Pernah mendengar Nicholas Saputra kesulitan mencari tiket untuk menonton Ada Apa Dengan Cinta? Atau sebut saja bintang utama film besar lain di tanah air, saya sih belum. Tapi di hari Senin 25 Februari 2008 lalu di Dieng Plaza, kota Malang. Bahkan Cemong Faiz yang merasa asyik saja mendadak menjadi tidak asyik dan nyaris pingsan melihat antrian luar biasa yg sudah bagai pasar kaget di depan pintu masuk.
Malang sekali lagi membuat saya terpukau, antusiasme luar biasa ditunjukkan di gedung bioskop demi The Conductors film saya yang salah satu bagiannya
memang menceritakan betapa dahsyatnya keberadaan mereka di stadion kebanggaan mereka, Kanjuruhan. Di kota ini (yang katanya sejuk tapi kok gak juga ya?) saya melihat kebanggaan mereka melampaui kata "Etnis" atau segala jenis kesukuan, saya melihat orang Malang bangga sebagai orang Malang bukan sebagai orang Jawa Timur atau orang Jawa sekalipun.
Hari pertama di Malang, 5 hari yang lalu memperkuat kesan saya pada kota ini. LUAR BIASA!!! Saya lahir di Jakarta, sempat tumbuh di Jambi dan Payakumbuh, lalu besar di Jakarta dan berkuliah di Bandung. Saya pernah merasakan London, Manchester, Newcastle, Berlin, Hamburg, Budapest dan Helsinki di kurun yang cukup signifikan. Di tempat-tempat itu, identitas kesukuan menjadi sangat penting, identitas kebangsaan bisa jadi yang terdepan, hal yang sangat berbeda dibanding dengan mereka yang tinggal di Amerika Serikat, dimana masyarakat sangat mengidentifikasi dirinya sebagai bagian penting dari negara bagiannya atau kotanya.
Orang New York akan dengan bangga dengan sebutan "New Yorkers" dan akan sangat tidak peduli dimana letak Chicago atau Minnesota di peta negeri itu. Terdengar arogan? bisa jadi, bandingkan dengan "Londoners" yang masih bisa bercerita detil dimana letak Blackpool. Di Malang, emosi itu terasa jelas. Identitas etnis menjadi samar dan mereka selalu menyebut diri mereka sebagai "Orang Malang" ketimbang "Orang Jawa". Tentu berbeda dengan bule-bule Amriki yang tak peduli pada kota-kota lainnya di negerinya sendiri, orang Malang pasti tahu dimana letak Maumere atau Dobo (walau belum tentu juga bisa menentukan tempatnya di titik peta).
Hari ini hari ketiga The Conductors di Ngalam, semoga respon masih positif dan saya bisa jadi di kemudian hari akan berkata "Karir ayas dimulai di Ngalam,"
Malang sekali lagi membuat saya terpukau, antusiasme luar biasa ditunjukkan di gedung bioskop demi The Conductors film saya yang salah satu bagiannya

Hari pertama di Malang, 5 hari yang lalu memperkuat kesan saya pada kota ini. LUAR BIASA!!! Saya lahir di Jakarta, sempat tumbuh di Jambi dan Payakumbuh, lalu besar di Jakarta dan berkuliah di Bandung. Saya pernah merasakan London, Manchester, Newcastle, Berlin, Hamburg, Budapest dan Helsinki di kurun yang cukup signifikan. Di tempat-tempat itu, identitas kesukuan menjadi sangat penting, identitas kebangsaan bisa jadi yang terdepan, hal yang sangat berbeda dibanding dengan mereka yang tinggal di Amerika Serikat, dimana masyarakat sangat mengidentifikasi dirinya sebagai bagian penting dari negara bagiannya atau kotanya.
Orang New York akan dengan bangga dengan sebutan "New Yorkers" dan akan sangat tidak peduli dimana letak Chicago atau Minnesota di peta negeri itu. Terdengar arogan? bisa jadi, bandingkan dengan "Londoners" yang masih bisa bercerita detil dimana letak Blackpool. Di Malang, emosi itu terasa jelas. Identitas etnis menjadi samar dan mereka selalu menyebut diri mereka sebagai "Orang Malang" ketimbang "Orang Jawa". Tentu berbeda dengan bule-bule Amriki yang tak peduli pada kota-kota lainnya di negerinya sendiri, orang Malang pasti tahu dimana letak Maumere atau Dobo (walau belum tentu juga bisa menentukan tempatnya di titik peta).
Hari ini hari ketiga The Conductors di Ngalam, semoga respon masih positif dan saya bisa jadi di kemudian hari akan berkata "Karir ayas dimulai di Ngalam,"
7 komentar:
dan aku pengen sebenarnya dilahirkan di malang. tapi kok yo simbok ku ngelaherke aku neng solo... hahahahahhahahaha
cup blog loe kasih shout mix dung.. biar seru.....
Cup.....kamu emang keeeeeeeeeeyeeeeeeeeeeeen. Thanks reportasenya di malang. Good. Very good. Selamat ya. Malang memang moooooooiiiiii. iis, sedang prihatin dengan konversi hutan ke sawit di kalbar.
Wuih sukses besar ya, sampe tiketnya sold out gitu, keren! biar minggir semua film2 lokal/luar yg ga bermutu itu ;) Kalo kayak gini "harapan" mas Faiz supaya film lokal tambah maju dan film luar pulang ke kampung masing2, bisa kesampaian nih, hehehe. Malang emang the best! Congrats mas Yusuf, maju terus, tetap semangat!
-Lia-
lia.adhi@yahoo.co.uk
bang yusuf, salam kenal....saya andy gultom dari bolanova, kebetulan saya temannya zoel dan galih dari ongisnade...mungkin kita bisa bertemu dan sharing2 soal sepakbola...
kontak2 kita bang di blueandy_2000@yahoo.com...thx
kerja yang bagus, nak ucup...
Kok ada kata-kata Maumerenya yah? :D
Saya yg lahir dan besar di Malang, dan akhirnya harus kerja di Maumere tersenyum simpul pas baca postingan Bang Ucup di atas, hehehehe....
Ayas tau betul letak Maumere di peta Sam !! :D
Makasih !!
Salam Satu Jiwa !! :D
Post a Comment