Saya datang ke Edinburgh dan saya jatuh cinta kepadanya. Hanya satu setengah jam berselang setelah saya mendatangi Glasgow dan berkata pada diri saya "Saya ingin tinggal di kota ini," Edinburgh, kota kandang Hibernian dan Hearts of Midlothian--dua tim sepakbola yang kalah melulu dari dua tim besar di Glasgow--bagi saya sangat indah dan menyenangkan. "You don't live here, that's why," ujar Scott teman baru saya yang tinggal di Edinburgh dan asli Skotlandia. Bisa jadi benar, makanya saya tidak terlalu membayangkan tinggal selamanya disitu, 2-3 tahun saya rasa cukup menyenangkan.
Eropa bagi saya adalah tempat tujuan, bukan untuk hidup selamanya, hanya karena saya senang melihat segala yang baru. "You have your shorts, invited to numerous festival, so why are you here?" tanya Patryk Ciechocinsky, seorang teman asal Polandia atas keputusan saya bekerja di Budapest. "It's all about travelling, seeing lots of new things," jawab saya. Patryk mengamini dan ia berjanji akan berada di Indonesia suatu hari nanti "Instead of London, maybe Jakarta is a good choice, you have lots of beautiful girls and I think I can do something there," ujarnya.....

Life is a neverending travelling, itu yang terlintas di benak saya. Walau belum lama, tapi saya sudah merasakan hidup di Eropa timur, sejenak di Inggris dan menyambangi beberapa kota di Eropa. Tidak banyak orang di dunia bisa "seberuntung" saya, berkelana kesana kemari. Setidaknya saya tahu, di negeri saya 70% penduduknya belum pernah keluar dari negaranya. Umumnya alasannya adalah biaya, bisa jadi....padahal tidak juga, saat ini saya sedang berpikir "Kemana saja saya 10 tahun yang lalu, saat baru lulus kuliah? Kenapa tidak berkelana dari satu negara ke negara yang lain?" Pikiran yang percuma saja, toh waktu terus berjalan. Kini saya sudah menjejakkan kaki saya disini, saya ingin melakukan sesuatu di tanah asing ini. Meninggali satu tempat dan tempat lainnya, bekerja dan melakukan sesuatu adalah pilihan dan saya akan melaksanakannya.