"Gue ngerasa kayak Brasil di setiap Piala Dunia," ujar saya pada teman-teman saya saat kami memasuki pintu menuju panggung Festival Film Indonesia. Well, saya yakin menang....beneran! Tapi saya juga harus realistis bahwa saya bisa saja kalah dan itu memang wajar-wajar saja, namanya juga kompetisi, harus ada yang menang dan harus yang ada berbesar hati untuk menerima kekalahan. Walau tangan keringetan tanda deg-degan, saya atau tepatnya kami akhirnya memenangkan pertarungan ini dan jadi pemenang di satu-satunya kategori di Dokumenter.

Saya memenangkan turnamen kali ini dan percaya tahun depan akan bisa kembali masuk gelanggang dan beradu. Saya tentu bahagia, sampai saya lupa niatan untuk membentak mbak-mbak cakep yang "mengusir" teman saya Popo si peraih kategori Film Pendek Terbaik. Atau niatan saya untuk mengangkat tinggi-tinggi sang piala sembari berteriak "The Best!!!" Saya lupa, apalagi saya yakin teman baik saya, Cemong yang tampak sangat bahagia dan merasa bahwa inilah saatnya bagi kami untuk menegaskan bahwa Liga kami tidak kalah dengan liga mereka.

FFI bagi saya adalah sesuatu yang sangat luar biasa, memenangkannya adalah sebuah kehormatan. Orang boleh mempertanyakan kredibilitas "turnamen" ini, tapi saya harus ingat betapa saya rela duduk di TV dari sore hanya untuk menyaksikan pengumuman pemenang dan kemudian mengingat bagaimana wajah Deddy Mizwar, Slamet Rahardjo, Idris Sardi, George Kamarullah atau sang maestro Teguh Karya saat karya-karya mereka dinyatakan sebagai yang terbaik.

The Conductors lah yang terbaik, ini bukan karya individu....saya bangga, dan saya berharap Anda juga bisa turut bangga. Ingatkan saya tahun depan untuk kembali bertarung di ajang ini.......