“Sukarlan is recognised as one of the world’s leading pianists and has been at the forefront of championing new piano music,” tulis Sydney Morning Herald, harian yang berpengaruh di Australia. “Ananda Sukarlan is a magnificent pianist who gives complete commitment to every composer, penetrating to the roots of their musical ideas,” ulasan dari El Pais, harian asal Spanyol.
......dan kini ia sedang bekerja sama dengan saya dalam Romeo*Juliet. Saya merasa tersanjung dan berharap sentuhannya bisa memberi sesuatu yang berbeda dalam karya yang masih terus saya rapihkan ini. "Apa kamu yakin musik saya bisa cukup menjual?" tanyanya di saat awal kami masih mendiskusikan akan dibawa kemana ilustrasi musik Romeo*Juliet. Pertanyaan ini tentu merujuk pada genre musiknya yang memang sama sekali tidak populer....musik klasik! Dengan tegas saat itu saya jawab "Kenapa harus tidak yakin?" karena saya pernah melihat Martin Scorcese membuat segala kekerasan dan romantisme menjadi sangat indah dengan sentuhan musik klasik dan juga saya percaya bahwa musik klasik selalu memberi isi yang berbeda dibanding genre musik lain.
Saya bukan pencinta musik klasik, tentu saja! Bagi saya jenis musik ini lebih enak ditonton ketimbang didengarkan di dalam rumah, kamar apalagi mobil. Saya memilih Metallica, Megadeth, Trivium, Dream Theatre atau paling pelan Coldplay sebagai genre musik yang saya rajin dengarkan. Tentu saja ini membuat Ananda Sukarlan terkesiap karena saya yakin takkan pernah terbayang olehnya untuk memanjangkan rambut ala Dave Mustaine apalagi menjerumuskan diri dengan sengaja di arena mosh pit seperti yang sangat sering saya lakukan (sampai saya pernah bete nonton Incubus yang penonton-penontonnya terlalu tertib)
Romeo*Juliet adalah karya seni dan saya percaya seni akan selalu mampu melintasi segala batasnya. Jadi saya tidak pernah terpengaruh pada keputusan saya untuk memasukkan unsur klasik pada karya ini, seperti saat Dream Theatre memasukkan unsur jazz dalam karya mereka atau saat Yngwie Malmsteen pertama kali muncul di kancah musik keras dan dengan nekadnya memainkan nomor-nomor milik Paganini, Tchaikovsky atau Strauss lewat raungan gitarnya yang saya yakin tidak akan cocok dengan telinga Ananda.
......dan kini ia sedang bekerja sama dengan saya dalam Romeo*Juliet. Saya merasa tersanjung dan berharap sentuhannya bisa memberi sesuatu yang berbeda dalam karya yang masih terus saya rapihkan ini. "Apa kamu yakin musik saya bisa cukup menjual?" tanyanya di saat awal kami masih mendiskusikan akan dibawa kemana ilustrasi musik Romeo*Juliet. Pertanyaan ini tentu merujuk pada genre musiknya yang memang sama sekali tidak populer....musik klasik! Dengan tegas saat itu saya jawab "Kenapa harus tidak yakin?" karena saya pernah melihat Martin Scorcese membuat segala kekerasan dan romantisme menjadi sangat indah dengan sentuhan musik klasik dan juga saya percaya bahwa musik klasik selalu memberi isi yang berbeda dibanding genre musik lain.
Saya bukan pencinta musik klasik, tentu saja! Bagi saya jenis musik ini lebih enak ditonton ketimbang didengarkan di dalam rumah, kamar apalagi mobil. Saya memilih Metallica, Megadeth, Trivium, Dream Theatre atau paling pelan Coldplay sebagai genre musik yang saya rajin dengarkan. Tentu saja ini membuat Ananda Sukarlan terkesiap karena saya yakin takkan pernah terbayang olehnya untuk memanjangkan rambut ala Dave Mustaine apalagi menjerumuskan diri dengan sengaja di arena mosh pit seperti yang sangat sering saya lakukan (sampai saya pernah bete nonton Incubus yang penonton-penontonnya terlalu tertib)
Romeo*Juliet adalah karya seni dan saya percaya seni akan selalu mampu melintasi segala batasnya. Jadi saya tidak pernah terpengaruh pada keputusan saya untuk memasukkan unsur klasik pada karya ini, seperti saat Dream Theatre memasukkan unsur jazz dalam karya mereka atau saat Yngwie Malmsteen pertama kali muncul di kancah musik keras dan dengan nekadnya memainkan nomor-nomor milik Paganini, Tchaikovsky atau Strauss lewat raungan gitarnya yang saya yakin tidak akan cocok dengan telinga Ananda.
Dengan kaos merahnya ia kini sedang duduk sekitar 2 meter dari saya berdampingan dengan Darwin Nugraha. Keduanya memasukkan semua nomor yang sudah ia komposisi untuk karya yang akan rilis di musim semi 2009 ini.
1 komentar:
semakin tidak sabar menunggu munculnya film itu 23 april mendatang..............
Post a Comment