penggunaan nama klub--Persib, Persija, Aremania. Juga penggunaan logo, atribut, lagu, lirik yang dinyanyikan supporter. Terutama kalau nama, logo, atribut, lirik, dan lagu yang dipakai difilm itu sudah dipatenkan, ada copyrightnya (hak cipta) atau merupakan merk dagang (trade mark).

Untuk memakai semua hal tersebut dalam film, produser film memerlukan izin tertulis dari pemilik; yang dalam dunia film dikenal sebagai release. Ada appearance release, ada location release, ada copyrights release. Jadi kalo sampai si Ucup ini tidak punya release, ini makanan empuk untuk tuntutan perdata.

Apa yang dituntut dari film ini? Kalau memang keberatan, bisa minta di depan film ditambahkan 'adegan' perwakilan klub supporter memberi penjelasan bahwa film yang akan Anda saksikan adalah film fiksi yang sama sekali tidak berkaitan dengan klub dan fans klub yang sebenarnya. Kalau pernah lihat film Kontrol, tentang petugas tiket kereta api, di situ Kepala PJKAnya kasih keterangan di depan film.

Pihak yang berkeberatan bisa juga menuntut agar semua nama klub, nama fansklub dihapus dari seluruh film. Semua logo di-blur atau diburamkan gambarnya. Tapi warna oranye atau biru, lazimnya tidak bisa dituntut untuk diubah, karena pada dasarnya warna milik semua orang, termasuk Ucup. (Kecuali pada kasus khusus ketika warna telah dipatenkan, misalnya pada kasus Pantone).

Demikian juga dengan lagu (nada dan lirik). Lagu supporter, khususnya, sebab saya yakin lagu Ananda Sukarlan sih pasti ada ijinnya.

Kalau lagu dan lirik ada copyrights-nya, dan Ucup tidak punya copyrights release-nya, itu bisa dituntut untuk dihapus dari film. Jadi nanti adegannya para supporter mangap-mangap kayak abis makan cabe sebakul, tapi nggak ada suaranya.

Kalau ada dialog yang menyebut nama klub/fansklub bisa dituntut melalui pengadilan untuk dihapus atau diganti "ngiiiik." Misalnya, "Anjing siah, *ngiiik*, baledog ku aing siah, budak *ngiiik*. Dasar, budak *ngiik*, teu boga polo!"

Jika masyarakat Sunda keberatan dengan dialog "Bahasa Sunda bahasa monyet", bisa menuntut secara perdata atau melalui class-action, atas nama organisasi atau kelompok masyarakat yang mewakili Tatar Sunda, agar dialog tersebut diedit menjadi "Bahasa *ngiiik* bahasa monyet."

Tapi kalau Wakil Monyet keberatan disebutkan juga bahasa monyet di situ--karena monyet tidak punya urusan apa-apa dengan sepakbola, maka Wakil Monyet juga bisa menuntut agar kata "monyet" diedit-out dari dialog. Hasil akhirnya kita akan mendapatkan dialog, "Bahasa *ngiiik* bahasa *ngiiik*."

Barangkali Wakil Monyet bisa menuntut untuk dan atas nama organisasi atau LSM pelestari satwa. Sebab saya tidak yakin masyarakat monyet bisa memberi surat kuasa tertulis kepada Anda. Itu syarat penting sebelum mendaftarkan perkara ke pengadilan.

Masih kurang? Tuntutlah denda ganti rugi secara perdata atas pelanggaran penggunaan hak cipta atas nama, logo, lagu, dan lirik. Tapi biasanya ganti rugi ini dikabulkan kalau tidak menuntut penghapusan nama, logo, lagu, lirik dari film. Biasanya yang dikabulkan salah satu, dihapus dari film atau tetap dipasang di film tapi Ucup harus bayar. Kalau perlu bayar muahal sekali!

Nah bagaimana sebaiknya melakukan tuntutan perdata ini, apa yang sebaiknya dituntutkan, baiknya dibicarakan dengan pengacara masing-masing.

Cup, siap-siap juga pengacara.

Berdebatlah kalian di pengadilan. Jangan main duit, jangan kotori pengadilan, hormati keputusan hakim yang bersih.

Tidak puas dengan keputusan hakim? Banding. Tidak puas lagi? Kasasi. Masih juga tidak puas? Peninjauan Kembali (PK). Belum? PK ulang. Belum juga? Arbitrase internasional. Masih belum? Ke laut!

Tapi jangan pukul-pukulan.


Pidana:

Bisa juga film ini dilaporkan melalui jalur pidana, tapi saya tidak akan saya bahas karena terlalu sering pengadilan menggunakan pasal-pasal karet untuk memberangus kebebasan berekspresi, kebebasan pers dan kebebasan dasar lainnya.

Tidak sepatutnya sebuah ekspresi dikriminalisasi. Selayaknya KUHPidana kita diubah demi melindungi kebebasan berekspresi, demi pencapaian tujuan konstitusi "mencerdaskan kehidupan bangsa."

@E-Je
Kenapa saya suka sekali menyarankan jangan pakai pukul memukul? Karena saya tertarik angkat bicara di forum ini setelah mendengar Ucup dipukuli. Saya menujukan kalimat anti-kekerasan anti pukul-pukulan terutama kepada yang mukul atau yang bersetuju kepada pemukulan dan bentuk-bentuk kekerasan lainnya sebagai ekspresi ketidaksetujuan. Mudah-mudahan mereka baca. Mohon maaf kalau Anda terpaksa ikut repot baca.

Soal Tuhan:

Betul bahwa Tuhan hanya satu, Allah SWT. Betul bahwa wahyu yang sejati hanyalah Al-Quran yang disampaikan pada Muhammad. Agama yang paling hakiki kebenarannya hanyalah islam. Yang meyakini selain islam kafir dan kekal di dalam neraka.

