"Apa yang membuat orang harus merasa besar?" ini adalah pertanyaan terbaru dari saya saat ini. Saya memang bukan yang terbesar dan sama sekali merasa berada di tempat itu, tapi beberapa hal yang terjadi dalam 5 hari belakangan membuat saya jadi berpikir "Apakah penting untuk merasa besar dan kemudian meremehkan orang lain?" Saya merasa tidak, karena menjadi besar membuat kita berhenti berpikir untuk jadi yang terbaik. Ini juga yang kemudian membuat saya berhenti berpikir atau berprilaku untuk jadi yang terbaik, karena yang terbaik bersifat sangat relatif dan nisbi.

"Saya hanya ingin jadi yang terasik," gumam saya, memang bukan kalimat yang orisinil keluar dari kepala saya. Kalimat ini muncul dari kompatriot saya Edmond Waworuntu yang terus berkata pada saya baik eksplisit maupun implisit bahwa "Menjadi seniman adalah sebuah pertarungan dan pertaruhan," dia juga yang berkata pada kami "Jadi seniman pilihannya cuma dua, mau jadi ksatria atau mau jadi petani?" dan ia membuktikannya dengan cara hidupnya sementara saya dan Chemonk mengartikannya dengan cara yang lain.

Kami tidak punya keinginan untuk membuktikan apa yang kami bisa, bahkan diakui saja mungkin kami tidak ingin. Karena di satu titik (5 hari belakangan dan setahun yang lalu) kami melihat bahwa kadang lebih dari karya yang harus kita berikan pada orang, menjadi bagian dari mereka dan bergabung di kafe-kafe tempat mereka mangkal adalah pilihan yang tepat untuk kemudian menjadi "bagian dari mereka".

Pilihan saya adalah berkarya, dan saya lahir dan besar dari sepakbola beserta kebesaran dan kekerasannya.....jadi saya anti kemapanan....kemapanan dalam perspektif saya.