“Anjing!!! Pukulannya kena beneran neh,” ujar saya berulang kali pada teman saya Cemong. “Film kita udah meyakinkan tampol-tampolannya, tapi liat apa yang mereka buat,” ujar saya sekali lagi pada Cemong dan Andhu yang juga ikut melotot sejenak. Saat itu Flash Point karya Wilson Yip sedang tayang di Star World, sebuah film kepolisian Hongkong yang memang dipenuhi dengan adu pukulan. Film ini sendiri konon di Asia Timur disebut sebagai “Mengembalikan kisah aksi Hongkong ke khittah asalnya,”
Memang itulah yang terjadi. Wilson dengan baik membuat semua adegan perkelahiannya menjadi sangat meyakinkan dan seru. Tidak seperti kebanyakan film Hollywood yang jika diperhatikan berulang kali akan terlihat bahwa pukulannya tidak kena, Wilson tampaknya berulang kali meminta pada aktor-aktornya untuk mengenai lawannya, tentu saja dengan kadar kekuatan serangan yang tidak tinggi.
Berselang beberapa hari saya menyaksikan karya terbaru Wilson, Ip Man. Sebuah kisah tentang tokoh nyata Ip Man yang juga adalah guru besar dari master film berkelahi Bruce Lee. Lagi-lagi saya berdecak kagum melihat bagaimana Hongkong membuat adegan perkelahian. Pengaruh Hollywood yang kental semakin memodernkan segala aksi perkelahian yang dibuat. Jika di masa kanak-kanak dulu segala perkelahian tampak seperti panggung teater, kini baku pukul yang terjadi tampak sebagai karya sinematografi yang sangat modern. Gerakan kamera khas Hollywood menjadikan segala aksi yang dibuat menjadi jauh lebih mencekam dan meyakinkan.
“Matrix telah mengubah banyak hal dalam peta sinema,” kata banyak orang. Saya rasa tidak juga, justru orang-orang Hongkong ini yang telah mengubah bagaimana perkelahian seharusnya dibuat dalam film, karena tugas film adalah mendramatisir apa yang sebenarnya palsu dan menjadikannya terpercaya. Segala gerakan serangan ataupun pertahanan yang dilakukan oleh Donnie Yen baik dalam Flash Point maupun Ip Man tidak hanya sangat meyakinkan sebagai gambar, tapi juga meyakinkan secara teknis.
Dengan cermat baik penata kelahi maupun sutradara merasionalisasi semua gerak perkelahian yang terjadi. Teori-teori dasar pemenangan perkelahian digarap dengan sangat cerma, sehingga jika dikopi dengan benar, bahkan kitapun bisa memenangkan perkelahian jalanan yang bisa saja menimpa kita. Lihat saja bagaimana dengan cermat mereka membuat karakter Ip sebagai sosok yang selalu mengatur jarak dengan baik dengan lawan-lawannya. Kecepatan Donny yang memang prima menjadi semakin terpercaya bahwa ialah jago kelahi sebenarnya. Jarak yang tepat adalah kunci kemenangan dan ini dipegang terus sepanjang film.
Dengan mood film yang diatur dengan baik, editing yang pas serta acting yang secara umum lumayan, Ip Man saya percaya mampu memecah kerinduan kita akan sebuah film aksi perkelahian ala Hongkong yang belakangan memang sudah sangat jarang.
Memang itulah yang terjadi. Wilson dengan baik membuat semua adegan perkelahiannya menjadi sangat meyakinkan dan seru. Tidak seperti kebanyakan film Hollywood yang jika diperhatikan berulang kali akan terlihat bahwa pukulannya tidak kena, Wilson tampaknya berulang kali meminta pada aktor-aktornya untuk mengenai lawannya, tentu saja dengan kadar kekuatan serangan yang tidak tinggi.
Berselang beberapa hari saya menyaksikan karya terbaru Wilson, Ip Man. Sebuah kisah tentang tokoh nyata Ip Man yang juga adalah guru besar dari master film berkelahi Bruce Lee. Lagi-lagi saya berdecak kagum melihat bagaimana Hongkong membuat adegan perkelahian. Pengaruh Hollywood yang kental semakin memodernkan segala aksi perkelahian yang dibuat. Jika di masa kanak-kanak dulu segala perkelahian tampak seperti panggung teater, kini baku pukul yang terjadi tampak sebagai karya sinematografi yang sangat modern. Gerakan kamera khas Hollywood menjadikan segala aksi yang dibuat menjadi jauh lebih mencekam dan meyakinkan.
“Matrix telah mengubah banyak hal dalam peta sinema,” kata banyak orang. Saya rasa tidak juga, justru orang-orang Hongkong ini yang telah mengubah bagaimana perkelahian seharusnya dibuat dalam film, karena tugas film adalah mendramatisir apa yang sebenarnya palsu dan menjadikannya terpercaya. Segala gerakan serangan ataupun pertahanan yang dilakukan oleh Donnie Yen baik dalam Flash Point maupun Ip Man tidak hanya sangat meyakinkan sebagai gambar, tapi juga meyakinkan secara teknis.
Dengan cermat baik penata kelahi maupun sutradara merasionalisasi semua gerak perkelahian yang terjadi. Teori-teori dasar pemenangan perkelahian digarap dengan sangat cerma, sehingga jika dikopi dengan benar, bahkan kitapun bisa memenangkan perkelahian jalanan yang bisa saja menimpa kita. Lihat saja bagaimana dengan cermat mereka membuat karakter Ip sebagai sosok yang selalu mengatur jarak dengan baik dengan lawan-lawannya. Kecepatan Donny yang memang prima menjadi semakin terpercaya bahwa ialah jago kelahi sebenarnya. Jarak yang tepat adalah kunci kemenangan dan ini dipegang terus sepanjang film.
Dengan mood film yang diatur dengan baik, editing yang pas serta acting yang secara umum lumayan, Ip Man saya percaya mampu memecah kerinduan kita akan sebuah film aksi perkelahian ala Hongkong yang belakangan memang sudah sangat jarang.
1 komentar:
Gua belon nonton nih IP Man, tapi gua setuju, Flash Point koreografi fightnya sangat brilian, apalagi endingnya. Begitu ganas, realistis dan liar. (kasian gua ama stuntman-nya) hehe...
Jet Li karena keindahan geraknya.
Jackie Chan karena kungfu akrobatik dan gaya komedinya
Donnie Yen karena kecepatan dan kepraktisan gayanya.
Post a Comment