Tapi itu kan kata Anda dan orang lain yang sepaham. Kata orang kristen lain. Kata orang budha, kata orang hindu, kata orang kejawen, animis, kaharingan, kata yang menghormati dema di Papua kan tidak begitu. Begitu pula, lain kata orang agnostik, atheis, semuanya lain. Masing-masing memegang ajarannya seyakin Anda memegang ajaran islam. Meminta mereka meyakini ajaran dan hidup secara islam akan sama sulitnya dengan meminta Anda meyakini ajaran dan hidup secara--taruh kata--secara atheistik.

Karena menyeragamkan keyakinan itu sulit, dan bisa dibilang tidak mungkin, apalagi "perbedaan itu adalah rahmah", yang lebih mudah adalah menerima perbedaan dan hidup dengan damai dalam perbedaan.

Berbeda-beda tapi tetap beda.

Saya pernah dianggap sebagai orang Sunda 'kafir' karena tidak suka jengkol. Lha gimana, saya tidak suka kok! Pete saya makan, yang mentah, yang dibakar, yang digoreng. Lalab, pepes ikan, pais hayam, bakakak, tahu, dan segala macam sambal saya doyan, tapi jangan jengkol. Katanya saya tidak bisa jadi orang Sunda secara khaffah kalau tidak suka jengkol. Dan sampai hari saya tetap tidak suka jengkol. Saya memilih jadi orang Sunda yang tidak khaffah dan menrima saja segala konsekuensinya daripada harus makan jengkol.

Demikianlah ilustrasi saya mengenai keyakinan. Keyakinan, menurut saya, adalah soal selera dan pilihan. Siapatah bisa memaksakan selera?

Soal larang-melarang:

Mengenai kenapa orang Sunda tidak boleh berekspresi melarang?

Lha, saya tidak bilang begitu. Saya bilang, artinya saya menganjurkan, jangan main larang.

Boleh menganjurkan untuk tidak menonton, boleh menyerukan boikot, bahkan boleh meminta pengadilan untuk melarang. Di sini, bahkan, melarang sudah menjadi tindakan hukum, bukan lagi semata-mata ekspresi, tapi represi.

Oleh sebab itu saya menjadi penganjur kebebasan berekspresi bukan penganjur kebebasan merepresi.

Ini anjuran saya semata, agar masyarakat kita, masyarakat Anda, masyarakat pada umumnya bisa lebih terbuka, lebih dewasa menerima perbedaan. Agar kita semua bisa hidup dengan beradab dan damai.

Viking tentu saja sangat berhak, sebagai sebuah organisasi, untuk menerbitkan surat edaran larangan menonton kepada seluruh anggotanya.

Dan anggota Viking juga boleh saja untuk tidak menaati larangan tersebut, tentu saja dengan konsekuensi dipecat dari keanggotaan Viking--kalau ketahuan nonton Romeo Juliet.

Saya juga dulu dilarang nonton be-eph sama orangtua saya, nyatanya saya nonton juga tuh waktu SMA. Wah, bintangnya masih pada 'kribo'.

Tapi nggak ketahuan. Kalau ketahuan paling Bapak saya bilang, "Pinjem dong."

Boleh saja sesuatu dilarang, boleh saja sesuatu dianjurkan. Tapi yang saya maksud; segala larangan dan anjuran kudu dipikir matang, berdasarkan analisis kritis, mendengar aspirasi banyak pihak, diputuskan dengan bijak. Demokratis. Adil. Tanpa kekerasan. Berterima.

Dilarang boleh, tapi minimal lewat pengadilanlah. Semua pihak didengar, semua pihak mengajukan dulu alasannya, semua pihak diberi kesempatan membela diri. Semua pihak disejajarkan dulu di depan hukum.

Begitulah kira-kira.

Kalaupun film Romeo Juliet akhirnya dilarang berdasarkan keputusan pengadilan; kita hormati keputusan itu. Apalagi jika dicapai dengan perdebatan panjang dan dengan kesimpulan yang masuk akal. Adil, bersih. Berterima.

Saya hormati keputusan itu, minimal dengan tidak memukuli hakimnya.

Walaupun demikian, akan tetap saya suarakan ketidaksetujuan saya atas keputusan melarang publikasi karya. Karena saya punya prinsip bahwa segala karya tidak boleh dilarang untuk dipublikasi demi kecerdasan dan pencerdasan ummat manusia, seperti yang sudah saya jelaskan panjang lebar sebelumnya.

Kalau perlu saya mengorganisasi massa untuk berdemo menentang keputusan pelarangan pemutaran karya film. Kalau perlu saya langgar larangan itu sebagai bentuk protes saya dengan cara bikin layar tancap Romeo Juliet gratis di Lapangan Gasibu; dan saya terima konsekuensinya jika akhirnya pemutaran film yang saya organisir itu dibubarkan satpol PP.

Kalau misalnya anggota-anggota Viking berbondong-bondong mau memukuli saya di pemutaran film itu, saya juga siap dengan konsekuensi itu.

Saya lari.



Mengenai perdamaian antar fansklub:

Pendapat saya mungkin agak kontroversial. Saya tidak ingin antarfansklub 'berdamai.'

Masak dua klub sepak bola yang saling bersaing merebut prestasi tertinggi 'berdamai'?

Kalau nanti klub sepakbolanya ikut berdamai, nggak ada pertandingan dong? Bergandeng tangan beriringan bersama, sungkan bikin gol. Apa yang mau ditonton? Mending maen congklak aja di rumah.

Ya klub sepakbola harus berkompetisi, bersaing. Kalau tidak, bagaimana bisa berprestasi? Supporternya juga dong. Cela-celaan, teriak-teriak boleh, nyanyi diiringi tambur sah. Itu ekspresi. Kasih semangat klubnya dengan mencela klub lawan; nggak apa-apa.

Itu juga tradisi sepak bola yang tidak ditemukan dalam tradisi olahraga lain semisal catur.

Saling mencela itu bagian dari pendewasaan. Betul itu. Tradisi karikatur (kartun politik) di koran-koran kan begitu, turut membangun kedewasaan politisi. Juga pentas parodi. Kalau nggak percaya lihat juga bagaimana parlemen Inggris berdebat, isinya cela-celaan antara partai buruh dengan konservatif, malah kadang-kadang kekanak-kanakan.

Itu penyaluran agresivitas haiwaniah dalam diri manusia yang sehat.

Tapi nggak pukul-pukulan. Jangan pakai kekerasan. Nggak usah bunuh-bunuhan.

Wah, apakah ini artinya melanggar hak seseorang untuk tidak dicela? Ya gampang aja solusinya; jangan nonton bola kalau nggak mau dicela. Atau, jadilah dewasa untuk bisa tertawa bersama para pencela.

Kalau dicela, ya balas dengan celaan lagi; yang lebih kreatif. "Bahasa Sunda bahasa monyet!" Balas dengan "Bahasa Jakarta bahasa armadillo gelang sembilan!"

Tuh 'kan keliatan kalau celaan balasannya lebih cerdas; setidaknya menunjukkan bahwa kita punya pengetahuan lebih luas tentang dunia satwa, bukan begitu Wakil Monyet?

Paling-paling nanti diprotes Wakil Armadillo Gelang Sembilan.

Terakhir, ada baiknya kita memilah-milah musuh. Supaya sasaran tembaknya tepat, supaya serangannya efektif.

Jadi kita pelajari dulu musuh kita, apakah barat apakah kapitalismenya? Apakah investasinya apakah neo-liberalisme dan deregulasi yang menyertai/menyambutnya? Apakah Yahudi ataukan Israel ataukah Zionis ataukah Mark Zuckenberg, atau Facebooknya?

Tapi rasanya tidak usahlah kita berdebat soal ini di sini.

Astrajingga said...

PS: Itu komen atas nama Astrajingga yang di atas, yang jam 9.46 AM bukan dari saya tuh.

Yang asli, yang panjang, yang jam 10.51 AM.

Jam 9.46 saya belon on-line, lagi dinas luar.

e-je said...

wokeh bek tu topik.....

menurut saya topiknya sangat sederhana sekali, Anda setuju dengan kebebasan berkekspresi dan berkarya termasuk filmnya romjul yang ucup keluarkan dan saya tidak suka bahkan setuju film itu di boikot di bandung walaupun bukan saya yang memboikotnya karna cuman (klo kata orang sunda) kereteg hate saja.
alasan saya terhadap pendapat saya simple juga, selain yang semalam bahwa kebebasan berekspresi ada batasnya, saya juga menganggap bahwa kebebasan berekpresi yang ucup keluarkan dalam karyanya yaitu film romjul klo sudah masuk pasar ya tetap saja di bilang produk, tentu saja produk dsini bukan berupa barang, bisa di sebut jasa karena hiburan bisa juga di sebut ide karna itu ide nya ucup mengeluarkan film itu. Nah kalau sudah masuk pasa, ya jelas pasar yang menentukan mau nerima atau tidak produknya, lebih banyak manfaat atau mudorotnya? tinggal di pilah2 oleh konsumen. Nah, saya sebagai konsumennya (tentu saja beserta lingkungan saya, di sini) semuanya mempunyai anggapan yang sama dengan saya, jadi ya setidaknya saya mewakili lingkungan saya untuk berargumen disini. Dan argumen saya (beserta temen2 lingkungan saya) bahwa film romjul ini lebih banyak mudorot dari pada manfaatnya, selain akibat dari cerita filmnya juga dilihat dari efek dari film tersebut, tentu saja kedua belah pihak yang bertikai semakin panas, dan bisa lebih memecah belah. Mengenai kenapa harus sampai di larang, ya tentu saja karna selain itu kebebasan berekspresi juga karna kita sebagai konsumen berhak untuk melarang suatu produk yang lebih banyak mudorotnya masuk ke lingkungan kita. Sebagai contoh, ketika belum di ketahui bahwa susu china itu tidak mengandung melamin ya semuanya adem ayem. Tetapi ketika diketahui produk susu china mengandung melamin, dengan tegas pemerintah kita melarang bahkan mencabut semua produknya dari pasar. Nah maksud saya seperti ini, jadi klo memang menurut kita film ini banyak mudorotnya ya kita berhak untuk melarang produk (film romjul) tetap berada di pasar alias ditayangkan, tentu saja klo ucup masi keukeuh untuk tetap ingin film ini tayang, ya mohon lah di revisi dulu.. bisa saja seperti saran anda dengan menghapus semua nama suporter, menyebutkan ini film fiksi, memblurkan logo, bahasa2 kasarnya di ganti dll.

PS : Bukan saya juga mas yang komen itu, sumpah saya baru ini doang hari ini komen disini hehehe..

kuring yeuh said...

@Astrajingga :
PS: Itu komen atas nama Astrajingga yang di atas, yang jam 9.46 AM bukan dari saya tuh.

Yang asli, yang panjang, yang jam 10.51 AM.

Jam 9.46 saya belon on-line, lagi dinas luar.

dinas luar selisihnya sejam lebih 5, luar kotanya dimana? dari garut ke tangerang apa dari solo ke papua??

abah said...

@Astrajingga : sabenerna maneh teh saha seeh?
asa so bijak padahal can tangtu taat pajak sia teh.

Wakil Monyet said...

@ Kang Astrajingga:

Saya sudah menyiapkan surat kuasa atas nama masyarakat monyet. Sudah saya mintakan cap jempol raja monyet di atas meterai 6 ribu rupiah. Apakah bisa didaptarkan di pengadilan perdata?

Astrajingga said...

@ E-je:
Ya saya sepakat bahwa Anda berhak menilai bahwa film Romeo Juliet lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya. Saya yakin banyak yang akan sepaham dengan Anda.

Tapi masalahnya ada banyak juga yang akan punya penilaian berbeda.

Tetapi daripada melarang, atau menggunting, atau menghapus sebagian, atau 'menghaluskan' karya yang sudah jadi; dengan kata lain memaksakan Ucup untuk menerima pendapat Anda dan yang setuju dengan Anda; bukankah lebih baik jika Anda dan yang sepaham dengan Anda membuat sendiri sebuah karya tandingan yang sesuai dengan keinginan dan ekspresi yang Anda inginkan. Yang sudah halus, yang lebih banyak manfaat daripada mudaratnya.

Dan jika karya Anda diapresiasi dengan lebih baik oleh masyarakat, baik dari segi kesenian, maupun dari segi bisnisnya, maka dengan begitu Anda telah 'memenangkan' pertarungan ide di dunia film. Tanpa kekerasan.

Dalam jangka menengah dan panjang, orang akan ingat karya Anda, dan melupakan karya Ucup. Sehingga pada akhirnya, karya Ucup bisa saja dianggap tidak pernah ada, tanpa harus meminta pengadilan melarang atau membakar reel filmnya.

Betul, karya seni, film, juga bagian dari bisnis. Film juga bisa dilihat sebagai produk.

Dan dalam dunia perdagangan, bukan hanya produser yang punya hak menjual dan berpromosi; penonton, konsumen juga punya hak untuk menolak, tidak membeli, menyerukan boikot, memperkarakan ke pengadilan, dan seterusnya.

Walaupun demikian ada bedanya antara susu mengandung melamin dengan film.

Susu melamin berbahaya, mengandung unsur penipuan, dan bisa menyebabkan kematian secara langsung.

Susu barang sah yang dijual. Melamin juga barang yang sah dijual. Tapi kalau susu melamin dijual sebagai susu murni, nah itu artinya produsennya menipu. Labelnya susu murni kok isinya susu melamin. Pidana satu. Kedua, selain bohong, barang yang dicampurkan ke susu murni itu barang yang beracun dan berbahaya serta dapat menyebabkan kematian. Dua sudah pidananya.

Bukan hanya produknya harus dilarang, tapi produsennya juga harus masuk penjara.

Sementara produk berupa karya, atau ekspresi, ide, atau tulisan, tidak menyebabkan kematian secara langsung; dampak fisiknya tidak nyata. Tidak punya bahaya langsung.

Kalau dikatakan bahwa film ini meningkatkan permusuhan antara dua fansklub, itu karena filmnya, atau karena orang-orang di fansklubnya?

Kalau sampai pukul-pukulan, itu karena filmnya atau karena orangnya yang tidak bisa menahan diri dan menyalurkan emosinya secara sehat? Kalau sampai banyak orang tersinggung itu karena filmnya atau karena banyak orang yang tidak dewasa dan cerdas--sehingga tidak mampu mengambil hikmah--sehingga mudah tersinggung?

Sehingga pada akhirnya, semua dikembalikan kepada masyarakatnya, kepada kebebasan masyarakatnya. Masyarakat yang bebas memiliki kekuatan untuk membentuk dan mencapai cita-citanya; daripada masyarakat yang menggantungkan nasibnya pada kekuatan politik 'pihak-pihak yang berwenang' untuk atas nama masyarakat melakukan pelarangan atau tindakan lain terhadap ide yang tidak disukai.

Kebebasan masyarakat, juga demokrasi, hanya bisa dicapai dengan imbangan kemampuan untuk menerima hal-hal yang tidak kita sukai. Kebebasan hanya bisa dicapai jika diimbangi dengan kemampuan bertoleransi terhadap segala sesuatu yang kita anggap sebagai 'yang lain.'

Kalau kita terus menerus mengandalkan 'pihak yang berwenang' untuk menyuarakan pendapat kita sendiri, lama kelamaan kita, masyarakat, akan semakin lemah dan 'pihak yang berwenang' seperti sensor, pemerintah, parpol, satpol PP akan semakin kuat. Dan pada akhirnya, masyarakat akan semakin mudah untuk dijajah.

Dan ini pernah pernah terjadi, bahkan masih terjadi, sebagian besar rakyat Indonesia, sebagian penduduk bumi, pada dasarnya masih dijajah, entah oleh bangsa lain, maupun oleh bangsa sendiri, entah secara langsung maupun secara tidak langsung. Entah penjajahan ekonomi, atau politik.

Masyarakat yang mandiri, yang bebas, mengandalkan kemampuan dirinya dan lingkungannya untuk mengatur dirinya sendiri bukan mengandalkan kekuatan negara atau pihak lain.

Jadi, kalau Anda ingin memboikot film ini, sah saja. Kalau Anda bisa mengorganisasi seluruh masyarakat Sunda untuk menolak film ini, itu lebih baik. Itu jauh lebih baik daripada meminta negara, pengadilan, atau lembaga sensor film, atau 'pihak yang berwenang' untuk melarang film ini dipublikasi, atau untuk membuatnya menjadi sesuai dengan keinginan Anda dan kelompok yang sepaham dengan Anda.

Kalau sekali saja 'pihak yang berwenang' melarang ide orang lain atas permintaan kita, itu membuka kemungkinan bagi 'pihak yang berwenang' untuk melarang ide kita atas permintaan pihak ke III pada kesempatan lain. Dan lantas 'pihak yang berwenang' merasa juga punya hak untuk melarang ide pihak III atas permintaan pihak IV. Lama kelamaan, 'pihak yang berwenang' tanpa diminta siapa-siapa melarang semua ide, kecuali idenya sendiri. (Selengkapnya dalam "1984" karya George Orwell)

Sekalipun demikian, jika Anda memilih untuk melakukan yang terakhir, meminta 'negara' untuk melarang, itu juga sepenuhnya hak Anda.

@Kuring Yeuh:
Enggak, saya dinas luar dari pukul 8.00 AM sampai 10.30 AM. Habis itu, pukul 10.51 saya publikasi komen saya. Saya kaget karena ada komen dari 'Astrajingga' yang lain. Padahal saya belum tulis apa-apa. Tidak 5 jam, tidak sampai Garut atau Tanggerang, paling ke Tubagus Ismail, seputaran Dago saja.

Kelihatan kalau palsunya komen 'Astrajingga' palsu. Tanda bacanya, huruf besarnya, alineanya, dan tata bahasanya kurang tertib. Lagipula kurang panjang. Kalau saya 'kan, maklum saja, kurang kerjaan.

@Abah:
Abdi Astrajingga, Abah.

Astrajingga, tidak lebih tidak kurang. Temannya Cepot dan Dawala. Barangkali ada baiknya ditanyakan pada Pak Asep Sunandar bagaimana turunan dan silsilah Astrajingga itu. Sebab saya sendiri tidak paham bagaimana asal-usul saya.

Mohon maaf Abah, saya tidak bermaksud sok bijak. Bahkan bermaksud bijak pun tidak. Saya semata-mata hanya mengutarakan pendapat.

Mohon maaf, Abah, tidak bermaksud sombong atau pamer, tapi saya bayar pajak, sudah punya NPWP sejak 1997.

Saya bayar pajak juga supaya bisa menuntut pemerintah kasih pelayanan lebih baik pada rakyat.

@Wakil Monyet:

Sepanjang yang saya tahu, hanya species manusia yang bisa berperkara di pengadilan. Rasanya, surat kuasa dari raja monyet yang Anda buat, sekalipun itu asli cap jempolnya, rasanya sih tidak akan dianggap sah. Daripada dikira bodor, mending jangan didaftarkan ke pengadilanlah, kalau boleh usul. Coba minta dukungan surat kuasa dari WWF, ProFauna, Gibbon Foundation, WALHI, atau siapalah, jangan dari raja monyet.

Lailahailallah, Wakkiill Monyeeeeetttt!

Walaupun demikian saya hargai kegigihan Anda, Wakil Monyet.

e-je said...

Hahahaha eta ku keukeuh si wakil monyet....

@Astrajingga :
1. Saya tidak pernah meminta siapapun untuk memboikot atau menarik film ini, apalagi menyuruh pihak berwenang untuk melakukan itu (itu hanya karna yang saya contohkan produknya susu dan kebetulan pihak yang berwenang yang melakukan larangan dan penarikan produknya). Saya hanya orang yang setuju dengan pemboikotan dan penolakan film romjul, dengan alasan : Lebih banyak mudorot dari pada manfaat, terlalu banyak kekerasan dan melebihi tujuan utama yang akan di angkat dari film tersebut yaitu kisah cinta rome juliet dalam hal ini rangga dan desi, pihak yang bertikai yang diangkat dalam film itu NYATA dan kemungkinan besar akan menambah panas pertikaiannya (baik efek dari film itu maupun dari orang2 yang ada dalam organisasi yang diangkat), terlalu banyak kata2 kasar, terdapat pelecehan etnis tertentu (walaupun itu bukan maksudnya ucup tapi saya yakin sangat banyak orang yang menelan bulat apa yang dia lihat di film tersebut), pembelian baju bajakan viking yang dipake di film itu dan saya yakin ucup pun akan sakit hati bila film atau karyanya di bajak, dampak dari filmnya terutama social efect yang akan menjadi kurang baik dan salah satunya mungkin kasus pemukulan ucup dan juga semakin panasnya pertikaian diantara kedua organisasi, karna saya yakin apabila ucup menyiapkan dengan sangat baik dan hati2 (seperti berdiskusi terlebih dahulu dengan kedua belah pihak, penelitian langsung ke lapangan) tidak akan pernah ada kasus pemukulan tersebut karna semua pihak sudah setuju dan saya yakin klo ini dilakukan ucup tidak akan ada aksi penolakan dan pemboikotan dan ini lah yang sangat saya sayangkan. Sehingga tujuan mulia ucup untuk mendamaikan kedua belah pihak ada kemungkinan untuk tercapai, bukan seperti sekarang yang malah makin tambah panas pertikaiannya, karna mau diakui atau tidak munculnya film romjul memberi dampak terhadap makin panasnya pertikaian. Jadi bukan hanya orangnya saja, tapi film ini pun berpengaruh karna yang saya garis bawahi adalah bertambah panasnya pertikaian.
2. Masalah kelompok lain yang tidak setuju dengan pendapat saya bahwa film ini banyak mudorot dari pada manfaat ya itu hak mereka. Karna saya hanya bilang itu pendapat saya dan lingkungan saya makanya yang menolak pun hanya orang2 lingkungan saya dan mungkin ada kelompok lain yang menolaknya juga (yang jelas kemungkinan besar masyarakat sunda, bobotoh atau viking). Ya ini wajar adanya perbedaan, karna walau bagaimanapun film ini adalah hiburan seperti halnya musik dan yang namanya hiburan pasti tiap orang mempunyai selera sendiri, bisa juga karna tergantung suasana atau apa lah. terus terang saya juga menyukai genre film seperti romjul tapi saya tidak suka dengan romjul dengan alasan yang disebutkan diatas.
3. Masalah bahaya atau tidak berbahaya seperti hal nya susu, film romjul ini menurut saya berbahaya juga. Selain berpengaruh buruk bagi anak2 yang pintar meniru (walaupun anak2 dibawah umur disarankan tidak menonton, tapi saya yakin ini sangat susah sekali dikendalikan), juga karna yang saya sebutkan tadi yaitu semakin panasnya pertikaian dan ini bisa memecah belah bangsa!! lihat saja di forumnya romjul di pesbuk kedua belah pihak semakin panas, di pesbuk pun ucup susah sekali mengendalikannya apa lagi di dunia nyata, dan ini salah satu dampak dari film ini. Walaupun memang tadinya sudah bertikai (yang salah orangnya) tapi menurut saya film ini memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap tambah panasnya pertikaian. Bagaimana kalau ada pertikaian langsung, misalkan di daerah bekasi (banyak viking dan banyak the jak) dalam waktu yang sama mengadakan nonbar??pulangnya langsung tawuran, bagaimana kalau sampai ada korban jiwa??iya itu karna orangnya, tapi film ini memberikan kontribusi langsung dalam hal kasus diatas.
4. Kalau emang ada niat dari ucup untuk mencapai tujuannya yang mulia (meredakan panasnya pertikaian dan berekpresi mengangkat lagi kisah cinta romjul) saya rasa bisa-bisa saja ucup menarik dulu filmnya dah merevisi ulang.
5. Film tandingan???? akan saya pikirkan, saya belajar dulu bikin film karna profesi saya bukan disitu, dan itu bukan keahlian saya. Saya ngaca diri lah, kalau memang bukan keahlian saya ngapain saya maksain, ntar kaya ucup di pukulin. Tapi tetap akan saya pikirkan dan pertimbangkan hehe..

