"Film loe yang sekarang bola lagi cup?" entah berapa kali sudah saya mendapatkan pertanyaan seperti ini, entah dari teman entah dari wartawan atau mereka yang mengaku kritikus film. Kadang saya cuma cengengesan, kadang dengan ketus saya jawab "Pernah nanya ke sutradara lain 'Kok loe bikin film horror melulu?'" tanya saya balik. Ketus memang, tapi kadang sebal juga karena pertanyaannya kesannya saya ini mentok gak berkembang.
Benar dua film terawal saya mengambil setting lapangan hijau dan saya juga sudah memilih hal ini sebagai tanda tangan semua karya saya, seperti Wong Kar Wai menandai film-filmnya dengan shoot orang merokok dengan serius atau kekerasan pada karya-karya Martin Scorcese. Tapi alasannya bukan karena saya mentok seperti banyak sineas yang mentok di sinetron atau film-film komedi porno. Atau atas nama pasar seperti teman-teman saya yang apes musti bikin film-film horror yang mereka sendiri belum tentu merasa seram menontonnya. Saya hanya mencintai permainan ini dan kerap menyebutnya sebagai agama saya.
"Kamu itu unik suf," kata seorang sutradara yang saya anggap paling top di Indonesia saat ini. Jika kemudian saya tidak sebut namanya, hanya untuk menghindari kesan blagu, sok kenal apalagi besar kepala hehehehe. Unik? Saya kok gak ngerasa begitu, hobi saya sama aja ama yang lain, musik keras, dugem, sedikit alkohol dan cuci mata kok. Yang saya tahu saya hanya berupaya memberikan sesuatu yang saya suka, karena bagi saya itulah esensinya berkarya.
Persis seperti karya ketiga saya yang sedang saya kembangkan semaksimal mungkin agar hati siapapun Anda yang menyaksikannya merasa ikhlas dan bahagia. "Loe lagi bikin apa lagi cup?" kata seorang teman Jakmania. "Ini lagi gue kembangin, tar deh kalo loe ada waktu kita diskusiin," jawab saya, "Tentang supporter lagi?" tanyanya......
Saya terdiam sesaat dan dengan senang akhirnya bisa menemukan jawaban, bahwa saya tidak bercerita tentang sepakbola, karya saya bercerita tentang supporter dan karya ketiga dengan working title "Romeo - Juliet" ini memang tentang mereka, supporter. Anda mungkin hanya tahu mereka dari kulit luarnya, saya beri sedikit petunjuk di judul yang selalu kami singkat sebagai "Romjul" ini.
Terasa meniru? Ah sudahlah, namanya juga working title masih belum pasti juga judul ini yang dipake hehe....
3 komentar:
Banyak pilihan ketika kita menanggapi sesuatu, bisa dengan cengengesan, ketus, sebal atau sebuah senyuman yang tulus. Kalau ayas sih lebih senang nyang terakhir seperti kata Aa Gym "hadapilah dengan senyuman". Jangan membuat kesan yang negatif terhadap diri sendiri nanti kalau mentok tembok beneran benjolnya juga beneran. air yang umak bilang sedikit itu tetap jelas hukumnya lho, ti hati...
Wuiih..Karya ketiga kayaknya aseeek nih.. kulit dalam supporter emang banyak menariknya apalagi tentang cinta cintaan tahu sendiri kan ngak ada matinya plus settingan romjul lagi yang bisa merenyuhkan hati. jangan gusar tentang meniru, semua orang juga meniru tapi nggak mau ngaku, yang penting kita bicara pada hasil bukan polemik yang ngak penting
maju terus pantang mudur
Proses, proses dan proses, hasilnya... biarkan TUHAN yang menentukan....
semangat bang ucup... semoga bsk malem the reds menang dan bisa menambah semangatnya
u 'll never walk alone
Post a Comment