"Saya terharu sampai meneteskan air mata lho sam," ujar seorang kera ngalam pada saya, khas dengan cara bicara walikannya. Pria itu menyampaikan betapa bangganya ia menjadi seorang Aremania dan merasa mendapat pengakuan dari dunia luar. Kebetulan dunia luar itu diwakili oleh saya, yang menulis tentang mereka (Aremania) di sebuah majalah berskala nasional. Tidak berhenti sampai disitu, dengan tujuan agar tulisan ini bisa dibaca lebih luas lagi maka saya kirimkanlah filenya ke seorang Aremania yang saya kenal lewat internet.
Walhasil hanya dalam waktu 2 malam saya sudah melihat tulisan ini bersliweran di berbagai situs tidak resmi Aremania (ada yang resmi gak ya?) Kali ini saya sekali lagi semakin percaya bahwa Malang bisa jadi tanah yang sudah dijanjikan oleh Tuhan sebagai tanah sepakbola. Indonesia mungkin bukan negeri yang diberkati dengan prestasi sepakbola, tapi Malang memberi saya gambaran bahwa negeri ini diberi anugerah fanatisme yang sulit dicari tandingannya. Tanyakan pada mereka yang pernah merasakan gempita Old Trafford, kemegahan Allianz atau kedahsyatan aura Bombonera.....Kanjuruhan memiliki aura yang sama sekali tidak berada di bawah nama-nama tadi.
Saya senang pada komentar-komentar positif terhadap tulisan tersebut, tak peduli dengan cara apa mereka bisa mengaksesnya. Mereka kebanyakan merasa bangga dan terharu, sementara dalam hati saya berkata "Bung, kalian terharu dan bangga membaca tulisan saya....saya meneteskan air mata, bangga dan merinding di stadion kalian,"
"Tuhan menganugerahi Brasil sepakbola dan memberinya bakat-bakat terbaik di dunia," ujar Rodrigo seorang jurnalis asal Brasil "Tapi Tuhan juga memberikan organisasi sepakbola terkorup di dunia di Brasil," tambahnya. Well, Indonesia mungkin tidak dianugerahi bakat-bakat terbaik di dunia, tapi kami punya fanatisme yang saya yakin sebagai salah satu yang terdahsyat di dunia, sembari saya ingin berucap "Jika Brasil diberi organisasi terkorup di dunia, lalu bisa jadi Dia sudah melupakan kami.....karena organisasi kami jauh lebih korup,"
Walhasil hanya dalam waktu 2 malam saya sudah melihat tulisan ini bersliweran di berbagai situs tidak resmi Aremania (ada yang resmi gak ya?) Kali ini saya sekali lagi semakin percaya bahwa Malang bisa jadi tanah yang sudah dijanjikan oleh Tuhan sebagai tanah sepakbola. Indonesia mungkin bukan negeri yang diberkati dengan prestasi sepakbola, tapi Malang memberi saya gambaran bahwa negeri ini diberi anugerah fanatisme yang sulit dicari tandingannya. Tanyakan pada mereka yang pernah merasakan gempita Old Trafford, kemegahan Allianz atau kedahsyatan aura Bombonera.....Kanjuruhan memiliki aura yang sama sekali tidak berada di bawah nama-nama tadi.
Saya senang pada komentar-komentar positif terhadap tulisan tersebut, tak peduli dengan cara apa mereka bisa mengaksesnya. Mereka kebanyakan merasa bangga dan terharu, sementara dalam hati saya berkata "Bung, kalian terharu dan bangga membaca tulisan saya....saya meneteskan air mata, bangga dan merinding di stadion kalian,"
"Tuhan menganugerahi Brasil sepakbola dan memberinya bakat-bakat terbaik di dunia," ujar Rodrigo seorang jurnalis asal Brasil "Tapi Tuhan juga memberikan organisasi sepakbola terkorup di dunia di Brasil," tambahnya. Well, Indonesia mungkin tidak dianugerahi bakat-bakat terbaik di dunia, tapi kami punya fanatisme yang saya yakin sebagai salah satu yang terdahsyat di dunia, sembari saya ingin berucap "Jika Brasil diberi organisasi terkorup di dunia, lalu bisa jadi Dia sudah melupakan kami.....karena organisasi kami jauh lebih korup,"
9 komentar:
saya maunya sih nanya ke sampeyan mas, pas waktu ketemu di rotaract kemaren, tapi ndak jadi karena saya kurang nyaman dengan filem sampeyan yang nampilin kata "bunuh persebaya" (demolish persebaya), saya yakin masih ada angle-angle yang lain yang perlu disuarakan daripada hanya sekedar sisi misuh memimisuh antar supporter sepak bola Indonesia, tapi saya suka gaya sampeyan mas, dan terima kasih sudah sharing di rotaract beberapa menit yang lalu. salam kenal dari saya.
