3/17/09





"Loe terlalu percaya ama Darwin sih 'cup," ujar seorang teman yang sebaiknya disembunyikan saja namanya. Kalimat ini keluar karena ia merasa kurang sreg dengan suara berdengung yang muncul di trailer Romeo Juliet versi kedua "Ada beda yang jelas antara dengung mencekam dan dengung mengganggu, yang ini cenderung mengganggu," ujarnya sembari memberi contoh suara dengung yang baik dan tidak baik.

Saya hanya tersenyum karena saya mengenal Darwin dan pertama kali menemukan hasil editannya pada sebuah materi gambar yang menurut saya sangat sulit dikerjakan. Sebuah karya dokumenter yang pernah memenangkan penghargaan di Korea Selatan dalam sebuah kompetisi film tentang kota. Beberapa bulan setelah kemudian saya berpikir untuk mencari pasangan baru untuk mengedit karya pendek saya setelah berturut-turut Jakarta Is Mine dan Hardline dikerjakan oleh Amir Pohan, barulah saya menghubungi lelaki kecil kurus kering ini saat ia kebetulan ia berada di Jakarta.
Maka dimulailah kerjasama kami yang seingat saya dimulai pada tahun 2004, saat saya mentok dengan editor sebelumnya yang saat itu sedang menyiapkan pernikahannya. Lewat sebuah pamitan singkat, proyek yang seharusnya dikerjakan bersamanya akhirnya kami garap bersama. Muncullah To Die For alias Ku Rela Mati, yang kemudian beraksi di Singapore Film Festival 2006, Abu Dhabi Short Film Festival 2006 dan beberapa festival kecil di Eropa serta rangkaian pemutaran resmi.
Kerja kami berlanjut pada sebuah proyek video profile yang juga beraksi di 2 festival yang saya sebut pertama diatas, pada tahun yang sama. Saya ingat sekali permintaan saya saat itu "Ini emang cuma video profile, tapi kalo bisa dijadiin karya apa salahnya," maka terjadilah semuanya. Kerja sama terus berlanjut dengan cara kerja yang sebetulnya aneh, karena Darwin harus mengeloni istrinya di Yogyakarta dan saya lebih suka jogging di Senayan atau sepedaan di Jl Sudirman, Jakarta. Namun, saat itulah saya merasa bahwa kami bagai Steven Gerrard dan Fernando Torres, Romario dan Bebeto, Rudi Voeller dan Juergen Klinsmann atau jika ingin yang paling fenomenal, Zinedine Zidane dan segala pelayanannya pada tim nasional Perancis.

Mungkin ia bukan mengerti apa mau saya, tapi kami punya satu kesamaan yang jelas "Bagi kami film adalah masalah tempo," dan inilah yang terus kami jaga. Jika Anda pernah menyaksikan The Conductors maka Anda akan percaya pada apa yang saya katakan, bahwa kami sama-sama senang menjaga tempo dan percaya bahwa penonton film secara umum (di Indonesia mungkin) senang pada tempo yang terjaga dengan baik "Jika penonton menghela nafas, maka habislah film kita," ujar Ramon Yusuf Tungka, fans berat saya yang sampai rela meletakkan nama saya di tengah namanya.

Lucunya, kami berdua pun sama-sama tidak sekolah film dan sama-sama kebingungan saat produksi Romeo Juliet sangat banyak istilah yang kami baru dengar. "Jadi slate itu apa win?" tanya saya yang dijawab dengan tawa berderai mantan calon Kepala Desa di Bantul itu. Lalu kami juga menemukan bahwa produksi fiksi ini harus dibagi menjadi reel untuk memudahkan transfer dan peletakan dalam kaleng film itu. Hal yang lagi-lagi membuat kami terus tertawa di Hongkong saat kami berdua sama-sama bokek dan terus saja salah jalan hanya karena ingin mengirit ongkos.

Saat ia harus datang ke negeri mirip Glodok ini untuk mengantarkan semua materi asli dari produksi film kami, ia pun terus berkata pada saya dengan logat Jawa yang sangat kental "Aku ini mustinya di Bantul, kok malah ksini?" Saat Chemonk memaksanya untuk berangkat ke Hongkong untuk membenarkan segala kesalahan yang telah kami lakukan di Jakarta yang berakibat waktu terbuang dan uang terbuang. Kami berdua terus tertawa disini, walau kami harus keluar dari hotel yang kami inapi hanya karena investor kami menolak untuk meneruskan membayari padahal kami harus disini untuk memastikan apa yang kami inginkan sesuai dengan yang Digital Magic buat.

Berdua kami pindah ke apartemen kawan lama saya, Robert Lock. Lelaki Australia yang kebetulan pindah tinggal bersama pacarnya dan membiarkan tempatnya kosong. Kami disini atas pertolongannya, tanpa bisa lagi memberi tanda terima kasih dalam credit title yang kami buat dalam film kami.

Darwin pasti setuju dengan saya, bahwa nama Robert Lock serta Kevin dan Cyrus jauh lebih layak masuk ke dalam starting lineup yang kami siapkan, ketimbang banyak nama yang beberapa belum pernah saya temui bentuknya atau dengan segala kebodohannya dan ketidak sengajaannya telah membohongi kami dan membuang waktu kami dan uang teman baik saya Andhu Malikulkusno serta Chemonk Faiz Tjotjona.

0 komentar: