6/14/08


"Nama abang dipertaruhkan nih," ujar Multazam anak Bandung yang dipanggil Tajem oleh teman-temannya, termasuk kami di Bogalakon. Apa sebab? Tentu karena sebuah tulisan saya di majalah Esquire yang menyebut bahwa Jerman lah yang akan memenangkan Euro kali ini, sementara di partai kedua melawan Kroasia 2 malam silam, tim Panzer dihantam Kroasia 1-2. Salahkah prediksi saya? Belum ada yang bisa memastikan, karena turnamen baru berjalan dan Jerman masihlah favorit.

Kemudian, apakah saya musti meralat prediksi saya? Ah, prediksi hanyalah sebuah permainan kata, dan seorang pencinta sepakbola memang harus melakukannya, memprediksi. Kebetulan saya memiliki ruang untuk mengungkapkan prediksi saya secara terbuka di media dan saya harus melakukannya. Mengapa kita harus memprediksi bagi saya adalah karena inilah nikmatnya kehidupan yang disebabkan oleh sepakbola. Gagal memprediksi bukanlah sebuah kemalangan, tapi justru membuktikan bahwa kita ini cuma manusia biasa dan prediksi adalah sebuah kesenangan.

Kesenangan, betul....itulah alasan utama kenapa kita harus memprediksi dan menentukan sikap. Janganlah gagal bersikap dan berkata "Tidak ada yang pasti dalam sepakbola, sama seperti pilkada," ujar seorang pejabat negara yang muncul di layar televisi di partai perdana Swiss-Ceko. Saya yakin ia tidak menyadari apa itu kesenangan, bisa jadi karena ia politisi bisa jadi karena ia merasa dirinya terlalu terhormat untuk melakukan kesalahan prediksi, bodoh!

0 komentar: