7/29/08


"Persib sampai mati?" tanya Parman pada Desi sembari melemparkan syal Persib ke pangkuan Desi. Gadis berusia 22 tahun yang tengah merindukan kekasihnya ini menerima syal tim kebanggaannya tersebut sembari menjawab "Sampai akhir hayat kang," Parman tersebut sementara bagi Desi, cintanya pada lelaki Jakmania tidak akan pernah mampu mengubah cintanya pada Persib. Kedua kakak beradik berselisih usia sampai 19 tahun ini tetaplah satu, karena keduanya adalah dua bobotoh sejati.

Keira Shabira (ejaan posting sebelumnya salah) adalah Desi dan Alex Komang adalah Parman. Keduanya adalah gabungan talenta muda dan karakter kuat yang saat bertemu dengannya membuat saya menyadari perbedaan tegas antara aktor dengan sekedar bintang film. Aura kuat yang memancar dari peraih citra lewat film Doea Tanda Mata ini membuat saya yakin padanya. Ia memang bukan Sunda tapi dia akan mampu menerjemahkan apa yang saya mau dan memetamorfosakan dirinya pada karakter Parman, seorang Viking sejati yang mencintai Persib lebih dari apapun.

7 komentar:

Imam Hidayah Usman said...

barusan bilang line up-nya, "seperti Luis, rasanya saya bahkan akan membentuk para pemeran saya dari barisan pemain-pemain tak dikenal."

kok alex komang? gpp sih.... pokoknya semoga cepet kelar :D

arista budiyono said...

alex... sumpah gw bisa bayangin gimana dahsyat nya itu....


gak sabar nih cup

Anonymous said...

Rangga = viking, OK. Tapi kalo bisa sih si desinya bukan viking.

Viking gak selalu buat bobotoh bangga untuk menjadi seorang bobotoh.

Andibachtiar Yusuf said...

kumaha deui? kan fokus cerita di perseteruan jak-viking, bukan antara jakarta-bandung (baca; bobotoh)

ini kampanye anti kekerasan dengan kekerasan hehehe

Anonymous said...

Iya... hanya buat komersialilasi aja. Jgn sampe bobotoh males nuat nonton ini hanya karena ada viking.

Lagian kan Parman --kok bisa parman sih namanya? knp gak asep or tatang?-- kan viking sejati...

Anonymous said...

Alex komang?
Saya kira "Ibunda", satu dari sedikit film indonesia yang layak tonton, selain karna Teguh Karya memang jago bikin film "meja makan", skenario ga catat nalar, juga aktor-aktornya bukan aktor kelas "rendaman karet gelang di minyak tanah".
Hanya kehadiran AK di dalamnya membuat cacat film itu (sori...). Saya kira, akting teaternya (yang distilisasi) belum bisa hilang padahal jelas-jelas teater dan film dua media yang berbeda. Jadinya, kewajaran dan keseharian yang dituntut "Ibunda" enggak dapet dan jadi komikal...

ryan said...

saia pemain bola ,saia ada kemauan main bola .
saia ingin mnjadi pemain persib .
I LOVE PERSIB
PERSIB IS THE BEST.
pra pemandu bakat dateng dong ke kampung saia ????
umur saia 19th.

terima kasih.