Astrajingga said...

@E-Je

Sebuah film atau pertikaian antar fans sepakbola bisa memecah belah bangsa? Waduh, saya kok tidak yakin itu mungkin dilakukan?

Begini, bangsa kita 200 juta anggotanya, sudah hampir seabad mengaku berbangsa satu, bagaimana 'modal' dasar tersebut dipecah belah dengan film atau fans sepakbola. Dari segi itung-itungan bisnis aja udah nggak masuk akal. Ibarat punya perusahaan beraset 40 juta mau menghancurkan pesaing yang modalnya 400 milyar.

Kalau ada upaya memecah belah bangsa, kalau ada upaya memisahkan diri dari NKRI apa pernah karena film atau urusan sepakbola?

Bukankah karena memang Indonesianya yang tidak bisa mengayomi rakyatnya? Rakyatnya merasa tidak diperhatikan atau bahkan merasa dieskploitasi atau bahkan dianiaya oleh negaranya.

Bukankah perlu senjata untuk menghadapi senjata? Artinya TNI dan POLRI 'kan bersenjata lengkap dalam menjaga keutuhan bangsa dan NKRI. Kalau mau memecah belah ya kudu punya senjata juga. Kalau senjata NKRI diplomasi internasional, ya untuk memecah belah harus diplomasi internasional juga dengan sama gencarnya.

Khawatir bahwa Bangsa Indonesia bisa dipecah-belah dengan sebuah film (yang tak hebat-hebat amat pula) itu berarti meyakini bahwa bangsa ini super rapuh persatuan dan kesatuannya. Dan ini artinya meragukan kesanggupan bangsa kita sendiri untuk bersatu, kalau tidak bisa disebut sebagai menghina.

Kalau memang film--yang berisi kekerasan--bisa dipastikan memunculkan kekerasan di dunia nyata, coba larang semua film, lihat hasilnya. Apakah kekerasan akan berhenti?

Kalau memang sepakbola menciptakan kebencian bukannya sikap sportivitas, larang saja semua bentuk permainan sepakbola. Kita lihat apakah kebencian akan hilang.

Kalau uang adalah segala sumber kerusakan--seperti misalnya pada kasus bioskop yang menjual tiket tanpa melihat umur demi uang--kita hapuskan saja sistem uang dari perekonomian kita. Kita lihat, apakah segala kerusakan bisa hilang?

Saya kira kita tidak bisa menyederhakan persoalan dengan menunjuk satu kambing hitam si anu, ini dan itu sebagai sumber masalah.

Yang gampang sih sebetulnya menyalahkan Iblis. Bukankah semua kejahatan, kerusakan, keserakahan, kemaksiatan yang dilakukan Iblis itu akibat bujukan Iblis.

Lha, tapi kan bisa saja kita berkilah, "Oh itu bukan salahnya Iblis, itu salahnya manusia yang mudah tergoda akibat lemah imannya."

Bukankah ketika manusia diciptakan, Tuhan Sang Maha Tahu mengetahui dengan pasti bahwa manusia bisa tergoda bisikan Iblis. Bukankah Tuhan mengetahui dengan pasti bahwa pasti akan ada banyak manusia yang akan mudah terbujuk rayuan Iblis?

Toh Iblis diizinkan dengan leluasa menggoda manusia sampai hari akhir.

Kalau begitu ini salahnya manusia, salahnya Iblis, apa salah Tuhan?

Kalau salah manusia, kita basmi saja manusia supaya segala keburukan hilang.
Kalah salah Iblis, ya, nggak bisa disalahin dong dia, namanya juga Iblis.
Kalah ini salah Tuhan...

?

pemilusebentarlagi said...

tah eta e-je....

kalau kamu bikin film, sudah susah-susah belajar, sudah susah cari duitnya, cari kru, cari alat, cari bintang, suting, promosi, terus ujungnya dilarang, gimana coba rasanya?

bikin film tidak harus sekolah film. si ucup juga tidak sekolah film, kerjanya asal-usulnya juga bukan kerja bikin film. belajar sendiri, trus dikerjain aja, jadi film.... eh mau dilarang.

gimana coba itu rasanya?

eh dikatakan filmnya memecah belah bangsa. ari rek memecah belah bangsa mah nteu nyieun film atuh. Angkat senjata, bikin pemberontakan, revolusi. pemilu, tah kitu carana memecah belah bangsa. lamun pemilu pan aya nu milih eta aya nu milih iyeu, pecah belah bangsa, lain?

larang sekalian pemilu, potensial memecah belah bangsa.

kumaha?

Wakil Monyet said...

Setuju dengan Kang Astrajingga.

Daripada repot bikin pengadilan monyet untuk si Ucup, mending dibasmi saja hama yang paling merusak bumi: manusia.

Kalau manusia mati semua, pasti nggak ada kejahatan, sebab setan juga pasti jadi pengangguran.

Setan kan tugasnya menggoda manusia, bukan menggoda monyet.

Biar saja monyet dan binatang lain, dan pohon-pohon yang hidup damai di dunia.

e-je said...

@Astrajingga :

1. Masalah Iblis no comment, karna hanya tuhan yang tahu semua rencana-Nya.
2. Bukankah Jakarta (yang diwakili the jak) dan jawa barat (yang diwakili viking) bagian dari Indonesia??di film tersebut, seolah-olah orang jakarta lebih tepatnya anggota the jak disebutkan kalau datang ke bandung berarti mengantar nyawa, apakah itu ga mengerikan?? yang saya khawatirkan, tidak semua orang mengerti dengan apa yang akan disampaikan oleh ucup dalam filmnya, itu yang paling penting. Ucup membuat film dengan pandangannya sendiri (baik langsung atau tidak langsung orang lain dipaksa setuju dengan pandangan dia di film itu), saya ga bermaksud so pinter menganggap saya mengerti dan orang lain tidak mengerti apa yang disampaikan ucup, tapi sekali lagi yang harus diperhatikan adalah social efect..lihat apa saja yang terjadi setelah film ini dikeluarkan dalam tatanan sosial kita (terutama the jak dari jakarta dan viking dari jawa barat), NGERI sob...Nah bukan kah jakarta dan jawa barat pun bagian dari bangsa ini??? apakah yang namanya pecah belah harus semuanya pecah dan belah??sehingga Indonesia ini harus bubar dan baru bisa dikatakan pecah belah???oke itu pasti, bahkan bisa saya kategorikan pecah belah qubro, dan untuk kasus dua provinsi ini bisa dikatakan pecah belah sugro. karna dua provinsi ini juga bagian dari bangsa indonesia, dan saya rasa 2 provinsi ini sering dijadikan tolak ukur kemajuan bangsa kita (tidak mutlak yah, cuman sering kali dijadikan tolak ukur). lanjutkan ke no.2
2. Sebelumnya saya minta dulu anda baca postingan saya sebelumnya, karna disitu saya tidak menyebutkan dengan film ini terus terjadi pecah belah bangsa dan kekerasan secara langsung, dengan sepakbola terjadi kekerasan dan pecah belah juga. Lihat, yang saya GARIS BAWAHI adalah bertambah panasnya pertikaian diantara kedua belah pihak (yang nyata) setelah pertikaian nyata tersebut diangkat dalam film ini (katanya fiksi). Jadi saya hanya mengatakan bahwa film ini memberikan konstribusi secara langsung terhadap bertambah panasnya pertikaian tersebut. karna memang pertikaian diantara keduanya sudah ada, tapi tidak sepanas setelah film ini dikeluarkan (terus terang, saya sangat merasakan ini di lingkungan saya). Nah jadi yang harus di GARIS BAWAHI lagi bahwa film ini bukan satu-satunya menjadi penyebab bertambah panasnya pertikaian kedua belah pihak, karna saya hanya mengatakan memberikan konstribusi/pengaruh secara langsung terhadap bertambah panasnya pertikain. Jadi masih ada penyebab lainnya. Tentu saja saya sepakat dengan anda bahwa apabila sepakbola ditiadakan dan kebencian pasti tetap ada, karna yang menyebabkan kebencian banyak sekali variabelnya bukan hanya sepakbola, dan film kekerasan bukan satu-satunya yang menyebabkan kekerasan di dunia nyata, karna masih ada variabel lain yang memberikan pengaruh terhadap kekerasan. Jadi, setidaknya kalau film ini lebih dipersiapkan dengan matang dan hati2 sebelum dikeluarkan (bukan ga usah ada film ini) maka akan berkurang satu variabel penyebab bertambah panasnya pertikaian diantara kedua belah pihak, sekali lagi bukan berarti pertikaiannya jadi tidak ada.

@Pemilusebentarlagi :
masalah memecah belah bangsa saya samakan jawabannya dengan yang di atas yah, biar cepet. sisanya ini :
kalau emang larangannya masuk akal kenapa harus sakit hati?? kalau memang saya jago dalam bikin film tinggal bikin film lagi aja yang jauh lebih baik, apakah kreativitas seorang pembuat film berhenti hanya karna di larang satu kali??? dan saya juga yakin kreativitas ucup tidak hanya sebatas itu, terus terang ide ucup di film romjul brilian tapi kekurang hati2an dia yang membuat seperti ini, dia tidak memperhatikan batasan2 yang ada. tapi klo ucup menyerah misalkan kapok dan tidak membuat film lagi ya brarti memang kreativitas ucup segitu-gitunya. Ya pesan saya ke ucup mah kedepannya tinggal buktikan aja dengan membuat film yang baru yang lebih kreativ dan berkualitas untuk membungkam orang2 seperti saya yang mengkritik dan menolak romjul, itu saja. Masalah kerugian materil? yang namanya buat film (bisnis) pasti ada untung rugi, itu resiko. rezeki tuhan yang ngatur.

@WakilMonyet :
1. Sekali lagi, penciptaan seluruh makhluk hidup di dunia ini adalah kehendak tuhan, maka klo mau dimusnahkan pun ya hanya kehendak Tuhan. Dan hanya tuhan yang tahu semua rencana-Nya.
2. Tidak mutlak dengan tidak adanya manusia maka bumi tidak akan rusak. Karna ekosistempun tidak akan seimbang, contohnya yang menanam dan memelihara pohon pisan kan manusia, dan monyet memakan pisang. jadi klo manusia dimusnahkan siapa yang nanam dan memelihara pohon pisang??trus pisangnya ga ada kamu (wakilmonyet) mau makan apa??
3. Emang makhluk selain manusia tidak melakukan kejahatan yah??misalkan ular pithon memakan anak monyet, kejahatan bukan menurut anda sebagai wakilmonyet?? menurut manusia sih walaupun itu makanannya ular (misal) tetap kejahatan karna membunuh makhluk tuhan yang lain. Monyet pun memakan tanaman dan karna tidak ada manusia yang mengendalikan hutan, lama kelamaan hutan pasti habis oleh monyet dan monyet pun bisa dikategorikan merusak bumi dengan memakan semua yang ada dihutan sehingga hutan menjadi gundul, ya terlepas dari monyet atau binatang lain tidak punya akal.

thanks all.
hatur nuhun sadayana...

tyotai said...

@Tyo : arema kalah ya. ada pelemparan lagi sama aremania. memang semuanya sama ajah seh.

Wakil Monyet said...

E-je yang baik, kalau anak saya dimakan ular phyton, itu bukan kejahatan E-je, tapi itu usaha phyton untuk tetap hidup.

Tentu saya sedih karena anak saya dimakan ular, tapi mau bagaimana lagi.

Kejahatan itu kalau phyton makan anak saya karena dia serakah. Misalnya dia sudah makan babi, sudah makan kijang, sudah makan lalab dan sambal, tapi masih pengen makan anak monyet semata-mata karena ngiler, bukan karena butuh.

Lebih jahat lagi kalau dia mengorganisasi seluruh phyton untuk menghabisi wangsa monyet semata-mata karena dia benci terhadap monyet. Dia benci bukan karena monyet pernah makan anak phyton, tapi dia benci karena alasan yang tidak masuk akal.

Itulah kejahatan. Dan phyton, dan segala hewan, dan segala pohon tidak pernah melakukan kejahatan.

Yah, memang semua ini rencana Tuhan. Barangkali Tuhan punya rencana tersendiri dengan filmnya Ucup.

Tuhan belum bosan dengan manusia. Walaupun demikian, monyet tidak perlu manusia untuk bertahan hidup. Monyet sudah hidup di bumi lebih lama dari manusia. Jauh sebelum manusia pake celana, jauh sebelum manusia bisa bantu-bantu tanam pisang, monyet sudah bisa makan sendiri, bisa beranak pinak, dan hidup berdampingan dengan phyton, walaupun sesekali, phyton makan anak monyet.

Sukurnya, kami monyet, dan anak-anak monyet tidak mungkin masuk neraka. Tidak mungkin dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah.

Tidak seperti manusia, yang sungguh kasihan hidupnya. Yang sengaja diciptakan bisa digoda sama setan, yang sepanjang hidupnya didampingi terus sama setan yang kerjaannya nggodain manusia, eeeh, udah gitu kalo kejeblos, kalo sampai berkubang dosa, manusia yang dimintai pertanggungjawabannya. Manusianya yang dimasukkan ke neraka. Padahal yang nggodain setan, yang kasih ijin menggoda ya Tuhan, tapi yang kasih izin, aktor intelektualnya, dalangnya, ya Tuhan itu sendiri, tidak pernah dimintai pertanggungjawabannya.

Kacian deh lo manusia.

Udah jadi monyet aja, dijamin, tidak bakal masuk neraka.

AtheisSejati said...

Kasihan emang manusia yang hari gini masih percaya Tuhan masih takut neraka masih berharap sorga.

e-je said...

kasian yah hukum Rimba, saling memakan dan membunuh serta siapa kuat dia yang bertahan.
dan semuanya tidak di anggap kejahatan ckckckck.....

silahkan Anda saja yang jadi monyet nya, cukup puas saya jadi manusia dan saya masih percaya bahwa manusia adalah makhluk paling mulia di mata Tuhan.
Kenapa godaan terhadap manusia lebih besar, ya itu karna Tuhan di awal sudah menentukan bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia di mata-Nya. dan Tuhan ingin membuktikan itu dengan membiarkan setan dan iblis menggoda manusia, karna manusia masih punya akal untuk bisa menahan semua godaan. Jadi saya tetap putuskan untuk jadi manusia dan percaya Tuhan. Kalau kalian ga, ya silahkan...

Anonymous said...

http://www.vikingpersib-club.com/website/berita/berita-harian/1-berita-harian/241-qromjulq-its-finish