begitulah bung, saya bikin dokumenter, jadi saya gak punya hak buat mengubah apa yg terjadi di lapangan. tugas saya cuma merekam kenyataan aja, bukan merekayasa kenyataan kayak di fiksi ;-)
makasih mas atas kunjungan sampeyan ke blog saya, saya minta maaf saja, kalau kommen saya yang terdahulu agak sedikit nyentil, saya cuma kurang nyaman aja ngedengerin kalau Persebaya dipisuhin, btw saya salut atas usaha sampeyan menampilkan fakta yang apa adanya di filem-filem Indie, btw, jurgen habermas juga pernah nyebutin: "ada kepentingan di setiap pengetahuan", well just a thought.
wazeen kurang nyaman mendengar misuh-misuh tadi :) Percayalah Mas, di dunia suporter Indonesia adalah hal yang biasa. Apalagi jika Anda bertandang ke Tambaksari aura "misuh" itu juga ada dan terasa nyaring juga bunyinya. Kita tidak tutup mata mengenai hal ini. Tapi yah kedepannya semoga hal ini bisa hilang sehilang suara Nurdin ketika sedang berkelebat di balik jeruji Cipinang. (emang Nurdin Halid binatang paan kok sampai berkelebat gitu) xixixixi.......
Anyway. Saya ucapkan selamat buat Bang ABY(nih panggilan Kera-Kera ngalam punya pada Bang Andi). Kayaknya lebih keren karene mendekati kata SBY, singkatan dari presiden kita kelima ini. Atau mau juga dipanggil "Fusuy" Bang :)
bang Yusuf,tentang sutradara zaman sekarang , saya cuma baca di sini sori yaks kalau saya terkesan ngrasani sampeyan. ;)
@memoar anak negeri, peace bro, tapi saya yakin selama kita masih selama kita masih berkultur memisuh sepertinya susah kita punya tim nasional bagus, bayangkan aja waktu kemaren di Piala Asia, supporter kita (yang tepat duduk di sebelah saya) bukannya malah mendukung Ponaryo dkk, tapi malahan mengumpat2 timnas ketika mereka bikin blunder, bukannya memberi dukungan untuk bangkit di saat itu saya berpikir rasanya timnas kita memang belum saatnya ke pentas dunia. makasih atas feedback-nya
trus gimana dgn aremania yg dilarang 3 th dateng ke stadion bos ?
cuma produk orba yang bawaannya curigaan
ah film tidak bermutu. Apanya yg bisa di banggakan dari suporter dari sebuah klub di Indonesia ? sama sekali tidak ada sisi positifnya. Justru hanya menimbulkan kontroversi saja dan menambah runyam sepak bola Indonesia. Sekali lagi tidak ada untung dan sisi positif-nya film seperti ini. Kalau boleh usul cobalah bikin film dokumenter bagaimana seorang pemain seperti Ponaryo, Bambang Pamungkas, Roni Firmansyah, Atep, Boaz, Warobai atau pemain-pemain mudah penuh talentha lainnya. Bagaimana kerja keras mereka yg rata-rata barangkali berangkat dari kehidupan sosial yg kurang mampu sampai bisa menjadi pemain penuh talenta dan bisa di banggakan. Ini penuh dengan pesan moral sekaligus pembangkit semangat dunia sepak bola Indonesia. Saya rasa ini jauh.. jauh dan sangat jauh lebih bermanfaat dari pada melihat sisi suporternya. Percayalah hanya pemain berbakat penuh talenta yg bisa mengangkat sepak bola indonesia maju Bukan suporter yg bertindak anarkis. sekali lagi useless film anda,
Thx. Bonek Suroboyo
Kasus Kediri yang dilakukan oleh sebagian kecil AREMANIA memang patut disesalkan oleh Siapapun, walaupun kita tahu Hal itu tak akan pernah terjadi, apabila :
1. pssi & bli tidak bodoh menunjuk Stadion yg tak layak sebagai tuan rumah 8 besar.
2. Wasit bertindak adil.
3. Panpel bersikap profesional dan keamanan sangat disiplin tidak membiarkan satu orangpun penonton masuk ke sentelban, apalalagi ke tengah Lapangan.
Namun, sekali lagi Mayoritas AREMANIA tetap berjiwa besar, mereka tahu apa yang dilakukan sebagian kecil AREMANIA tersebut memang salah, sehingga minta maaf secara terbuka di hadapan media cetak & elektronik se Indonesia.
8 Besar di Sidoarjo menunjukkan sekali lagi pada dunia, bahwa KALAH-MENANG bagi AREMANIA adalah hal biasa, walaupun tersisih AREMANIA menerima dengan sportif dan lapang dada, pulang dengan tertib, bahkan tidak ada satupun rumput yang patah (gak percaya ??? cek aja sendiri, gitu aja kok repot!!!)
Tentang Hukuman 2 Tahun, Sanksi dholim dari Komding PSSI tidak akan mengendorkan AREMANIA untuk tetep berkreasi & berinovasi mendukung Team AREMA, dan ini telah dibuktikan saat 8 Besar di Sidoarjo, AREMANIA datang ke Stadion dengan Baju Koko, Batik dan Pakaian Adat, bahkan ada yang memakai baju pengantin.
Post a Comment